Kamis, 10 Januari 2008

Nama Baik dan Keluarganya Terjaga Meskipun Ditindas dan Ditekan

Ini sudah cukup untuk memaksa orang meriwayatkan kualitas terpuji dan luar biasa pada diri Ali bin Abi Thalib. Kualitas ini tak dapat diingkari oleh siapapun, meskipun banyak orang berusaha meninggalkan dan melawan beliau, meski banyak kesempatan yang mereka ciptakan untuk menyembunyikan keutamaan beliau dan mengingkari hak-hak beliau. Hal itu terjadi ketika kendali dunia berada ditangan musuh-musuh beliau dan para perawi tidak mampu memadamkan cahaya beliau dan mengingkari aktivitas beliau.
Allah SWT telah meninggikan derajat kemanusiaannya dengan menyebarkan keutamaan beliau dan memperlihatkan keunggulan beliau, sehingga orang menyadarinya, mengakui kebenarannya, serta menolak berbagai upaya licik untuk menyembunyikan keutamaan beliau serta mengingkari hak-haknya. Sehingga hujah-hujah tentang beliau tersampaikan dan kebenaran hak-hak beliau terungkap. Meski mereka berupaya mengaburkan keutamaan beliau, namun tetap saja mereka menemui kegagalan.
Berikut ini riwayat dari Sya`bi, Riwayat ini tersebar luas dan dikenal baik. Ia berkata, "Aku biasa mendengar para khatb Bani Umayah mengutuk Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dimimbar-mimbar." Dengan mengacungkan jari tangannya keatas Sya`bi melanjutkan, "Aku biasa mendengar mereka memuji nenek moyang mereka dimimbar-mimbar, seolah-olah mereka dapat mengungkap mayat-mayat nenek moyang mereka."
Pada suatu hari Walid bin Abdul Malik berkata kepada anak-anaknya, "Anak-anakku, kewajibanmuadalah terhadap agama. Aku tidak melihat agama ini membangun sesuatu yang dihancurkan dunia. Sementara, aku melihat dunia ini membangun sesuatu yang dihancurkan agama. Aku masih mendengar pengikut kita dan anggota keluarga kita mengutuk Ali bin Abi Thalib, melecehkan jasa-jasanya, dan mendesak orang membencinya. Namun tetap tidak mempengaruhi sikap masyarakat kecuali masyarakat semakin lebih dekat kepada diri mereka, namun tidak terpengaruh apapun pada hati masyarakat kecuali masyarakat semakin menjauh dari mereka."
Mereka merendahkan keutamaan Amirul Mukminin dengan membuat berbagai manipulasi melalui ulama mereka, dan menyebarkan apa yang seolah-olah otentik dan rasional sedemikian sehingga ketika seseorang ingin meriwayatkan sebuah hadis dari Imam Ali, maka ia tidak dapat menyebutkan nama beliau ataupun keluarga beliau. Ia hanya mengatakan "seorang sahabat Rasul berkata kepadaku" atau "seorang Qurais berkata kepadaku" bahkan sebagian ada yang menggunakan ungkapan, "Abu Zainab telah berkata kepadaku."
Ikrimah telah meriwatkan dari Aisyah tentang sakit dan wafatnya Rasulullah saw. Aisyah mengatakan, "Rasulullah keluar dari rumah beliau sambil bersandar pada dua orang laki-laki dari keluarganya, salah satunya adalah Fadhl bin Abbas." Ketika Ikrimah menyampaikan perkataan Aisyah kepada Abdullah bin Abbas bertanya, "Tahukah engkau siapa lelaki yang satunya lagi?"
"Tidak, Aisyah tidak menyebutkan namanya, " jawab Ikrimah.
"Ia adalah Ali bin Abi Thalib. Ibu kita itu tidak akan menyebutkan kebaikan-kebaikan Ali, padahal ia bisa," jawab Abdullah bin Abbas.
Para gubernur tiran akan mencambuk setiap orang yang berani menyebut kebaikan Imam Ali. Bahkan kepalanya akan dipancung dan dipertontonkan kepada masyarakat, agar masyarakat tidak ikut-ikutan. Akibatnya, orang takut menyebut kebaikan, keutamaan dan hujah kebenaran Imam Ali. Namun, sejak keutamaan dan keunggulan Imam Ali diriwayatkan secara luas dikalangan syiah maupun non syiah, dan sejak kawan maupun lawan beliau memberitakannya juga, maka jelaslah bahwa sejauh menyangkut Imam Ali, perkembangan normal situasi tidak berlaku, dan ini membuktikan karamah beliau.
Tanda-tanda kekuasaan lain Allah SWT mengenai beliau adalah: Tak seorang pun mengalami cobaan berkenaan dengan apa yang menimpa putra-putra dan keturunannya sehebat cobaan terhadap diri beliau. Fakta menunjukkan bahwa tak ada teror yang menimpa keturunan seorang nabi, seorang Imam atau seorang raja, baik yang saleh maupun yang zalim disetiap masa, sehebat teror yang menimpa keturunan Amirul Mukminin. Juga tak ada yang begitu menjadi target pembunuhan, begitu diusir dari rumah-rumah dan tanah-tanah mereka, atau begitu menjadi sasaran teror, sebagaimana yang dialami keturunan Ali bin Abi Thalib. Berbagai macam penderitaan yang menimpa mereka tidak pernah teralami oleh kelompok manusia manapun. Mereka dibunuh melalui pengkhianatan keji dan kelicikan. Itu dilakukan terhadap sebagian besar dari mereka selama masa hidup mereka. Mereka telah disiksa dengan kelaparan dan kehausan hingga meninggal.
Sehingga, hal tersebut menjadikan mereka tersebar keseluruh wilayah dan jauh dari rumah-rumah mereka, dari keluarga mereka dan negeri mereka. Hal itu pula yang telah memaksa mereka untuk merahasiakan nasab keluarga mereka dari mayoritas masyarakat. Rasa takut meliputi mereka sedemikian sehingga mereka menyembunyikan diri dari orang-orang yang mencintai apalagi yang memusuhi mereka. Mereka lari hingga kewilayah-wilayah jauh di Timur dan Barat, ketempat-tempat yang peradabannya belum maju dan mayoritas penduduknya tidak mengenal mereka. Mereka mau tak mau terlalu dekat dan berbaur dengan masyarakat, karena keselamatan jiwa mereka dan keturunan mereka terancam oleh para penguasa tiran saat itu.
Semua ini menjadi sebab terganggunya tatanan mereka, tercerabut mereka dari akar mereka, dan sedikitnya jumlah mereka. Meskipun demikian, mereka merupakan keturunan Nabi SAW yang terbanyak jumlahnya ketimbang keturunan nabi lain ataupun orang saleh lainnya. Sungguh jumlah mereka lebih banyak dibanding keturunan siapapun diantara umat manusia. Mereka menyebarluas melintasi berbagai wilayah. Meskipun mereka menikah dengan orang dari kalangan keluarga mereka sendiri, jumlah mereka bisa sebanyak ini. Hal ini merupakan keajaiban, dan ini merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah berkenaan dengan Amirul Mukminin. Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
Disadur dari terjemahan kitab al-Irsyad karya Syekh Mufid(337-413H) Sejarah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Lentera: Jakarta 2005 halaman 309-312
Syi`ar edisi Dzulhijjah 1428 H(Desember), halaman; 80-81
Penerbit Al-Huda
Jl. Buncit Raya, Kav:35, Pejaten- Jakarta
Fax; 0217996777
Telp; 0217996767
Website; www.icc-jakarta.com
E-mail; info@icc-jakarta.com

Tidak ada komentar: