Selasa, 18 Desember 2007

Meniti Pengadilan

Aku bernama suharto bin Sukarno, ibuku bernama Mukulsum. Standar otakku dibawah rata-rata alias bodoh. Namun aku kadang bisa berpikir, atau tepatnya ada suatu dorongan untuk aku mengekspresikan sesuatu yang terlintas didalam otakku yang kecil dan bodoh ini. Kadang aku bertanya;
"Apakah aku menginginkan keadilan?" Sebagai manusia yang otakku masih bisa aku pakai untuk mengatakan api itu panas, maka aku dengan pasti akan mengatakan "ya" aku menginginkan keadilan.
"Apakah aku juga ingin berbuat adil?" Inilah pertanyaan yang ingin aku jawab sebagaimana jawabanku terhadap perlakuan keadilan terhadap diriku, namun dengan sedikit marah dan terbahak, maka aku akan berkata;
Kalau aku berbuat adil apa yang aku peroleh? Aneh...!akan aku zalimi setiap keberadaan.
Aku berkata dalam hati, "Aku adalah keadilan, dan keadilan adalah diriku!"
Lihat, bagaimana orang-orang yang mengaku bisa berbuat adil mengukir hidupnya.
Yaa, Ahmad belahan jiwaku, namun demi masa tak kuizinkan keturunanmu mewarisi warisanmu.
Wahai Ahmad junjunganku, kan kutentang semua keputusan dan ketetapan Tuhanmu yang tidak seiring dengan hatiku.
Didepanmu aku tunduk namun dibelakangmu, kan ku rangkai kekuatan dunia untuk menghapus kejayaan agamamu.
Kulantunkan shalawat bagimu, dan kutebarkan ketakpedulian terhadap keturunanmu.
Aku tak peduli, walaupun Tuhanmu pun kan membantumu untuk mencintakan keluargamu.
Aku kan samakan keluargamu dengan orang ajam.
Bahkan aku tinggikan musuhmu terhadap keluargamu.
Kalau perlu akupun akan menjadikan Karbala kedua, ketiga dan seadanya kesempatan sepanjang waktu untuk memusnahkan benih kebanggaanmu.
Lihat kejujuran para jenius, yang mampu membodohi Rasulullah saw!
Seakan mereka telah membodohi Rasulullah dan malaikat serta sang Pencipta. Tanpa sadar mereka membaca kalam Ilahi yang kutukannya ditujukan kepada mereka dan ancaman neraka jahanam pun dicipta untuk mereka, karena mereka telah memberanikan diri dengan kesombongan akal mereka untuk bertipu daya kepada penyeru keselamatan mereka.
Aku yang bernama suharto yang bodoh, tidaklah ingin memberi kerut didahi sang Rasul agung saw.
Aku ingin, biarlah Rasul saw agung ini hanya melirik diriku walau hanya sekilas sepanjang waktu terkembang.
Biarlah terpaan angin belaiannya yang kurasakan.
Akupun puas sudah walau hanya melihat setitik sinar dari pancaran keagungannya.
Aku yang bodoh ini ingin dihatiku ada nama yang terukir, nama orang-orang dari benih sucinya.
Nama yang dalam shalawat diajukan Tuhan supaya Muhammad kekasih-Nya mengumandangkannya dalam shalat dan do`a serta rintihan munajat kepada-Nya.
Nama itu: " Fatimah-Ali-Hasan-Husain-Ali-Muhammad-Ja`far-Musa-Ali-Muhammad-Ali-Hasan-Muhammad..."
Dan bila diijinkan aku tambahkan nama yang lain:
Ruhullah al-Musawi Ali Khameini
Rahbar Ali Khamenei
Bila bekas cinta itu memiliki arti, maka aku kan bersyukur memiliki bekas cinta dihatiku terhadap orang-orang kecintaan Rasulullah saw ini.
Aku, yang bernama suharto yang bodoh ini tidak mengetahui apa itu cinta.
Biarlah kata cinta menjadi kebanggaan para pujangga, karena aku tidak tahu apa itu " c i n t a ".

Tidak ada komentar: