Burair bin Khuzair merupakan guru Al-Qur`an dan pengikut setia Imam Ali bin Abi Thalib. Ia berasal dari kabilah Hamdan, Kufah. Ia menawarkan diri kepada Imam Husain, "Wahai putera Rasulullah, Allah SWT mewajibkan kami berjuang bersamamu, sampai tubuh kami terpotong-potong, dan kami berharap mendapatkan syafaat kakekmu kelak dihari kiamat, kami telah siap terbunuh dijalanmu."
Dimalam kesembilan Muharram, persediaan air dikemah Imam Husain telah habis, bejana-bejana penyimpanan air telah kering, keluarganya dikecam kehausan sehingga bibir-bibir mereka kering. Mereka berharap meminum seteguk air. Lalu Sukainah pergi menemui bibinya, Zainab, untuk mendapatkan air. Sesampai dikemahnya, ia menyaksikan saudara kecilnya, Abdullah yang masih menyusu, sedang berada dipelukan bibinya. Lantaran dikecam rasa haus, ia menggigit lidahnya. Bibinya kadang duduk dan kadang berdiri. Leher Sukainah terasa seperti dicekik akibat tangisannya. Tapi supaya bibinya tidak merasa tersiksa, ia menjaga dirinya agar tampak tenang. Saat itu juga, bibinya memandangnya dan bertanya, "Mengapa engkau menangis?" Sukainah menjawab, "Aku menangis lantaran menyaksikan adikku yang masih menyusui." Ia berkata, "Berdirilah. Marilah kita pergi kekemah paman-paman dan kemenakan, mungkin disana mereka masih punya simpanan air."
Sukainah menjawab, "Saya tidak yakin jika disana masih terdapat air." Namun Sukainah pergi juga kekemah mereka. Disana, ada sekitar 20 anak lelaki dan perempuan yang ikut bersama mereka. Semuanya menangis seraya berucap, "Haus..! Haus..!" Burair beserta tiga orang sahabatnya mendengar jerit tangis anak-anak itu dan bertanya, "Mengapa mereka menangis?"
Seseorang menjawab, "Tangisan ini berasal dari anak-anak Imam Husain, karena mereka kehausan."
Kemudian Burair memandang para sahabatnya dan berkata, "Pantaskah kita memiliki pedang dan anak-anak Rasulullah mati kehausan? Demi Allah kita tak akan membiarkan keadaan ini!"
Seorang sahabat berkata, "Menurut pandangan saya, sebaiknya setiap dari kita membawa seorang anak, dan kita bawa ketepi sungai Eufrat dan membiarkan mereka minum sampai kenyang, lalu kembali."
Burai berkata, "Pandangan semacam ini tidak tepat, sebab ada kemungkinan terjadi peperangan dan anak-anak akan terkena panah. Jelas, penyebabnya adalah kita. Menurut saya, kita membawa kantong air dan pergi kesungai Eufrat. Lalu kita penuhi kantong itu dengan air dan semampunya kita bawa kembali kekemah. Sekiranya diserang musuh, kita masih bisa mengadakan perlawanan serta mengorbankan jiwa dan raga kita untuk Imam Husain dan puteri-puteri Rasulullah."
Para sahabat setuju. Mereka lalu membawa kantong air dan berangkat bersama Burair menuju sungai Eufrat. Dalam kegelapan, mereka sampai ketepi sungai. Namun salah seorang musuh berteriak, "Siapa kalian?" Burair menjawab, "Aku adalah Burair dengan beberapa sahabatku datang untuk mengambil air." Ia berkata, "Kalian boleh meminum air, tapi jangan membawa walau setetespun untuk Husain."
Burair menjawab, "Celakalah kalian! Kami minum air, sementara Husain dan puteri Rasulullah mati kehausan? Tidak, sama sekali tak akan terjadi." Kemudian ia memandang para sahabatnya dan berkata, "Jangan ada diantaraa kalian yang meminum air. Ingatlah mereka yang sedang kehausan dikemah."
Salah seorang sahabatnya berkata, "Demi Allah, saya tak akan minum sampai hati puteri Rasulullah menjadi dingin dengan tetesan air."
Saat itu, Burair memenuhi kantong air yang dibawanya dan segera meninggalkan sungai Eufrat. Melihat itu, pasukan musuh menghadang Burair dan para sahabatnya. Setelah berada ditengah kepungan musuh, mulailah mereka terlibat peperangan sengit. Burair berkata kepada para sahabatnya, "Salah satu dari kita harus membawa kantong air ini kekemah, sementara yang lain tetap berperang melawan musuh." Salah seorang sahabatnya bersedia menjalankan tugas itu. Ia lalu mengalungkan tempat air tersebut dilehernya dan dibawanya kekemah. Tiba-tiba, sebuah anak panah melesat dan mengenai tali kantong air dan menncap dileher. Darah mengalir dari lehernya, ia mencabut panah itu seraya berkata, "Alhamdulillah, leherku telah aku korbankan demi tempat air dan putera-puteri Imam Husain."
Burair terus berperang seraya menasihati musuh. Tatkala Imam Husain mendengar suara Burair, beliau berkata, "Seakan-akan aku mendengar suara Burair tengah menasihati musuh dan meminta bantuan kepada keluarga Hamdan."
Seketika itu, dua belas orang sahabat Imam Husain bergegas memberikan bantuan dan menyelamatkannya dari terkaman musuh. Burair dan para sahabatnya kembali kekemah dengan membawa kantong air. Ia merasa gembira karena dapat membawa sebagian air kekemah. Tatkala kantong air itu diletakkan ketanah, anak-anak yang sudah amat kehausan itu segera menghampirinya dan saling berebut. Akibatnya, tutup kantong air itu terbuka dan airnya tumpah. Burair menjerit, "Celaka aku, terhadap rasa haus yang menimpa putera-puteri Rasulullah....."
Cerita-cerita Hikamah (Dastan-e Dustan) karya; Muhammad Muhammadi, halaman; 31-33, 170 halaman
Penerbit Cahaya
Jl, Siaga Dharma VIII, no; 32
Pasar Minggu - Jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar