Sabtu, 01 Desember 2007

Satu Pria Dua Wanita (7)

Belum lama Rihab menanti, ia telah menerima surat balasan. Sebelum itu, ia telah mulai membaca al-Qur`an bersama kakaknya Hasanah. Dan pada hari itu, sebelum Rihab pergi mengasingkan diri dikamarnya untuk membaca surat Musthafa, ia dikejutkan oleh suara Hasanah, yang membawa berita dengan nada gembira. Hasanah menerima surat dari Zainab, saudari Musthafa, menceritakan bahwa Zainab akan datang setelah ujian akhirnya. Karena itu, Rihabpun menampakkan diri bahwa ia ikut senang, seraya berkata, "Musthafa pun demikian, pasti sebentar lagi akan datang , insya Allah."
Setelah mengucapkan itu, ia pergi kekamarnya, membaca surat Musthafa:
Dengan nama Allah yang Mahakasih dan Mahasayang
Hasanah yang terhormat
Assalamu`alaikum wr.wb
Izinkankanlah pertama-tama aku menjelaskan bahwa aku tidak bosan menerima surat-suratmu. Itu lantara engkau telah menjadikanku dapat melaksanakan sebagian kewajiban agamaku.
Kemudian, aku ingin balik bertanya padamu, Apa pendapatmu jika engkau menemukan seorang anak kecil yang tinggal disebuah desa terpencil, tidak dapat membaca dan menulis, belum pernah melihat majalah atau gambar pakaian apapun, dan bersamaan dengan itu, engkau menemukannya berada ditengah orang-orang dan ia mengaku bahwa dirinya adalah desainer cakap serta menunjukkan sebuah pakaian klasik yang keindahannya luar biasa seraya berkata bahwa itu adalah hasil rancangannya sendiri dan mengaku pula bahwa banyak hasil rancangan mode-mode pakaiannya telah dikirim ke Paris ? Apakah engkau akan mempercayai pengakuan perempuan pengakuan perempuan kecil itu ? Jelas jawabannya adalah tidak!Sebab, ia adalah anak kecil, tidak dapat menulis dan membaca, belum pernah melihat apalagi mempelajari majalah dan buku-buku yang berkenaan dengan mode pakaian,dan bersamaan dengan itu ia belum pernah pergi ke Paris, misalnya.Tambahan lagi, ia berada dilingkungan yang tertutup dan ia sendiri menutup diri dari masyarakat. Bagaimana mungkin, dengan semua itu, ia dapat menjadi seorang disainer ternama yang selalu menciptakan kreasi-kreasi terbarumaupun klasik? Oleh karena itu, tak diragukan lagi, pakaian yang ia bawa ketengah-tengah masyarakat itu merupakan kreasi orang lain. Dan pabila pakaian klasik yang diperlihatkan itu bermerek terkenal, maka itu pasti dapat diketahui sejarah pembuatannya.
Sampai disini, kita yakin bahwa mengingkari ucapan anak perempuan tadi yang mengatakan bahwa ia telah merancang pakaian tersebut serta meyakini bahwa ada orang lain yang telah merancangnya adalah hal yang logis.
Setelah ini, marilah kita membahas mengenai risalah langit uuntuk umat manusia, yang dibawa oleh seorang laki-laki yang jujur dan dapat dipercaya. Ia tumbuh besar ditengah-tengah padang pasir jazirah Arab yang jauh dari peradaban, seni, dan ilmu pengetahuan, sehingga ia adalah orang yang tidak dapat menulis dan membaca dan tidak pernah meninggalkan kampung halamannya, kecuali masih kecil dan yang kedua ketika ia pergi bersama rombongan kafilah pedagang-pedagang Arab yang sama sepertinya.
Ia tidak dikenal pernah belajar, baik mengenai hal-hal yang terdahulu, yang berhubungan dengan masanya, dan mengenai hal-hal yang akan datang. Akan tetapi, tiba-tiba ia menyodorkan bagi umat manusia sebuah risalah langit yang mengandungi mukjizat, yang menaklukkan orang-orang Arab ketika itu, yang memiliki keindahan kata-kata dan kedalaman makna serta memiliki nilai sastera yang tinggi, sampai-sampai salah seorang yang paling memusuhinya, tatkala mendengar mukjizat tersebut, berucap, "Demi Allah, aku telah mendengar ucapan yang bukan ucapan manusia dan juga bukan ucapan jin. Ia begitu indah dan susunan bahasanya sungguh luar biasa serta mengandungi nilai sastra yang mahatinggi. Ia sangat tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya; ia akan menaklukkan segalanya."
Mukjizat pada risalah yang dibawakan itu nampak sangat benderang. Diantaranya ketika ia menceritakan kisah-kisah yang berhubungan dengan risalah-risalah terdahulu, dengan menggunakan gaya bahasa yang indah. Padahal, pembawa risalah tersebut tidak mungkin dapat membaca sebuah buku risalah langit pun. Sebab, ia tidak dapat membaca, walau bahasa Arab sekalipun, apalagi bahasa-bahasa lainnya. Sebagaimana digambarkan dalam sebuah ayat suci al-Qur`an:
Dan tidaklah kamu(Muhammad) berada disisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa , dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan. Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi, dan berlalulah atas mereka masa yang panjang. Dan tiadalah kamu tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul. Dan tiadalah kamu berada didekat gunung Thur ketika Kami menyeru (Musa) tetapi (Kami beritahukan kepada kamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu, agar mereka ingat.
Kejadian-kejadian dahulu kala itu tidak mungkin dapat dihapus, walau kita anggap saja bahwa para pembawa risalah tersebut dapat sirna. Sebab, al-Qur`an menyebutkan kisah-kisah tersebut dengan benar setelah setelah membersihaknnya dari kabar-kabar bohong yang bercampur-aduk dngannya, juga membantah kabar-kabar terdahulu dari sisi positifnya dan tidak cukup hanya menyebutkan hal-hal yang negatifnya saja.
Disamping itu, risalah langit ini juga telah mengisahkan peristiwa-peristiwa yang seolah tidak mungkin terjadi, namun terjadi. Contohnya, pada ayat suci al-Qur`an yang diturunkan setelah bangsa Romawi dikalahkan oleh bangsa persia, yang kemudian itu menyebabkan kaum muslimin berduka cita, karena bangsa Persia ketika itu adalah bangsa yang menyembah api, sedangkan bangsa Romawi adalah bangsa yang memeluk agama samawi. Ayat suci itu menyatakan:
Telah dikalahkan bangsa Romawi, dinegeri yang terdekat, dan mereka setelah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi...
Dan istilah "beberapa tehun" dalam bahasa Arab tidak lebih dari sepuluh tahun. Berita yang disebutkan ayat tersebut benar-benar terjadi kurang lebih setelah sembilan tahun.
Tidaklah hal seperti ini membuatmu yakin bahwa risalah tersebut adalah risalah langit dan bukan karangan Muhammad bin Abdillah? Kemudian, selain itu, aku akan tuliskan salah satu mukjizat ilmiah dari al-Qur`an. Sebuah ayat suci al-Qur`an mengatakan:
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan(tumbuh-tumbuhan)...
Kini telah terungkap, setelah terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan taraf berpikir manusia meningkat, bahwa angin memiliki peran dalam proses penyerbukan tanaman. Itu menyebabkan seseorang orientalis berkebangsaan Inggris dan dosen bahasa Arab di Universitas Oxford, berkata, "Orang-orang yang menunggang unta telah mengetahui lebih dulu bahwa angin dapat mengawinkan tanaman dan pohon buah-buahan beberapa abad sebelum ilmu pengetahuan orang-orang Eropa mendatangi mereka."
Juga, akhir-akhir ini, ilmu pengetahuan mengungkapkan bahwa bumi, hari demi hari, akan berkurang(mengerut) dengan sendirinya, setelah terpisah dari matahari, dan mulai dingin. Diantara yang membantu proses pengerutan itu adalah terbelahnya kulit bumi dan keluarnya lahar serta lava dari perut bumi. Sebagaimana, tekanan udara, gaya gravitasi, serta tekanan pengerutan yang terus-menrus , membantu penyusutan ukuran bumi.
Itu ditetapkan oleh ilmu pengetahuan. Adapun risalah langit ini telah menyingkap hal tersebu lebih dari 13 abad yang lalu, sebagaimana disebutkan dalam salah satu ayat suci al-Qur`an:
...Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kmai mendatangi daerah-daerah, lalu Kami kurangi daerah itu dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum(menurut kehendak-Nya), tidak adayang dapat menolak ketetapannya, dan Dialah yang Mahacepat hisabnya.
Contoh lainnya adalah ayat suci al-Qur`an:
Apabila matahari digulung...
Setelah beberapa abad ayat itu diturunkan, ilmu pengetahuan menjelaskan kepada kita, lewat penemuan, bahwa matahari akan terbakar seperti sebuah lilin. Suatu hari nanti, ia akan redup dan panasnya akan berkurang. Itu lantaran cahayanya telah dipancarkan, begitu juga rangkaian reaksi pancaran dari dalam perutnya. Karenanya, ia akan padam, sebagaimana padamnya matahari-matahari dan bintang-bintang lain.
Semoga tulisan ini tidak terlalu panjang buatmu. Agar engkau lebih yakin, bacalah buku al-Dzahirah al-Qur`aniyyah(Fenomena al-Qur`an), yang ditulis oleh Malik bin Bani. Semoga engkau senantiasa dalam kebaikan.
Musthafa
Rihab membaca berulang-ulang surat Musthafa. Kemudian ia menundukkan kepalanya diatas meja, menangis. Hatinya terasa terbakar dan perih. Bersamaan dengan linangan air mata, terbayang gambaran menakutkan atas dosa-dosa yang telah ia lakukan dan atas setiap kesulitan yang dibuatnya sendiri.
Setelah itu, ia mulai merasa berada dialam nyata; perasaan yang sebelumnya tidak ada padanya. Sekarang, ia bukan lagi Rihab yang dulu. Ia adalah sosok manusia baru, yang tak nampak secara lahiriah. Bahkan secara lahriahpun ia telah mengenakan pakaian-pakaian yang sopan dan meninggalkan pakaian-pakaian yang seronok. Oleh karena itu, ia merasa tersiksa, memikirkan sikap-sikapnya yang dulu. Itulah yang membuat lebih sedih dan menangis pilu, sementara surat Musthafa berada dekat kepalanya, diatas meja.
Tangisan Rihab bertambah keras. Tanpa ia sadari, Hasanah yang ada dikamar sebelah kamar Rihab, mendengar tangisannya. "Apa gerangn yang menyebabkannya menangis seperti itu?"
Hasanah khawatir, Rihab mulai mengalami kemunduran dan keluar dari jalan yang baru saja dilaluinya. Karena itu, Hasanah bergegas kekamar Rihab. Tanpa mengetuk pintu, ia lalu membuka pintu kamar itu, karena akhir-akhir ini keduanya sudah muali akrabkembali. Hasanah menyapa Rihab dengan lemah lembut, "Rihab..., Rihab..., ada apa denganmu, adikku? Rihab... jawablah! Kenapa engkau sampai menangis seperti ini? Apa yang telah mengganggumu? Katakanlah!"
Rihab masih terus saja menangis. Ia tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Bahkan keberadaan Hasanah didekatnya dan sikap Hasanah yang lemah lembut membuatnya semakin menangis keras. Terus-menerus Hasanah berusaha mengangkat kepala Rihab, sambil membujuknya, "Aku mohon, wahai Rihab, kasihanilah aku. Setidaknya, bukankah aku ini saudarimu? Aku tidak sanggup melihatmu menangis, Rihab...setetes air mata yang keluar dari kedua matamu makin membuat hatiku hancur. Apalagi tangisan seperti ini. Rihab... Rihab...!" Hasanah masih berusaha membujuknya dengan penuh kasih sayang. Ia tak tahu bahwa sikapnya itu justru semakin membuat sedih adiknya yang memang sudah menderita itu.
Akhirnya, Rihab mampu mengangkat kepalanya dari atas meja dan bersandar dipelukan Hasanah, yang mulai menghapus linangan air mata adiknya dengan lemah lembut. Hasanah terus-menerus merayu adiknya dengan kata-kata nan lembut sembari menenangkannya. Ia menoleh kearah surat Musthafa itu, namun sama sekali ia tidak curiga, karena sebagaimana biasa surat itu memakai alamat teman Rihab. Ia menduga, surat itulah yang membuat jiwa adiknya menderita. Ia berkata, "Aku sama sekali tak menyangka bahwa orang yang tulisannya sangat indah ini telah menulis kepada orang lain sesuatu yang membuat orang lain itu bersedih. Nampaknya temanmu itu telah salah memilih sahabat..."
Ketika itu, Rihab terdorong untuk mengucapkan sesuatu, yang menjadi terputus-putus lantaran tangisannya, "Aku telah berbuat dosa, aku telah berbuat zalim, aku tidak layak mendapat cintamu, wahai Hasanah!"
Hasanah menduga, adiknya akan mengungkit masa lalunya. Karenanya, ia berkata, "Biarlah itu berlalu, wahai adikku. Yang penting sekarang, engkau berada dijalan yag benar, menuju kesempurnaan. Hanya dengan satu langkah lagi, engkau akan menjadi manusia yang jauh lebih baik dariku. Karena orang yang bertobat atas dosa-dosanya, seperti orang yang tak berdosa."
Ucapan itu membuat Rihab kembali menangis seraya bertanya, "Apa benar bahwa Allah SWT akan mengampuniku, Hasanah?"
Hasanah menjawab, "Benar adikku. Nabi kita saww pernah bersabda, `Andai saja kalian melakukan dosa yang menumpuk hingga kelangit, kemudian kalian menyesalinya, maka Allah akan mengampuninya.` Belau saw juga bersabda, `Orang yang bertobat adalah kekasih Allah.` Berarti Allah SWT tidak hanya mengampuni, tetapi juga mencintaimudan senang menerima tobatmu. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ja`far al-Shadiq, `sesungguhnya Allah SWT senang dengan tobat hambanya yang mukmin, jika ia bertobat, seperti senangnya orang yang kehilangan barangnya, ketika ia menemukannya kembali.` Ayat suci al-Qur`an juga menyembutkan: Sesungguhnya Allah cinta terhadap orang-orang yang bertobat dan cinta kepada orang-orang yang menyucikan diri. Kenapa engkau ragu akan ridha Allah SWT kepadamu, saat engkau telah siap memegang seluruh yang Dia perintahkan, wahai Rihab?"
Rihab sekarang mulai tenang. Ia memandangi kakaknya, bak seseorang penyelamat. Seolah, ia hanyut terbawa ucapan Hasanah, sampai-sampai lupa atas keadaan dan penderitaannya itu. Ia berkata, sementara kepalanya masih berada didada kakaknya, "Langkah apakah yang kau maksudkan tadi?"
Sembari mengusap kepala dan dahi adiknya, Hasanah berkata, "Yang kumaksud itu tadi adalah hijab(jilbab), wahai Rihab... Bukankah kita pernah sama-sama membaca surat al-Nur, yang berkenaan dengan ayat-ayathijab? Tidak diragukan lagi, engkau telah yakin bahwa al-Qur`an adalah risalah langit yang diturunkan untuk mengatur kehidupan kita dan menganugerahkan kepada kita kebahagiaan dunia dan akhirat."
Ucapan terakhir Hasanah membuatnya kembali memikirkan kenyataan dirinya yang menyakitkan! Benar, ia sekarang telah yakin bahwa al-Qur`an adalah risalah langit.Namu, bagaimana caranya merealisasikan iman itu dan dengan cara apa? Ia yakin, jika kakaknya tahu keadaan sebenarnya, ia tak mungkin dapat menatapnya lagi...saat itu, Hasanah masih melanjutkan kata-katanya mengenai masalah hijab dan manfaat sosial serta perannya dalam melindungi seorang perempuan...
Rihab merasa, ia perlu tahu lebih banyak lagi tentang hijab. Ia ingin mengenakan hijab, namun ia tidak tahu dan kenapa. Oleh karena itu, ia lalu menegekkan posisi duduknya, bersiap untuk lebih memperhatikan ucapan hasanah dengan tenang, seraya berkata, "Jika begitu, bukankah hijab merupakan adat-istiadat Persia yang dimaksudkan kedalam agama islam?"
Hasanah menjawab, "Bukan...wahai Rihab! Sebab, ayat mengenai hijab telah diturunkan sebelum kaum muslimin akhirnya dapat menaklukkan Persia dan sebelum kebudayaan Persia dikenal dan disentuh. Disamping itu, hijab yang diwajibkan islam berbeda dengan hijab yang dikenakan bangsa Persia waktu itu. Hijab mereka, dengan ungkapan yang lebih tepat adalah satrun(penutup), bukanlah hijab. Pengertiannya, menutupi seorang perempuan dari kehidupannya, sebagaimana dilakukan bangsa Persia kuno yang menutup perempuan-perempuan mereka. Untuk meykinkan kebenaran ucapanku, lihatlah ayat al-Nur dalam ayat-ayat hijab, dan perhatikanlah ayat suci ini, yang menyatakan: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya... sampai firman-Nya yang berbunyi: Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman,hendaklah mereka menahan pandangan mereka...."
"Lantas, mengapa orang-orang mukmin diperintahkan untuk menhan pandangannya, jika ada penutup yang diwajibkan oleh Islam, yang menjadikan perempuan terasingkan dari kehidupannya? Sesungguhnya, adanya perintah menahan pandangan bagi laki-laki menunjukkan dimungkinkannya kehadiranperempuan didekatnya. Dan perintah menahan pandangan bagi perempuan membuktikan dimungkinkannya kehadiran laki-laki disekitarnya."
"Namun, dengan tujuan mencegah penyimpangan seksual dan kebejatan moral ditengah masyarakat, maka maksud dari mencegah hal itu terjadi adalah membendung dan menghindari sesuatu yang dapat menimbulkan berbagai penyakit jiwa dan syaraf pada manusia. Agar ia terjaga dari hal itu, yang dapat bangkit secara terus-menerus, maka agama isalm memerintahkan hijab itu, sebagai sistem penjagaan terhadap perempuan dan laki-laki secara bersamaan."
"Tidakkah engkau lihat, mayoritas bencana dan problem sosial timbul sebagai hasil adanya pembauran penuh antara lelaki dan perempuan?"
Hingga disini, Hasanah berehnti sejenak untuk melihat respon adiknya. Sementara, Rihab yang ketika itu sedang memperhatikannya dengan seksama, segera memanfaatkan suasana itu seraya berkata, "Aku pernah dengar bahwa hijab dalam islam merupakan gambaran dari pemikiran kerahiban dan menyiksa diri serta menghindari kesenangan duniawi. Dan karena laki-laki memandang bahwa perempuan itu merupakan kesenangan hidup yang utama, maka ia mewajibkan hijab, seiring dengan berjalannya kewajiban-kewajiban kaku lainnya, yang telah diwajibkan atas diri para perempuan dalam kehidupan ini."
Hasanah tertegun mendengar ucapan adiknya. Ia lalu berkata, "Aku sangat menyayangkan engkau telah mendengar ucapan-ucapan yang merusak pandanganmu mengenai hijab, seperti yang baru engkau ucapkan itu. Sebab, agama islam tidak pernah sehari pun mengikuti pemikiran kerahiban dan memutus kesenangan hidup itu. Bahkan sebaliknya, Rasulullah saw telah membukakan pada agama ini pintu bagi kesenangan. Dan kesenangan yang dimaksud Rasulullah saw disitu adalah bersenang-senang terhadap kehidupan yang telah diciptakan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya. Amirul Mukminin Ali berkata, "Sesungguhnya Allah itu indah dan cinta akan keindahan."
Imam Ja`far al-Shadiq juga berkata, "Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kenikmatan kepada kalian, maka janganlah menyembunyikan keinkmatan-kenikmatan tersebut! Mendengar itu, para sahabatnya berkata, Bagaimana itu, wahai puteraRasulullah? beliau berkata lagi, Hendaklah setiap dari kalian pakaiannya bersih, aroma tubuhnya baik, tembok rumahnya bersinar. Sebab, hal itu dapat meluaskan rezekinya. Tiga orang wanita mengadukan kepada Rasulullah saw perihal suami-suami mereka. Salah seorang diantara mereka mengatakan bahwa suaminya tidak mau makan daging. Perempuan kedua mengatakanbahwa suaminya menghindari memakai wewangian. Sedangkan yang ketiga mengatakan bahwa suaminya telah menjauhkan diri dari perempuan. Karenanya, Rasulullah saw nampak sedih mendengar pengaduan-pengaduan tersebut. Beliau saw lalu keluar dari rumahnya, menuju masjid dan naik keatas mimbar, seraya bersabda, Telah sampai berita kepadaku bahwa sebagian sahabat-sahabatku telah meninggalkan daging, wangi-wangian, dan perempuan. Inilah aku, aku memakan daging, memakai wangi-wangian, dan bersenang-senang dengan perempuan. Siapapun diantara kalian yang menyimpang dari cara-caraku ini, maka ia bukan termasuk golonganku!"
Rasulullah saw menyisir rambutnya dan memandangi air yang tenang dengan rasa senang sebagai ganti melihat cermin, sebelum beliau keluar menemui sahabat-sahabatnya. Beliau saw bersabda, Sesungguhnya Allah cinta kepada seorang hamba yang nampak elok dihadapan sahabat-sahabatnya.`
Apakah engkau menemukan, pada contoh-contoh itu, sesuatu yang menunjukkan bahwa agama islam bertopang pada pemikiran kerahiban dan meninggalkan kesengan hidup? Lalu, bagaimana mungkin kita kaitkan hijab dalam islam dengan hal-hal semacam itu? Sementara, agama islam, sebagaimana yang engkau lihat, memerangi pemikiran kerahiban dan menentang kerahiban itu sendiri.Nanti akan kuberikan padamu sebuah buku berjudul al-Ifaf baina al-salbi wa al-ijab(menjaga harga diri, antara negatif dan positif), yang ditulis oleh Zainudin. Agar, engaku dapat mengenal lebih banyak dan lebih banyak lagi akan manfaat-manfaat hijab serta kerugian kalau tidak mengenakannya. Sebenarnya, aku telah menyiapkan sesuatu untukmu. Tak apalah kukatakan sekarang. Aku telah menyediakan sepasang pakaian islami lengkap yang kan kuhadiahkan kepadamu. manakala mulai terlintas dibenakmu dan kau tertarik untuk mengenakannya. Aku berharap, aku tidak terlalu lama menunggunya."
Ketika itu, Rihab telah kembali pada keadaan seperti biasanya. Karena itu, Hasanah berusaha untuk membincangkan hal-hal lain yang tak berhubungan dngan pembicaraan semula. Setelah itu, ia berdiri untuk menuju kamarnya. Rihab melihat, sebelum keluar kamar, Hasanah kembali memandangi tulisan pada amplop yang diletakkan diatas meja.
Hasanah kembali kekamarnya dan duduk rebah dikursinya. Ia berbicara sendirian, "Sepertinya aku mengenal tulisan yang ada diamplop tadi. Sepertinya, itu benar-benar tak asing bagiku! Ya benar, tulisan itu mirip dengan tulisan Musthafa...! Benar, ia pernah menulis sepatah kata yang kulihat disebuah buku yang diberikan kepada Zainab... Aku yakin sekarang, aku ingat, tulisan itu pasti masih ada diantara buku-bukuku."
Setelah itu, Hasanah bangkit berdiri dan mencarinya diantara tumpukn buku-bukunya. Akhirnya, ia menemukan tulisan itu disebuah buku yang berjudul al-Syaithan Yahkum, karangan Musthafa Mahmud. Ia buka buku itu dan memperhatikan tulisan itu benar-benar. Lantas, ia terduduk diatas kursi dan kembali bergumam, "Ya Allah, tulisanya benar-benar sama... Atau mungkin hanya mirip saja. Bagaimana itu bisa terjadi. Apa hubungannya Musthafa dengan teman Rihab? Ah...tidak ...! Pasti aku telah salah! Mungkin saja ada banyak tulisan-tulisan yang serupa dan mirip. Namun, apa arti semua ini? Mungkin saja ini ada hubungannya dengan tangisan Rihab...! Mungkin Rihab tahu sesuatu hal yang tidak baik bagi Musthafa...? Tapi, aku tak ingin meragukan Musthafa. Lantas, kenapa aku harus membuka dihadapanku gambaran-gambaran yang buruk tentangnya? Ya, kenapa?"
Etelah mengucapkan itu, ia mengambil sebuah buku bacaan dan berusaha membacanya. Tapi pikiranya tak mampu untuk konsentrasi pada tulisan dibuku itu. Pikirannya terus terbang kesana-kemari, memikirkan tulisan disurat itu dan tulisan Musthafa yang keduanya benar-benar sama. Karena itu, ia lalu berusaha membuang pikiran-pikiran itu dengan mencoba untuk tidur. Namun usaha itu pun gagal, sehingga iapun duduk dan merenung...
Hasanah masih dikamarnya. Tak lama, Rihab pun masuk. Hasanah menyambut gembira kedatangannya. Mudah-mudahan Rihab bisa menghilangkan pikiran-pikiran buruknya. Rihab berdiri dihadpannya sembari berkata, "Aku mohon sesuatu darimu, Hasanah!"
Hasanah segera tahu, "Katakanlah, apa yang kau inginkan Rihab!" Rihab berkata, "Aku tertarik pada hijab yang kau siapkan untukku. Aku bertekad untuk mengenakannya mulai hari ini..."
Wajah Hasanah berseri gembira, walaupun keadaan jiwanya susah. Ia lalu bangkit dan segera mencium Rihab. Kemudian, ia berjalan menuju lemari dan mengeluarkan pakaian hijab islami lengkap, yang memang telah disiapkannya untuk Rihab. Rihab menerimanya dengan terima kasih, seraya berkata, "Semoga aku takkan menanggalkan hijab untuk selamanya, sejak hari ini. Sebagaimana aku juga berharap agar engkau tak meninggalkanku mulai hari ini."
Hasanah heran mendengar ucapan adiknya, "Aku meninggalkanmu Rihab...? Bagaimana hal itu terlintas dibenakmu? Ini tak mungkin terjadi, apapun penyebabnya...!
Rihab berkata, "Apapun yang terjadi... Walaupun engkau tahu apa yang telah kuperbuat sebelum ini...?"
Hasanah menjawab mantap dan tegas, "Ya, apapun yang terjadi! Walaupun aku tahu apa yang telah kau perbuat sebelumnya, karena engkau sekarang telah bersih dan suci..."
Rihab kembali bertanya, "Walaupun sebelumnya aku pernah berbuat jahat padamu...?"
Kembali dengan mantap Hasanah menjawab, "Ya..., meskipun demikian! Sebab, kegembiraanku, hanya lantaran engkau mengenakan hijab, telah mengubah pandangnaku akan semua kesalahanmu dimasa lalu. Disamping itu, engkau adalah asikku dan kecintaanku. Bagaimana mungkin engkau dapat berpikir bahwa akan hal itu padamu?"
Rihab berkata, "Aku harap engkau demikian padaku, walaupun aku tak berhak mendapatkan perlakuan semacam itu, Hasanah. Yang penting, sekarang aku ingin mengucapkan terima kasihku padamu, wahai kakakku."
Kemudian ia berpaling dan keluar kamar sembari berlari dan menangis. Sementara, Hasaanah masih berdiri tertegun, heran akan sikap adiknya itu. Juga, heran akan kedua tulisan, disurat dan buku itu...

Tidak ada komentar: