Jumat, 13 Juli 2007

Ketika Nabi berjuang tanpa pembela

Setiap pembela dan pengikut suatu pemikiran pasti akan menampilkan yang terbaik dalam sejarah perjuangan keberhasilan kelompok pemikirannya, dan hal ini tidak terlepas dari para pecinta agama islam ini. Dan bahkan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menutupi bahkan membuang hal-hal yang diperkirakan mampu menodai keemasan atau kejayaan kelompoknya. Adalah hal yang tak terelakkan bagi agama islam tercina ini bila ternyata tidak mampu menutupi terus-menerus noda emas yang menempel di kilauan cahayanya yang menakjubkan pengikutnya.
Ketika dengan jujur para sejarawan muslim harus menuangkan temuannya, maka akan tertuang sederetan kalimat yang kan meredupkan kemilau cahaya keemasan islam. Jiwa-jiwa yang diagungkan akan terbuka kekerdilan jiwa mereka sebenarnya, dan abad ini telah meniti keberanian mereka dalam memecah dogma yang mengikat terlalu erat pada mereka. Dan yang masih disayangkan adalah ketidak beranian kaum yang dituakan untuk bersedia memulai peretasan tali dogma tersebut, menuju keberanian berfikir dan menemukan kebenaran lewat pertanyaan yang mungkin akan dianggap nyeleneh bagi manusia yang tak terbiasa dengan perkembangan sastra zaman.
Dalam perang Uhud, betapa terlihat bagaimana pecinta Rasulullah saw membiarkan yang dicintai mereka(diriRasulullah saw) berjuang sendirian melawan serangan musuh mereka, sementara pecinta Rasulullah saw tersebut berlari menjauhi medan pertempuran dan bersembunyi dicelah-celah bukit. Inilah secuil kisah kekerdilan manusia yang mengaku sebagai pecinta dan pendukung setia perjuangan Rasulullah saw dalam usaha menyebarkan dan mengunggulkan islam terhadap agama lainnya. Mereka hanya peduli pada diri mereka dan melupakan bagaimana diri orang yang dikasihi dan dicintai mereka. Mereka melupakan kaidah bila keselamatan Rasulullah saw lebih utama daripada diri mereka, dan perjuangan demi keselamatan diri Rasulullah adalah kesyahidan yang seharusnya mereka upayakan untuk memperoleh rido ilahi dan surga-Nya abadi dan penuh nikmat. Dan mereka membiarkan diri Rasulullah saw menerima berbagai pukulan pedang dari para kafirin, sehingga gigi suci beliau saw rontok dan pipi beliau saw pun sobek dikarena tertembus jurai rompi baja kepala beliau.
Perang Ahzab, atau Khandaq(parit), diperang ini merupakan ujian yang maha dahsyat bagi seluruh muslimin waktu itu, kota Madinah dikepung oleh gabungan dari berbagai kelompok suku arabia yang bersatu melawan kaum muslimin yang terpusat dikota Madinah. Berkat usulan Salman al-Farisi yang berasal dari persia(Iran) mengusulkan dibentuknya parit disepanjang wilayah kota Madinah, dan berhasil menahan pasukan gabungan tersebut diluar parit. Namun para jawara arabia yang turut serta akhirnya mampu menyeberangi parit tersebut, dan menantang tanding kepada kaum muslimin. Inilah bukti terujinya keimanan pecinta Rasulullah saw dalam membela Rasulullah saw dan agamanya, tantangan yang seharusnya dijadikan rebutan untuk mendapat surga dan rido ilahi ini ternyata hanya dipecahkan suara menantu nabi dan saudara sepupunya, Ali bin Abi Thalib. Pada perang inilah terukir sabda agung nabi saw: "Sepenuh iman melawan sepenuh kafir". Ali bin Abi Thalib akhirnya diijinkan Rasulullah saw untuk menandingi Amar bin Abdu wuud dan setelah bertahan dengan perjuangan keras, Ali bin Abi Thalib berhasil membunuh Amar bin Abdu Wuud. Dan uniknya bagi diri Ali ini ia tidak mengambil perlengkapan perang Amar yang menjadi hak tunggalnya, ia hanya mengabarkan kepada nabi saw bila ancaman yang mampu menggetarkan nyali bangsa arab telah tiada ditangannya.
Perang Hunain, dimedan perang inilah pula nabi saw harus menghadapi berbagai hujanan serangan yang dilancarkan musuh islam, mereka yang pernah melarikan diri dari medan perang pun kembali mengukir sifat kerdil mereka dengan meninggalkan diri Rasul dan sebagian pendamping setia beliau saw yang menahan serbuan musuh dan melindungi tubuh nabi saw dari hujan panah dan batu. Walaupun mereka yang lari tersebut memberanikan diri pula bergabung dengan nabi saw.
Dan yang sangat dahsyat lagi adalah nasib baik mereka yang selalu lari menjauh dari medan perang ini, memperoleh jabatan utama setelah Rasulullah saw meninggalkan umatnya dan agama kesayangannya tanpa ada yang mengatur dan mengendalikan sistem pemerintahan.

Tidak ada komentar: