Mubahalah, cerita kehidupan Nabi Muhammad saw yang dihilangkan dari sejarah kehidupan beliau saw, episot ini tidak termaktub dalam sejarah kehidupan Rasulullah saw dalam sebagian karya ulama. Entah dikarenakan apa sehingga episot yang berharga ini tidak dimuat dalam kehidupan nabi suci nan agung ini, sementara kitab agung Al-Qur`an al-Karim mengabadikan peristiwa yang merupakan keistimewaan Rasulullah saw.
"Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu(yang meyakinkan
kamu), maka katakanlah (kepadanya),"marilah kita memanggil anak-anak kami
dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu,
kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat
Allah ditimpakan kepada orang-orang yang yang dusta." (Ali `Imran:61)
Ayat ini sangat jelas mengungkapkan bagaimana perjuangan Rasulullah saw dalam menghadapi kaum nasrani dan yahudi yang berusaha mengingkari kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah saw setelah mereka memperoleh jawaban dari Raslullah saw terhadap pertanyaan yang mereka ajukan dan mereka merasa puas dengan jawaban tersebut. Dan ayat mulia ini merupakan senjata Raslullah saw dalam menaklukkan kebengalan kaum yahudi dan nasrani tersebut.
Namun bagi setiap muslim yang membaca ayat tersebut akan bertanya-tanya siapa yang dimaksud para pribadi didalam ayat tersebut. Ada mungkin yang memahami bahwa orang yang dimaksud ayat suci tersebut adalah diri Rasulullah saw dan para keluarga(istri-istri) beliau saw, dan putra-putri tiri dari istri-istri beliau saw. Namun bila menilik dari hadis atau berbagai kisah dari kitab kuno dari para penulis sejarah hidup Rasullah saw dari filosof dan sejarawan dahulu maka akan jelas siapa yang dimaksud ayat mulia tersebut.
Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, dalam rentetan hadis disebutkan bila Rasulullah saw menggendong cucu beliau saw, Hasan bin Ali dan Husain bin Ali. Mereka adalah putra dari putri beliau saw yang paling dicintai beliau saw, Fatimah az-zahra-lah yang memiliki keturunan dari seluruh putri-putri beliau saw dan hanya Fatimah lah yang masih mendampingi beliau dalam memperjuangkan islam. Sehingga dengan keberadaan Fatimah az-zahra yang memiliki keturunan sehingga untuk menghibur dan menjadikan Rasulullah saw rido dan bahagia, Allah SWT menjadikan keturunan Fatimah az-zahra sebagai keturunan Rasulullah saw dan Allah-pun menjadikan garis keturunan Fatimah dan Ali sebagai keturunan beliau saw. Karna itulah Rasulullah saw menjadikan Hasan dan Husain sebagai anak-anak beliau saw.
Istri-istri kami, siapa yang dimaksud istri didalam ayat ini? Akan terpahami bila istri yang dimaksud ayat tersebut adalah istri-istri Rasulullah saw, apalagi nada atau tanda ayat tersebut mengacu pada bentuk jamak yakni lebih dari satu orang. Namun ketika dilihat kembali dari hadis-hadis yang meriwayatkan peristiwa ini akan terjadi ketidak singkronan tata bahasa yang baku. Dengan menilik hadis dan kitab sejarah kuno yang menceritakan peristiwa tersebut, ternyata yang dimaksud dalam ayat mulia tersebut hanyalah putri bungsu beliau yang selalu telah menjadi kebanggaan beliau dan yang merupakan kembaran beliau akan sifat dan perilakunya, dialah Fatimah az-zahra. Dari Fatimah az-zahra berlanjut keturunan Rasulullah saw, dan karena kelahiran Fatimah az-zahra nabi saw lepas dari sebutan abtar(terputus garis keturunan).
Diri kami, adalah hal yang mampu dipastikan setiap muslim bila maksud "diri kami " merujuk diri Rasulullah saw, karena memahami tata bahasanya, yakni diri. Kembali akan terjadi kekeliruan, karena dalam hadis dan kitab sejarah termuat kisah penyertaan diri mantu dan saudara sepupu Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib.
Terlepas dari peristiwa mubahalah yang tidak terjadi dilakukan dikarenakan ketakutan para pendeta nasrani dan yahudi dan pengakuan kekalahan mereka untuk membayar jizyah, maka Allah SWT menurunkan ayat lain yang dikenal dengan" ayat Kisa(selendang)."
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (Al-Ahzab:33)
Ayat ini dikenal dengan ayat kisa (selendang) karena ahli kisa; Fatimah binti Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali dan Husain bin Ali, merekan dikerudungi selendang atas perinah malaikat Jibril as. Dan hanya mereka berempat saja yang termaktub dalam kisah hadis dan ayat kisa ini, sedang para istri Rasulullah saw yang berkehendak untuk bergabung dalam naungan selendang tersebut ditahan oleh Rasulullah saw.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar