Jumat, 09 Mei 2008

Barhut, Jahanam Barzakhi

Wadi as-Salam merupakan tempat dimana semua ruh yang selamat tampak dan berkumpul disana. Sebaliknya, Barhut merupakan padang pasir kering tanpa air, tidak ada tetumbuhan yang hidup disana. Barhut adalah tempat Jahanam barzakhi dan tempat penyiksaan semua ruh jahat.
suatu hari, seseorang menghadap Nabi saw dan berkata, "Wahai Raslullah, saya telah melihat kejadian yang sangat menakutkan."
Nabi saw, "Apa yang telah anda lihat?"
Ia berkata, "Salah seorang diantara keluarga saya mengidap penyakit berat. Untuk mengobatinya, saya menawarkan air sumur kepadanya yang terletak di Barhut. Saya lalu berangkat dengan membawa sebuah kantong kulit dan gelas, untuk mengambil air mineral di Barhut itu. Ketika saya menuangkan air kedalam kantong kulit itu, tiba2 diatas saya terdapat sesosok seperti orang yang sedang dirantai turun dari langit sembari berkata, Berilah saya air. Kalau tidak, sekarang juga saya akan mati.
Untuk memenuhi permintaanya, saya menengok keatas. Dan diatas tampak seseorang yang tergantung dengan rantai yang melilit dilehernya. Ketika saya hendak menyerahkan air kepadanya, tiba2 orang itu ditarik keatas, hampir menyentuh matahari yang menyala. Kemudian, saya berpaling dan mengisi kantong kulit saya. Lagi2, ia datang untuk ke-2 kalinya seraya berkata, Haus...haus...Barilah saya air. Kalau tidak, sekarang juga saya akan mati. Seperti sebelumnya, saat saya hendak menyerahkan air kepadanya, ia ditarik hingga mencapai matahari. Kejadian ini berulang hingga 3x, sayapun menutup kantong kulit air saya dan saya tidak memenuhi keinginnnya."
Nabi saw, " Orang itu adalah Qabil, salah seorang anak dari nabi Adam as yang telah membunuh saudaranya tanpa belas kasihan."
"Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya kedalam air supaya sampai air kedalam mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai kemulutnya. Dan doa orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka." (ar-Ra d: 14)
Sayyid Mukmin Syablanji Syafi i, dalam kitabnya Nur al-Abshar, menceritakan dari Abul Qasim bin Muhammad yang berkata, "Saya melihat sekelompok orang berkumpul dekat maqam Ibrahim di Masjidil Haram. Saya menanyakan mengapa mereka berkumpul, mereka memberitahukan bahwa seorang pendeta telah memeluk Islam. Ia datang ke Makkah dengan membawa sebuah berita mengejutkan. Sayapun kesitu dan melihat seorang laki2 tua, mengenakan pakaian wol, sedang duduk seraya berkata2."
Pendeta, "Pondok saya berada didekat laut. Suatu hari, saat saya sedang duduk2 ditepi pantai, tiba2 saya melihat seekor burung yang sangat besar sekali. Ia turun dari atas dan bertengger disebuah batu besar. Ia menyemburkan 1/4 bagian tubuh manusia, lalu pergi. Ke-2 kalinya, ia datang lagi dan menyemburkan seperempat bagian tubuh lainnya. Itu terjadi hingga empat kali. Pada kali ke-4, bagian tubuh itu disatukan dan terbentuklah sesosok manusia yang sangat legam. Saya sangat heran atas kejadian tersebut. Tak lama kemudian, burung tersebut mematuki orang hitam itu dan menelannya 1/4 bagian dari tubuhnya, lalu pergi. Ini terjadi 4x, pada kali ke-4, tak sedikitpun tubuh yang tersisa dari orang itu. Saya sangat bingung atas kejadian yang menimpa orang itu. Saya menyesal mengapa saya tidak menanyakan kepadanya nama dan keadaannya, saat burung itu menjauh.
Pada hari kedua, saya kembali melihat burung itu menyemburkan 1/4 bagian tubuh orang itu diatas batu besar. Itu terjadi 4x, pada kali ke-4, ia menyemburkan bagian tubuh orang itu dan menyatukannya kembali. Waktu itu juga, terbentuklah sosok manusia hitam. Lalu, saya keluar dari pondok untuk mendekatinya. Dengan nama Allah saya bersumpah kepadanya agar ia memberitahukan namanya kepada saya. Namun, ia tidak menjawab. Saya berkata, Saya bersumpah kepada anda bahwa diciptakannya anda tidak lain kecuali anda harus memberitahukan nama anda kepada saya.
Ia menjawab, Nama saya adalah Ibnu Muljam.
Pendeta, Karena apa anda disiksa dengan cara seperti itu.
Ibnu Muljam menjawab, Saya telah membunuh Ali bin Abi Thalib dan burung itu dikirim Allah untuk menyiksa saya dengan cara seperti itu setiap hari.
Saya kemudian meninggalkan pondok saya untuk mengetahui siapa gerangan Ali itu. Orang2 memberitahu saya bahwa ia adalah putra paman dan washi Muhammad saw. Karena kejadian ini, saya memeluk Islam dan datang untuk melaksanakan haji ke Baitul Haram dan berziarah ke makam Rasulullah saw."
Hari Kebangkitan (al-Maad), hal; 64-66(192 halaman), karya: Prof. Dastheghib
Penerbit; Penerbit Cahaya
Jl. Siaga Dharma VIII, no; 32
Pasar Minggu-Jakarta Selatan
Email; pentcahaya@cbn.net.id

Tidak ada komentar: