Demi Allah, Abu Bakar telah mengenakan busana kekhalifahanitu, padahal ia mengetahui dengan yakinnyabahwa kedudukanku sehubungan dengan itu sama seperti hubungan sumbu dengan roda.Air mengalir menjauhiku dan burung terbang tidak dapat terbang kepadaku.Aku memasang tirai(terhadap kekhalifahan) dan melepaskan diri daripadanya.
Akupun mulai berpikir, apakah aku akan menyerangnya ataukah aku harus menanggung cobaan sengsara kegelapanyang membutakan itu samapai orang dewasa menjadi dha`if, orang muda menjadi tua dan mukminyang shaleh hidup dalam kungkungan sampai ia menemui Allah(disaat kematiannya). Akupun berpendapat bahwa adalah lebih bijaksana untuk kesabaran, kendatipun mata rasa tertusuk-tusuk dan kerongkongan rasa tercekik. Aku menyaksikan perampasan terhadap warisanku hingga yang pertama(Abu Bakar) menemui ajalnya; namun ia menyodorkan kekhalifahan itu kepada ibnuKhaththab sendiri.
Hari-hari kini berlalu dipunggung unta
Dan berlalu sudah hariku bersama Jabir, saudara Hayyan (syair A`sya)
Aneh, semasa hidupnya ia ingin terbebas dari jabatan khalifah, tapi ia mengukuhkannya kepada yang lainitu(Umar) setelah kematiannya. Tiada syak kedua orang ini hanya berbagi tetek susu diantara keduanya saja. Yang satu ini(Umar) mengungkung kekhalifahan itu rapat-rapat, dimana ucapannya congkak dan sentuhannya kasar. Kekeliruan sangat banyak dan karena itu maka dalihnyapun sangat banyak. Orang yang berhubungan dengan kekhalifahan itu ibarat penunggang unta binal. Apabila ia menarik kekangnya maka moncongnya akan merobek; dan apabila ia membiarkannya maka ia akan jatuh terlempar. Sebagai akibatnya, demi Allah, rakyat terjerumus kedalam kesembronoan, kelicikan, kegoyahan dan penyelewengan. Sekalipun demikian, aku tetap sabar dalam waktu yang lama dengan cobaan yang keras, sampai ketika ia menemui ajalnya ia menaruh urusan(kekhalifahan) itu pada satu kelompok dan menganggap aku sebagai salah seorang daripadanya.
Tetapi, ya Allah! apa urusanku dengan musyawarah ini ! Dimanakah keraguan tentang diriku dibanding dengan yang pertamam dari mereka(Abu Bakar) sehingga sekarang aku harus dipandang sama dengan orang-orang ini? Namun aku terus merendah sementara mereka merendah dan membumbung tinggi ketika mereka terbang tinggi. Seorang dari mereka berpaling menentangku karena hubungan kekeluargaannya, sedang yang lainnya cenderung memihak kejalan lain karena hubungan iparnya dan ini, dan itu, smpai yang ketiga dari orang-orang ini berdiri dengan dada membusung diantara kotoran dan makanannya. Bersama dia anak-anak dari kakeknya(Bani Umayyah) pun bangkit menelan harta Allah, bagaikan unta melalap dedaunan musim semi, sampai talinya putus, tindak tanduknya mengakhirinya dan keserakahannya menyebabkan ia terguling.
Pada saat itu tiada yang mengagetkan aku lebih dari massa yang membanjir kearahku dari segala penjuru seperti serbuan kawanan kawanan rubah sehingga Hasanain(Hasan dan Husain) terinjak dan kedua pinggir bagian bahu kemejaku robek. Mereka berkumpul disekelilingku seperti kawanan domba dan kambing. Tatkala aku memegang kendali pemerintahan sebagian memutuskan baiatnya(nakatsa) dan sebagian lagi mengingkari(maraqa) dan sisanya bertindak salah, karena mereka tidak mendengar firman Allah yang berbunyi:
" Kebahagian dinegeri akhirat Kami sediakan bagi mereka yang tiada suka menyombongkan diri dan melakukan kerusakan di bumi. Dan kesudahannya(adalahbaik)bagi mereka yang takwa." (Al-Qur`an, 28:83)
Tidak, demi Allah! mereka mendengarnya dan memahaminya tetapi dunia mereka terlihat kemilau dimata mereka dan hiasan dunia menggoda mereka. Lihat, demi Dia yang mengembangkan biji-bijian dan menciptakan mahluk hidup, bila orang-orang tidak datang kepadaku dan pendukung-pendukung tidak menegakkanhujah dalam bentuk penolong itu dan bila tidak ada perjanjian dengan Allah dengan ulama bahwa mereka tidak boleh bungkam terhadap kerakusan seorang lalim dan kelaparan orang yang dizalimi maka aku akan melemparkan tali kekang(kekhalifahan) itu dan akan aku beri minum kepada yang terakhir dengan piala yang kugunakan untuk orang yang pertama. Maka akan kamu lihat bahwa dalam pandanganku duniamu tidak lebih dari bersinnya seekor kambing(syiqsyiqiyyah).
Nahjul Balaghah-Ali bin Abi Thalib- Asy- syiqsyiqiyyah- Khotbah:3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar