Sabtu, 07 Juni 2008

Jenis Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa dibagi menjadi 4 bagian, yang masing2 bagian itu khusus pada sekelompok manusia. Gangguan2 jiwa itu pada setiap bagiannya memiliki suatu bentuk tertentu dalam mengungkap tentang dirinya dengan perilaku dan tindakan2nya.
Pertama; Sekelompok orang yang terkena gangguan2, yang dalam kehidupannya mengambil gangguan jiwa sebagai suatu tabiat yang bersifat vertikal, yaitu gangguan itu melebur dan berubah menjadi pendorong untuk suatu aktifitas pengecualian dan kegiatan yang besar, serta memotivasi istiqomah, kesabaran dan kedermawanan.
Seputar ini dikatakan bahwa tokoh2 terkemuka dunia termasuk dalam kelompok ini. Mereka adalah orang2 yang terkena gangguan2, namun mereka meruntuhakan gangguan2 itu dengan kedermawanan dan kepandaian. Demikian dikatakan terhadap Pasteur, Newton, dan Einstein yang menceritakan masa kecilnya;
Ia pergi ke sekolah dengan kaki telanjang dan ia senang anak yang malas dan gagal dalam pelajaran2nya, sehingga sering menjadi sasaran kemarahan guru2nya. Tetapi setelah ia dewasa, gangguan jiwanya meluap kearah pekerjaan yang konsisten, kesabaran dan ketabahan yang menjadikannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dunia.
Walaupun jenis gangguan jiwa ini mengubah individunya menjadi tokoh terkemuka, namun hal ini amatlah jarang. Mungkin tidak sampai satu banding satu juta manusia, yang mampu terkena gangguan jiwa dan kesulitan2 mereka yang meledak secara vertikal.
Kedua; Terdapat gangguan2 yang tidak meledak secara vertikal, tetapi ia melebur dan lenyap dengan berlalunya waktu, pengaruh pendidikan yang benar dan guru yang menasihati serta lingkungan yang sehat.
Dalam hal ini gangguan itu menyerupai orang yang menderita penyakit bisul atau terkena kotoran2 pada salah satu tempat dari tubuhnya, lalu ia sengaja menggunakan antibiotik yang mengeringkan nanah dan mematikannya. Dalam kondisi ini seorang anak yang terganggu jiwanya membutuhkan seorang guru pendidik yang mengerti dan lemah lembut, yang mampu melenyapkan gangguan itu. Atau orang tuanya melakukan introspeksi atas kesalahannya dan mulai memperbaikinya dna mengembalikan pendidikan anak itu atas dasar2 yang benar. Perkara ini berubah tidak melalui ledakan gangguan itu, namun lenyap dan melebur secara keselurhan.
Ketiga; Gangguan jiwa pada jenis ini memiliki bentuk2 yang membahayakan, dimana ledakannya terkadang menyebabkan kegilaan yang menutupinya.
Pada kelompok ini gangguan jiwa meledak dengna ledakan yang menggoncang keras, yang akan menyebabkan lemah saraf, dan pada suatu periode menyebabkan dirinya menyendiri dan mencela diri sendiri serta mengikuti kepedihan dan kesedihannya, sehingga akan menyebabkan kegilaan. Oleh karena itu terlihat bila kondisi2 kegilaan yang menutupi, biasanya timbul dari ledakan dari gangguan jiwa dalam bentuk goncangan yang keras dan tajam.
Orang yang secara berlanjut tertimpa kemiskinan, kebutuhan dan penolakan atau orag tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, terkadang gangguan jiwanya mengantarnya kepada kegilaan. Keadaan ini jarang sekali,meskipun berbahaya.
Keempat; Kebanyakan gangguan2 jiwa muncul dengan cara2 biasa. Keadaan ini meliputi sekitar 90% orang2 yang terganggu jiwanya. Diantara bentuk2nya adalah apa yang terlihat pada kelakuan pemuda yang berbuat kurang ajar kepada orang tuanya dan membantah mereka, sehingga kelakuan dan pembicaraannya selalu menyakiti dan tidak bisa sejalan dengan kebiasaan dan tradisi masyarakatnya.
Demikian pula yang terlihat pada kelakuan anak perempuan yang lemah, yang tidak sesuai untuk sebuah rumah tangga yang sukses. Ia tidak mampu mengurus suami dan anak2nya atau tidak cocok dengan ibu mertuanya dan kerabat2nya, serta secara umum tidak dapat cocok dengan masyarakatnya.
Diantara fenomena2 yang terlihat pada kelakuan orang2 yang mendapat gangguan jiwa dari kelompok ini, adalah akhlak yang buruk yang terlihat pada sebagian mereka. Apabila ia seorang pekerja atau pedagang, maka ia tidak mampu untuk menarik pembeli.
Dan terrmasuk bentuk2 lain yang tampak pada kelakuan orang2 yang terganggu jiwanya dari kelompok ini adalah kecenderungan mereka untuk mempertontonkan diri mereka dan mengalihkan pandangan masyarakat kepada mereka, walaupun hal itu dengan tindakan2 yang ganjil. Hal itu tampak pada kehidupan kaum Hippis dan masyarakat2 lainnya yang berlaku ganjil dalam bentuk pakaian mereka dan cara mengatur rambut kepala mereka, serta cat2 yang ditempelkan pada wajah2 mereka dan bentuk2 yang tergambar pada tubuh2 mereka.
Kelakuan seperti ini menunjukkan adanya suatu gangguan, disebabkan orang yang bersangkutan tidak menemukan kemanjaan dan kasih sayang yang cukup pada awal masa kecilnya. Lantaran itu ia mencoba mengganti apa yang telah berlalu dengan menarik perhatian orang kepadanya melalui tindakan2nya. Apabila orang yang terganggu jiwanya ini seorang gadis remaja yang baru tumbuh, maka persoalannya akan berbahaya baginya. Senyuman yang menipu mungkin akan menjerumuskan kejalan penyelewengan.
Kadang ada seorag anak yatim, namun ia sopan, rajin dan tidak lemah. Hal ini dikarenakan ia mampu mengubah kesulitan atas wafatnya kedua orang tua menjadi dorongan untuk berbuat, seperti sebagian mereka yang mengubah kesulitannya menjadi dorongan untuk sukses, mencari harta dan memperoleh kekayaan. Sebagian mereka mengubahnya menjadi dorongan untuk meraih ilmu dan kepandaian, sebagian mengubahnya menjadi menjadi dorongan untuk tetap teguh dan berkepribadian kuat.
Kesimpulan:
Pertama; Seorang yang menyendiri,memiliki hati yang mati, tidak dapat bergaul dengan masyarakat dan berinteraksi dengan mereka, selalu menyalahkan dan mencela dirinya. Jika ia bebas dari pengaruh2 teman tidak baik. Orang seperti itu akan terisolir dari masyarakat dan terlempar oleh gerak kehidupan. Apabila ia seorang laki2 maka ia tidak mampu untuk melaksanakan hak2 istri dan anak2, dan jika ia seorang wanita, maka ia juga tidak dapat menjalankan tugas2 mengurus suami, rumah tangga dan anak2. Dari liku2 yang berbahaya ini, timbul banyak perceraian.
Kedua; Diantara orang2 yang terganggu jiwanya adalah mereka yang jatuh sebagai korban teman yang jahat, sehingga kenikamatan hidup padanya berubah menjadi membuang2 waktu dengan duduk dijalan2, warung kopi, dan tempat2 para pengangguran. Mereka menghabiskan waktu dengan tertawa dan obrolan kosong, mengembara kesana kemari dan tidak kembali kerumah, kecuali setelah larut malam. Ia sendiri senang, bila orang lain berkata, "Mengherankan, ia sangat tidak peduli."
Pintar Mendidik Anak(Tarbiyyah ath-Thifl fi ar-Ru'yah al-Islamiyyah), Hal: 141-145(344 halaman), karya: Husain Mazhahiri
Penerbit Lentera
Jl. Mesjid Abidin, no:15/25 jakarta 13430
Email: pentera@cbn.net.id

Tidak ada komentar: