Senin, 24 Desember 2007

Surat Wasiat Ali Untuk Al-Hasan (I)

Dari seorang ayah, yang sudah sangat lemah dan butuh istirahat, yang mengakui keberadaan pengaruh waktu yang merusak penampilan seseorang aau sesuatu. Seorang ayah yang sudah semakin lanjut usia, yang menyerah kepada waktu. Seorang ayah yang menganggap dunia yang suka melanggar amanat ini sebagai yang bertanggung jawab atas terjadinya segala ketidak beresan. Seorang ayah yang tinggal dirumah si almarhum, yang mau meninggalkan dunia ini tak lama lagi. Kepada putranya, yang mengharapkan sesuatu yang tak dapat digapai, melangkah dijalan mereka yang telah tiada, menjadi sasaran penyakit, berada dalam cengkeraman kondisi waktu yang tak diinginkan, menjadi objek bencana, menjadi tawanan tuntutan-tuntutan duniawi, menjadi orang yang melepaskan sesuatu yang lama untuk mendapatkan sesuatu yang baru, orang yang punya hutang kepada kematian dan menjadi tawanan kematian, sekutu kecemasan dan teman kesedihan, sasaran tembak bencana mendadak, korban hasratnya, dan pengganti si almarhum.
Yang terlihat jelas oleh mata dan jiwaku setelah dunia menjauh dariku, setelah tak mau diatur oleh aktu, setelah akhirat bergerak kearahku, cukup untuk mencegahku memikirkan yang lain selain diriku sendiri, mencemaskan yang lain selain diriku sendiri. Ketika kecemasanku mengenai diriku sendiri menguasaiku, sampai-sampai aku tak peduli yang lain, pandanganku, menurutku, tetap sesuai dengan fakta atau realitas. Aku pun jadi tak lagi memperhatikan keinginan-keinginanku, aku jadi melihat situasiku yang sesungguhnya, dan akupun dibawa kepada sesuatu yang memang patut mendapat perhatian serius dan dibawa kepada suatu kebenaran yang bersih dari kepalsuan. Aku lihat engkau adalah bagian dari diriku, lebih tepatnya keutuhan diriku, sehingga kalau engkau terkena sesuatu, berarti akupun juga terkena sesuatu itu, dan seakan-akan jika maut mendatangimu, berarti maut juga mendatangiku. Karena itu aku jadi memikirkan urusanmu, seperti aku pikirkan urusanku sendiri. Karena itu aku tuliskan untukmu surat wasiat ini sebagai pelipur lara, entah aku hidup atau meninggal.
Aku nasihati engkau, wahai putraku! Bertakwalah kepada Allah, ikuti perintah-perintah-Nya, penuhi hatimu dengan zikir kepada-Nya, dan pegang erat-erat tali-Nya. Karena tak ada tali atau hubungan yang lebih andal selain tali atau hubungan antara engkau dan Tuhanmu.
Hidupkan hatimu dengan nasihat, dan habisi dengan kesalehan dan dengan manahan diri. Kuatkan hatimu dengan keyakinan yang kukuh, dan cerahkanlah dengan kearifan, taklukkan dengan ingat mati, dan buatlah agar hatimu mengakui bahwa hidup itu fana dan menyadari bahwa dunia itu penuh dengan kekecewaan, dan peringtkanlah dirimu akan serangan dahsyat waktu dan akan masalah pergantian nasib yang tak terduga yang terjadi dimalam dan siang hari. Bukalah hatimu untuk mengetahui catatan tentang generasi-generasi silam, dan ingatkan hatimu tentang apa yang dialami oleh kaum-kaum yang hidup sebelum kamu. Perhatikan tempat tinggal mereka dan jejak-jejak mereka, dan amati dimana mereka beraktifitas dan dari mana mereka berangkat, dan dimana kereka berhenti dan turun. Maka akan engkau ketahui bahwa mereka pergi dari yang mereka cintai dan dari yang dekat dengan mereka, dan mereka tinggal disebuah tempat yang asing dan sunyi. Engkau akan melihat seakan-akan engkau akan segera mengikuti jejak mereka. Karena itu, persiapkan dan bereskan dirimu untuk tinggal ditempat yang abadi. Jangan gadaikan kehidupan duniawi. Jangan lagi engkau bicara tentang apa yang tak engkau ketahui, atau jangan lagi bicara tentang apapun yang tidak perlu. Janganlah melangkah dijalan yang engkau takut akan tersesat, karena berhenti melangkah ketika bingung lebih baik ketimbang terus melangkah.
Serulah orang untuk berbuat kebajikan. Jadilah salah seorang yang berbuat kebajikan. Kutuklah kejahatan dan keburukan dengan kedua tanganmu dan dengan lidahmu. Sedapat mungkin, jauhkan selalu darimu orang yang buruk moralnya. Dan berupaya keraslah, dan ini memang semestinya, dijalan Allah, dan jangan dimasukkan kehati, kecaman, celaan, hinaan, dan kata-kata kotor orang yang suka mengecam, mencela, menghina, dan mengeluarkan kata-kata kotor.
Turunlah kelaut yang dalam demi mendapatkan kebenaran. Upayakan untuk memiliki pengetahuan yang dalam tentang agama. Biasakanlah dirimu untuk bersikap sabar dalam menghadapi situasi dan kondisi yang tidak diinginkan. Sesungguhnya sebaik-baik karakteristik atau kualitas adalah bersikap sabar untuk mendapatkan kebenaran. Berlindunglah kepada Allah dalam semua urusanmu, karena perlindungan Allah merupakan sebaik-baik dan sekukuh-kukuhnya perlindungan.
Apapun keinginanmu, mintalah kepada Tuhanmu saja, karena yang kuasa memberi, tidak memberi, atau menolak, hanyalah Allah. Jangan pernah berhenti dalam berupaya mendapatkan rahmat dan petunjuk-Nya. Cobalah pahami nasihatku. Jangan biarkan dirimu mengabaikan nasihatku, karena sebaik-baik nasihat adalah yang memberikan manfaat. Ingatlah, tak ada kebaikan pada pengetahuan yang tidak ada manfaatnya. Ingatlah bahwa dari pengetahuan yang tak layak dituntut tak mungkin bisa didapat manfaat.
Wahai putraku, ketika aku sadar aku sudah lanjut usia, dan juga ketika aku perhatikan bahwa aku jadi semakin lemah, maka aku bergegas menulis surat wasiat untukmu. Didalamnya aku paparkan beberapa hal yang sangat penting. Aku khawatir ajal datang sebelum aku menyampaikan kepadamu isi pikiranku. Aku khawatir kapasitas mentalku merosot akibat merosotnya kondisi tubuhku. Atau, sebelum nasihatku sampai kepadamu, engkau sudah dikuasai emosi dan godaan duniawi lebih dahulu, sehingga engkau jadi seperti seekor kuda yang sangat sulit dikendalikan.
Hati anak muda adalah laksana tanah yang belum digarap. Kalau ditaburkan benih ditanah ini, maka tanah ini akan menumbuhkan benih tersebut. Karena itu, aku harus bersegera memberikan pandidikan kepadamu, sebelum hatimu jadi keras dan sebelum pikiranmu terlalu terkonsentrasi kepada sesuatu, sehingga dengan upaya putusanmu sendiri engkau mendapatkan sesuatu yang cara untuk mendapatkannya dan cara untuk mengalaminya telah engkau peroleh informasinya dari orang-orang yang berpengalaman. Dengan nasihatku, engkau tidak akan mencari pertolongan siapapun atau apappun. Dengan nasihatku, engkau tak perlu lagi berupaya mendapatkan pengalaman. Dengan demikian engkau akan mendapatkan apa yang aku berupaya dapatkan. Dan akan mulai jelas bagimu apa yang bagi kami sebelumnya sering tidak jelas.
Wahai putraku, meskipun aku tidak dianugerahi umur panjang seperti orang-orang sebelumku, namun sudah aku analisis aktivitas mereka, sudah aku kaji sejarah mereka, dan telah aku explorasi puing-puing dan peninggalan mereka, sehingga aku jadi seperti salah seorang diantara mereka. Tdak, lebih tepatnya aku hidup sejak zaman orang pertama dari mereka sampai zaman orang terakhir dari mereka. Sehingga aku dapat melihat dengan jelas urusan mereka. Dengan demikian aku sudah mengetahui kebaikan yang ada pada mereka dan apa yang tidak baik, apa yang bermanfaat dan apa yang mudharat. Telah aku pilihkan dan ambilkan untukmu bagiann terbaik dan telah aku pilihkan untukmu bagian dari pengalamanku yang paling sesuai dan pas untukmu, sehingga engkau akan jauh dari perilaku dan moral yang rendah atau dari kehinaan. Dan aku merasa, ketika aku memikirkanmu dan telah memutuskan untuk mendidikmu, bahwa ini harus dilakukan ketika niat dalam dirimu masih tulus dan ketika jiwa dan pikiranmu masih bersih. Semula yang ingin kuajarkan lebih dahulu kepadamu adalah kitab Allah dan tafsirnya, hukum Islam dan peraturannya, dan apa yang halal dan apa yang haram, dan untuk sementara waktu tidak menyinggung masalah lain. Namun aku khawatir engkau menjadi bingung melihat perselisihan orang akibat beragamnya kecenderungan dan pendapat mereka, dan mereka sendiripun jadi bingung. Meskipun sebenarnya aku tak suka menasihatimu, namun menurutku lebih baik menjelaskan semua ini kepadamu. Aku tak mau engkau menerima sesuatu yang berkonsekuensi menghancurkan dirimu. Semoga Allah menganugerahimu kemampuan untuk melakukan yang benar dan memandumu kejalan yang lurus. Karena alasan inilah aku tulis surat wasiat ini untukmu.
Ketahuilah, wahai putraku, yang paling aku sukai dari hikmah yang dapat engkau timba dari surat wasiatku adalah bertakwa kepada Allah, memusatkan perhatian dan berpegang teguh pada keentuan-Nya, dan mengikuti jalan para leluhurmu dan orang-orang yang lurus moralnya dari kalangan anggota keluargamu. Mereka sudah mengkaji apa yang dapat engkau kaji, dan mereka sudah memikirkan apa yang dapat engkau pikirkan, namun pada akhirnya mereka mau tak mau hanya mengambil apa yang mereka rasa yang terbaik dan mereka mau tak mau menjauh dari apa yang menurut mereka tidak perlu. Karena itu, jika jiwa dan benakmu tak mau menerima ini, padahal engkau sendiri tak melakukan telaah seperti yang telah mereka lakukan, maka dapatkan informasi seperti itu dengan belajar keras, bukan dengan berada dalam ketidak pastian tentang mana yang benar dan mana yang salah, dan bukan dengan terlibat dalam perselisihan pendapat mengenai topik yang berpotensi menimbulkan kontroversi.
Sebelum melakukan telaah seksama atas itu, awalilah dengan memohon pertolongan Tuhanmu dan degan mengharapkan petunjuk-Nya, dengan menyingkirkan setiap sesuatu yang dapat membuatmu ragu-raguatau yang dapat menyesatkanmu. Kalau engkau merasa yakin bahwa hatimu bersih dan bersahaja dan putusanmu sempurna dan kuta, dan bahwa perhatianmu kepada persoalan ini merupakan perhatian yang seksama, kalau demikian maka telaahlah dengan sungguh-sungguh apa yang telah aku jelaskan kepadamu. Namun kalau engkau tak mampu mengerahkan kemampuan mentalmu dan tak dapat memperoleh apa yang engkau harapkan dari telaah dan pengkajianmu, maka sadarilah bahwa engkau sebenarnya tengah terantuk, seperti unta betina yang rabun matanya, dan bahwa engkau sesungguhnya tengah berada dimalam yang gelap gulita. Sedangkan orang mencari kebenaran bukanlah orang yang terantuk, juga bukan orang yang tak mampu berpikir jernih. Sebaik-baik posisi adalah jauhilah ini.
Pahamilah nasihatku, wahai putraku. Dan ketahuilah bahwa penguasa kematian juga merupakan penguasa kehidupan, bahwa yang menciptakan adalah juga yang menghancurkan, yang menghancurkan adalah juga yang mengembalikan kekondisi semula, yang menurunkan adalah juga menyelamatkan, dan bahwa dunia tak akan abadi keberadaannya dengan segenap suka dan dukanya, karena itu sudah merupakan takdir Allah. Dan bahwa akan ada pembalasan dikehidupan akhirat atau akan ada hal-hal lain seperti itu yang tak engkau ketahui. Kalau hal-hal seperti ini sulit dicerna pikiranmu, itu karena engkau tidak mengetahuinya karena pada mulanya engkau diciptakan dalam kondisi tidak tahu, lalu engkau mendapat pengajaran. Banyak hal yang tak engkau ketahui, yang engkau bingung, yang tak engkau lihat dengan jelas, namun kemudian engkau mulai melihat segalanya dari sudut pandang yang benar. Karena itu, berlindunglah dan berpegang teguhlah kepada Dia yang telah menciptakanmu, yang telah memberimu rezeki yang engkau butuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kehidupan, dan kesehatanmu. Beribadahlah hanya kapada Dia saja. Berharaplah kepada-Nya, dan takutlah engkau kepada-Nya.
Dan ketahuilah, putraku, tak ada yang mengajari kami tentang Tuhan kecuali Nabi saw dan anggota keluarga Nabi. Karena itu, cukuplah Nabi sebagai pemimpin dan pemandu yang akan membawamu mencapai keselamatan. Nasihat tulusku kepadamu sudah cukup kuantitas dan kualitasnya. Meskipun sungguh-sungguh san saksama sensitivitas dan pemikiranmu tentang kesejahteraanmu sendiri namun tetap tak akan pernah setingkat sensitivitas dan pemikiranku tentang kesejahteraanmu, sekalipun mungkin engkau berusaha keras untuk itu.
Dan ketahuilah, puraku,kalau saja Tuhanmu punya sekutu, tentu para utusan sekutu tersebut akan datang kepadamu, engkau tentu akan melihat tanda-tandakerajaan dan kekuasaan sekutu tersebut, dan engkau tentu akan mengetahui perbuatan dan sifat sekutu tersebut. Namun Dia adalah Tuhan yang esa, seperti itulah Dia menyebutkan tentang diri-Nya. Kedaulatan-Nya tak ada yang menandinginya. Dia memang dan akan begitu selalu. Dia adalah Yang Pertama sebelum segalanya tanpa ada awalnya, dan Yang Terakhir setelah segalanya tanpa ada akhirnya.
Bila engkau telah mengetahui ini, maka kerjakan apa yang harus engkau dikerjakan, engkau yang terlalu kecil dan tidak penting posisinya, engkau yang terlalu kecil dayanya, yang luar biasa ketidak berdayaannya, yang amat sangat membutuhkan Tuhan, yang berupaya untuk selalu menaati-Nya, yang takut hukuman-Nya dan yang takut murka-Nya, karena segala yang Dia perintahkan kepadamu untuk engkau kerjakan adalah kebaikan bagimu, dan segala yang Dia haramkan engkau melakukannya, maka yang diharamkan adalah hal-hal yang buruk bagimu.
Wahai putraku, sudah aku kepadamu tentang dunia ini dan kondisinya yang senantiasa berubah, dan karakternya yang cepat masanya, yang cepat kemusnahannya. Juga telah aku jelaskan kepadamu tentang alam akhirat dan apa yang sudah disediakan bagi penghuninya, dan telah aku kutipkan contoh-contoh keduanya sehingga dapat engkau ambil hikmahnya, sehingga engkau dapat membekali dirimu.
Contoh orang-orang yang mampu memahami dunia ini adalah laksana serombongan musafir yang merasa dunia ini sebuah tempat berhenti yang kering kerontang dan tak ada artinya, sehingga mereka harus mencari tempat yang subur, tempat yang hijau. Karena itu, mereka sanggup menghadapi kesulitan yang diakibatkan oleh perpisahan dengan sahabat, sanggup menghadapi kerasnya perjalanan, dan sanggup makan dengan makanan yang seadanya, agar dapat sampai ditempat yang nyaman untuk tinggal. Mereka tak merasa sakit meskipun kesulitan demi kesulitan menerpa mereka, dan tidak menganggap percuma biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tak ada yang lebih mereka dambakan dan sukai selain apa yang membuat mereka dekat dengan tempat tujuan dan membawa mereka sampai ditempat yang menjadi pilihan mereka.
Sedangkan contoh mereka yang terperdaya oleh dunia ini adalah seperti contoh suatu kaum yang daerahnya subur namun kesuburan daerahnya ini disia-siakan sehingga jadi kering kerontang dan kondisinya jadi sulit. Kemudian tak ada yang lebih mereka benci selain perbuatan mereka kepada diri mereka sendiri, yaitu meinggalkan daerah sendiri menuju daerah lain. Dan perjalanan untuk kedaerah lain ini dilakukakn dengan tidak mempertimbangkan konsekuensi atau bahayanya. Dan merekapun sampai didaerah yang kering dan tidak produktif.
Wahai putraku! Jadikan dirimu neraca anatara dirimu dan orang lain, dan inginkan untu orang lain apa yang engkau inginkan untuk dirimu sendiri, dan tidak menginginkan untuk orang lain apa yang tidak engkau inginkan untuk dirimu sendiri. Jangan berlaku tidak adil, karena engkau pun tak mau diperlakukan tak adil. Dan bersikaplah bersahabat dan murah hati , karena engkau pun menginginkan dirimu diperlakukan dengan bersahabat dan murah hati. Kalau engkau anggap sesuatu itu buruk bagi dirimu, maka anggap pula sesuatu itu buruk bagi orang lain. Ikutlah merasa senang kalau orang lain memiliki apa yang engkau senang untuk memilikinya. Jangan mengatakan sesuatu yang tidakk engkau ketahui, atau jangan mengatakan sesuatu yang tidak cukup pengetahuanmu tentang sesuatu itu.
Dan ketahuilah bahwa sesuatu yang dianggap sia-sia dan tak ada artinya, berlebihan membanggakan aspek lahiriah, merupakan lawan dari kelurusan moral dan dapat merusak akal. Berupayalah untuk bekerja keras, dan jangan hanya menjadi manajer keuangan orang lain. Dan bila engkau mendapat petunjuk sehingga engkau mencapai jalan yang bemar, maka sedapat mungkin bersikaplah rendah hati dihadapan Tuhanmu.
Dan ketahuilah bahwa dihadapanmu terbentang sebuah jalan yang panjang dan kerja keras, dan bahwa untuk bisa menempuh jalan panjang itu dibutuhkan kemampuan mengenal jalan itu, bekal yang dapat mencukupi kebutuhanmu, dan beban seringan mungkin. Karena itu, jangan bebani bahumu dengan sesuatu yang tak sanggup engkau pikul agar engkau tidak terbebani dengan sesuatu itu. Dan bila engkau bertemu fakir miskin yang dapat membawakan bekalmu untuk Hari Kebangkitan dan dapat menyerahkan ini kepadamu esok hari, ketika engkau membutuhkan bekal ini, maka pandanglah dia sebagai orang yang dikirim oleh Tuhan, dan persilahkan dia untuk membawakan bekalmu. Ketika dia bersamamu, berilah dia lebih dari cukup, karena barangkal dikemudian hari engkau memerlukannya namun tak dapat menemukannya. Dan pandanglah dia orang yang dikirim oleh Allah yang meminjam darimu ketika engkau kaya sehingga dia dapat melunasinya ketika engkau mengalami kesulitan.
Dan ketahuilah bahwa dihadapanmu terbentang jalan yang sulit. Untuk melalui jalan itu, orang yang ringan bebannya lebih baik posisnya dibanding orang yang berat bebannya, dan orang lamban jalannya, dan melalui jalan itu engkau dapat sampai disurga, atau dapat juga sampai dineraka. Karena itu manfaatkan jasa pemandu sebelum engkau melangkah dijalan itu, dan persiapkan tempat tinggal sebelum engkau sampai, karena setelah mati tak ada lagi kesempatan untuk bertobat, dan tak mungkin lagi untuk kembali kedunia.
Ketahuilah bahwa Dia yang memiliki kekayaan dibumi dan dilangit telah memberimu keleluasaan untuk berdo`a dan telah menjamin akan menjawab. Dia telah menyuruhmu untuk memohon kepada-Nya sehingga Dia akan memberimu, dan meminta rahmat-Nya, sehingga Dia akan memberikan rahmat-Nya kepadamu. Dia tidak menempatkan diantara engkau dan Dia siapapun yang dapat menabirimu dari Dia, dan tidak memaksamu untuk berpaling kepada seseorang yang dapat menjadi perantaramu dalam berhubungan dengan Dia. Dia tidak menghalangimu untuk bertobat jika engkau berbuat salah, tidak buru-buru menghukummu, tidak mengejekmu ketika engkau berpaling kepada-Nya, tidak mempermalukanmu ketika engkau kena aib, dan tidak segan-segan menerima tobatmu, tidak memaksamu atau menyuruhmu untuk berbuat jahat, dan tidak mengecewakanmu kalau engkau berupaya mendapatkan rahmat-Nya. Kalau engkau menjauhkan diri dari dosa, Dia jusru memandang sikapmu itu sebagai amal salehmu. Kalau engkau melakukan satu perbuatan dosa, Dia menganggapsebagai satu dosa. Namun kalau engkau berbuat satu amal saleh, Dia pandang sebagai sepuluh amal saleh. Dia buka bagimu pintu tobat, sehingga bila engkau menyeru-Nya, Dia dengar seruanmu, dan bila engkau bermunajat kepada-Nya, Dia tahu maksudmu. Karena itu, paparkan dihadapan-Nya isi pikiranmu, sampaikan kepada-Nya kecemasan-kecemasanmu, mohonlah kepada-Nya untuk menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiranmu, mintalah kepada-Nya untuk membantumu mengatasi kesulitan, mohonlah kepada-Nya untuk menganugerahimu rahmat-Nya karena tak ada lagi, selain Dia, yang kuasa memberikan kesehatan jasmani dan rezeki yang banyak.
Kemudian, telah Dia anugerahkan kepadamu kunci untuk memperoleh kekayaan-Nya. Dia izinkan engkauuntuk memohon kepada-Nya, sehingga bila engkau inginkan, engkau dapat membuka pintu-pintu rahmat-Nya melalui do`a, dan dapat membuat hujan rahmat-Nya turun mengguyurmu. Jangan patah semangat jika Dia menunda pengabulan permohonanmu, karena berdasarkan niatmu itulah Dia memberimu. Mungkin Dia menunda agar pahala sipemohon bertambah, dan semakin banyak apa yang akan diberikan kepada sipemohon. Terkadang engkau minta sesuatu, namun permintaanmu tak dikabulkan, dan engkau diberi sesuatu yang lebih baik daripada apa yang engkau minta, bisa segera bisa pula setelah beberapa lama. Atau engkau tak diberi apa yang engkau minta, itu karena Dia menginginkan sesuatu yang lebih baik bagimu. Karena, banyak yang engkau minta, padahal itu dapat menghancurkan imanmu kalau saja itu dikabulkan. Karena itu, mintalah sesuatu yang berakibat baik bagimu, dan yang tak ada efek buruknya bagimu. Adapun harta, maka harta tak abadi, juga engkau tak akan dapat bersamanya terus.
Dan ketahuilah bahwa engkau diciptakan semata-mata untuk akhirat, bukan untuk dunia fana ini. Untuk sirna, bukan untuk abadi, dan untuk mati, bukan untuk hidup terus. Bahwa posisimu adalah posisi berangkat dan posisi dirumah untuk mengumpulkan bekal. Dan bahwa engkau tengah berjalan menuju akhirat. Bahwa engkau tengah dikejar oleh kematian. Tak ada mahluk yang dapat lari dari kematian. Dan orang yang mencari kematian pasti akan mendapatkan kematian itu. Sehingga kematian pasti merenggut manusia. Karena itu, hati-hatilah selalu dengan kematian. Jangan sampai engkau dijemput kematian ketika engkau tengah dalam kondisi yang jelek, dan engkau tengah berencana untuk memperbaiki kondisi jelek itu. Jangan sampai kematian mencegahmu mencapai niatmu, dan kalau ini terjadi maka engkau akan mengalami kehancuran.

Tidak ada komentar: