Minggu, 23 Desember 2007

Mati Demi Cinta

Sekembalinya menguburkan jasad suci Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husai yang hendak kembali menuju Kufah, ditengah perjalanan keduanya melihat seorang lelaki miskin dan buta duduk disamping bangunan reyot. Wajahnya tampak sangat sedih dan ketakutan dengan kepala tertunduk seraya menangis. Keduanya bertanya, "Siapakah Anda? Mengapa bersediah?"
Ia menjawab, "Saya adalah orang asing dan sendirian. Saya tak punya seorangpun untuk berbagi duka. Selama setahun saya berada dikota ini. Setiap hari ada seseorang yang baik hati menemui saya dan menanyakan keadaan saya, memberi saya makanan, dan berbincang-bincang dengan saya. Namun sekarang telah tiga hari berlalu dan ia tidak datang kemari, tidak menanyakan keadaan saya."
Mereka bertanya, "Apakah engkau tahu namanya?"
Ia menjawab, "Tidak."
Mereka bertnya, "Apakah engkau tidak menanyakan namanya?"
Ia menjawab, "Saya sudah menanyakannya, namun ia menjawab, `Apa kepentinganmu dengan namaku. Saya merawatmu demi keridhaan Allah.`"
Mereka bertanya, "Bagaimana wajah dan postur tubuhnya?"
Ia menjawab, "Saya buta, saya tidak mengetahui wajah dan postur tubuhnya."
Mereka bertanya, "Apakah engkau sama sekali tidak mengenal ciri-ciri sikap dan pembicaraannya?"
Ia menjawab, "Lisannya senantiasa dalam keadaan berzikir. Tatkala ia berzikir dan bertasbih, bumi, pintu, dan dinding-dindingikut bertasbih bersamanya; tatkala duduk disamping saya, ia berkata, `Orang miskin duduk disebelah orang miskin, orang asing duduk disebelah orang asing.`"
Imam Hasan dan Imam Husain, amat mengenal orang baik dan tak dikenal itu. Mereka saling berpandangan dan berkata, "Wahai orang miskin dan asing! Ciri-ciri yang engkau sebutkan itu adalah ciri-ciri ayah kami, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib."
Orang miskin berkata, "Lalu mengapa sudah tiga hari ini ia tidak menemuiku?"
Mereka menjawab, "Wahai orang miskin dan asing! Seorang terkutuk telah menghunuskan belatinya kekepalanya. Ia pun berpulang kehadirat Allah. Tadi baru saja kami kembali dari kuburnya."
Tatkala mengetahui peristiwa yang terjadi, orang miskin itu menjerit dan menangis. Ia merebahkan tubuhnya ketanah dan melempari wajahnya dengan pasir seraya berkata, "Apa keistimewaanku sehingga Amirul Mukminin merawatku? Mengapa mereka membunuhnya?"
Imam Hasan dan Imam Husain berusaha menenangkannya. Namun ia tak juga tenang. Kemudian orang tua miskin itu memeluk Imam Hasan dan Imam Husain, dan berkata, "Demi kakek-kakek kalian, demi jiwa ayah kalian yang mulia, bawalah aku kekuburnya."
Imam Hasan memegang tangan kanannya, sementara Imam Husain memegang tangan kirinya. Mereka memapahnya kekubur Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Setelah sampai, ia merebahkan dirinya kekubur beliau dalam keadaan menangis dan meratap. Ia berkata, "Ya, Allah, saya tak mampu menanggung beban perpisahan dengan ayah yang baik ini. Demi penghuni kubur ini, ambillah nyawaku!"
Do`anya terkabul! Iapun menghembuskan nafas terakhirnya diatas kubur suci Imam Ali. Menyaksikan kejadian itu, Imam Hasan dan Imam Husian tak kuasa menahan tangis kesedihan. Mereka berdua segera memandikan, mengafani, dan menyalati jenazah simiskin, lalu dikuburkan disekitar makam suci tersebut.
Cerita-cerita Hikmah (Dastan-e Dustan) - Karya Muhammad Muhammadi
Penerbit Cahaya

Tidak ada komentar: