Rabu, 28 November 2007

Satu Pria Dua Wanita (5)

Hasanah semakin bertambah rasa kasihan dan perhatiannya terhadap Rihab. Ia mulai mendekati dan menunjukkan kasih sayangnya. Semua itu ia lakukan agar adiknya kembali pada keimanan. Namun, ia melihat, Rihab tidak akan dapat berjalan bersamanya seperti layaknya. Dan setiap kali ia berusaha mendekati dan mengetuk hatinya, dengan menduga bahwa reaksi-reaksi negatif yang terjadi merupakan akibat dari sikap-sikapnya dimasa lalu, ia malah melihat Rihab bertambah bingung dan gelisah, setiap kali ia tambah cinta dan sayang.
Sementara, Rihab mulai dikuasai oleh perasaaan sesal dan iba. Kadang kala, penyesalannya itu mengalahkan rasa takut akan terbongkarnya rahasia tersebut. Andai saja ia tak khawatir kalau Musthafaakan kecewa dan berhenti memberikan diskusi-diskusi yang sekarang ini sangat diperlukannya, maka ia pasti telah menulis surat kepada Musthafa dan menjelaskan siapa dirinya sebenarnya, kemudian mengakui kesalahannya dihadapan Hasanah serta memohon maaf kepadanya. Tetapi, ia tidak kuasa untuk memutus hubungan surat-menyurat dengan Musthafa dan tidak mampu menghadap kakaknya sembari mengakui kesalahannya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk terus menulis surat kepada Musthafa:
Yang terhormat Musthafa
Tahukah engkau, betapa besar rasa terimakasih dan maluku padamu? Karena, aku telah mendapatkan keuntungan darimu disaat aku berbuat jahat kepadamu! Andai saja aku tidak dapat menjamin bahwa engkau adalah seorang pemuda yang terpelajar, niscaya aku takkan pernah memaafkan diriku sendiri atas kejahatan yang kulakukan padamu.
Engkau telah menyambut baik tulisanku dan menerima penjelasanku. Namun, aku masih ingin menanyakan sebuah pertanyaan, kalau bisa engkau menjawabnya: Tatkala kita membenarkan adanya wujud tertentu yang tidak diragukan lagi keberadaannya, tanpa dapat disentuh oleh panca indera, namun kenyataan-kenyataan tersebut diketahui melalui bukti-bukti dan dalil-dalil, lantas apa bukti-bukti keberadaan Pencipta?
Ini saja pertanyaanku, aku takkan melupakan kebaikanmu padaku sepanjang hidupku.
Hasanah
Sampai disitu Rihab mengakhiri suratnya. Namun, dibenaknya ada hal baru yang dipikirkannya: Musthafa, suratnya yang pertama pernah meminta fotonya Hasanah dan ia tidak menyebutnya lagi pada surat berikutnya, setelah ia menerima surat-surat Rihab yang palsu itu. Akan tetapi, tidakkah seharusnya Rihab melakukan sesuatu demi kakaknya yang teraniaya dan tidak tahu apa-apa itu? Sebenarnya, ia bisa saja tidak mengirimkan foto sama sekali atau mengirimkan fotonya sendiri, menggwntikan foto Hasanah. Tapi, itu merupakan kesalahan baru yang dilakukannya terhadap Hasanah. Musthafa nanti akan meragukan kecantikan Hasanah, sebagaimana ia telah ragu akan agamanya.
Bila begitu, itu merupakan kesalahan baru. Padahal, Hasanah adalah perempuan yang cantik, sangat cantik. Ia elok bak bidadari. Lantas, apa yang dapat dilakukannya untuk menghilangkan keraguan Musthafa akan kecantikan wajahnya? Seandainya saja Rihab telah mengirimkan fotonya sejak kali pertama, tentu fotonyalah yang dikirim menggantikan foto Hasanah, seiring dengan sikap permusuhannya ketika itu. Namun, ia sekarang telah berubah. Benar, Rihab cantik juga, tetapi ia tak ingin menambah pengkhianatan yang baru. Tidak, hal ini tidak akan dilakukannya. Oleh karena itu, ia harus mendapakan foto Hasanah, lalu mengirimkannya ke Musthafa. Rihab tidak memiliki foto Hasanah, karenanya, ia harus memintanya dari Hasanah.
Siang hari, tatkala Hasanah berada dikamarnya, Rihab pergi menemuinya. Ia berusaha bersikap seperti biasa, meskipun bersusah-payah untuk itu. Hasanah menyambut dan menampakkan kegembiraannya. Rihab lalu berkata, "Sebenarnya, aku ada perlu denganmu, wahai Hasanah!"
Hasanah gembira lantaran Rihab mau meminta apa yang diperlukannya. Dengan perasaan sayang, ia berujar, "Apa yang dapat kubantu, adikku? Katakanlah apa yang kau inginkan..."
Wajah Rihab nampak pucat lantaran malu. Ia berkata, "Aku minta fotomu... Foto terbaikmu, kakakku."
Hasanah heran atas permintaan itu, tetapi ia tidak mau mengusik perasaan adiknya. Karenanya, ia berkat, "Aku pasti akan memberikan fotoku hari ini dan engkau dapat memilih mana yang kau suka."
Setelah mengatakan itu, Hasanah langsung mengambil sebuah album dari dalam lemari, lantas menyerahkan pada Rihab. Rihab menerimanya dengan tangan bergetar. Dipandanginya foto-foto itu dan hampir saja ia tak dapat memperhatikan foto-foto itu, karena sangat galau. Ia lalu mengambil sebuah foto yang paling baik dan jelas, kemudia mengembalikan album tersebut kepada Hasanah dan berterima kasih padanya.
Setelah itu, ia kembali kekamar, seakan-akan sedang melarikan diri dari bahaya yang besar. Foto itupun diletakkan kedalam amplop surat yang ditulisnya. Dibalik foto itu ia tak menuliskan kata-kata apapun, agar keindahannya tak tercemari oleh kata-kata yang ditulisnya. Rihab mengirimkan surat itu sore harinya.
Adapun Hasanah, minggu-minggu dan bulan-bulan yang dilalui semakin membuatnya menderita, lebih merasakan kehilangan. Namun, selama itu ia nampak tenang dan tak mempedulikan perasaannya. Ia memenuhi diri dengan rasa optimis dan tenang dengan pilihannya yang baik. Yang membuatnya terhibur adalah perubahan pada diri Rihab, yang sekarang gemar mempelajari buku-buku agama.
Pernah suatu hari, Hasanah memperhatikannya. Dilihatnya Rihab sedang shalat dikamarnya. Hasanah lalu masuk kekamar dan menciumnya dengan bahagia, seraya berkata, "Tahukah engkau, betapa senangnya hatiku padamu, wahai Rihab? Sekaang, aku baru menemukan saudaraku lagi, sebagai orang yang kucintai. Begitu jugakah yang kau rasakan, wahai adikku? Aku benar-benar sangat mencintaimu. Ya Allah...alangkah cantiknya engkau adikku dan betapa sejuknya melihat dirimu. Engkau laksana bidadari, engkau benar-benar sangat cantik."
Rihab tak dapat berata apa-apa. Ia merasa jiwanya terlepas bersamaan dengan setiap kata yang ia dengar dari Hasanah.
Oleh karena itu, setelah Hasanah keluar kamar, Rihab jatuh tersungkur diatas sajadah. Sambil menyembunyikan tangisnya yang terisak-isak, ia berkata, "Celaka, betapa kejamnya aku, memperlakukan malaikat yang baik hati dan lemah lembut itu."
Hari-hari dilalui Rihab dan Hasanah dengan berat dan lambat. Hingga suatu hari, Rihab menerima sura jawaban Musthafa, yang kemudian dibacanya:
Dengan nama Allah yang Mahakasih dan Mahasayang
Kepada Hasanah
Assalamu`alaikum wr.wb
Semoga engkau berada dalam keadaan sehat wal afiat dan semoga Allah SWT memberikan petunjuk padamu untuk kebaikan agama dan duniamu.
Merupakan tanda baik darimu manakala engkau meminta bukti demi bukti, karena itu menunjukkan secercah kebaikan, alhamdulillah. Disurat ini, kutuliskan lagi beberapa bukti mengenai keberadan Pencipta, sebagaimana engkau minta:
Pertama, ilmu pengeahuan telah menyingkap adanya hukum kedua pada hukum termodinamika. Hukum ini juga dinamakan dengan hukum konduksi panas. Hukum ini membuktikanpada kita keharusan untuk beriman kepada Pencipta alam, dan bahwa hukum ini tidak azali(sudah ada sebelum yang lain ada, tal diawali oleh sesuatu) Hukum ini menyatakan bahwa energi panas yang ada di alam ini dapat berpindah dari satu benda yang panas ke benda yang lain yang tidak panas. Atau dengan kata lain, ia berpindah dari benda yang lebih panas kebenda yang kurang panas, sehingga kedua benda tersebut menjadi sama panasnya.
Dan kita menyaksikan bahwa sumber-sumber energi dan panas dialam ini memancarkan energi panasnya secara terus-menerus keseluruh penjuru alam yang luas ini. Namun, meski demikian, hingga saat ini energi panas yang ada pada setiap benda dialam yang luas ini tidaklah sama. Itu merupakan bukti ilmiah yang menunjukkkan bahwa sumber energi dialam ini adalah haditsah(sesuatu yang baru) dan tidak azali. Sebab, seandainya sumber energi itu azali, maka konduksinya pasti juga sudah terjadi jutaan tahun yang lalu dan sudah sejak lama pula benda-benda yang ada ini mencapai tingkat panas yang sama.
Kesimpulan yang dapat dipetik dari penemuan itu adalah seperti yang dikatakan oleh Edward Luther, seorang ilmuwan berkebangsaanAmerika, yang juga seorang pakar zoolagi, "Itulah yang ditetapkan oleh penemuan-penemuan ilmiah tanpa sengaja bahwa alam ini ada permulaannya, sehingga secara langsung dapat ditetapkan bahwa ada yang telah menciptakannya. Sebab, segala sesuatu yang memiliki permulaan, tidak mungkin ada dengan sendirinya dan pasti memerlukan sumber penggerak, yaitu Tuhan Sang Pencipta."
Sekaitan dengan itu, Sir William James juga berkata, "Ilmu pengetahuan mutakhir berpendapat bahwa gerak dan perubahan energi panas itu akan terus berlangsung hingga energi-energi itu selesai secara keseluruhan, dan sampai saat ini pergerakan tersebut belum mencapai titik maksimumnya. Sebab, jika itu terjadi, maka sekarang ini kita pasti sudah tidak ada lagi dimuka bumi ini dan tidak lagi memikirkan hal itu. Sesungguhnya, pegerakan ini maju dengan cepat seiring dengan gerak zaman. Karenanya, ia harus memiliki permulaan, dan sebelumnya pasti telah terjadi sebuah gerak dialam ini, kapanpun itu, sehingga alam ini tidak mungkin azali."
Kemudian ada banyak bukti-bukti ilmiah lain, wahai Hasanah, yang mendorong kita untuk beriman kepada Pencipta alam serta menjadikan kita mengenal Sang Pencipta melalui pengetahuan kita atas alam dan apa yang ada padanya. Namun, saat ini, tidak mungkin diutarakan semuanya. Aku hanya dapat menyebutkan salah satu diantara bukti-bukti tersebut.
Ada bukti kedua, semoga engkau tidak bosan mendengarnya...yaiu bahwa ilmu pengetahuan telah menyingkap adanya bukti-bukti alami yang menguatkan bahwa alam ini tidak azali dan ia juga tidak abadikarena dibatasi oleh umur tertentu. Sebab, ilmu astronomi telah membuktikan bahwa alam ini selalu saling berhubungan, satu sama lain, dan seluruh gugusan bintang serta semua benda-benda langit saling menjauh, satu sama lain, dengan kecepatan yang mengagumkan. Ini menunjukkan bahwa benda-benda yang saling menjauh satu sama lain itu, sebelumnya adalah sebuah kumpulan , kemudian muncullah energi panas dan gerak.
Hal yang dapat disimpulkan dari penemuan ilmiah ini adalah keyakinan bahwa alam ini dibatasi oleh umur tertentu, dan bahwa gerak yang terus menerus pada akhirnya, suau daat nanti, akan berhenti pada kehancuran... Sekarang, kembali harus kita tegaskan bahwa seglal sesuatu yang memiliki akhir, pasti ada permulaannya. Jika tidak, maka akhir dari alam ini tidak akan dapat dibayangkan sedikitpun.
Baiklah, aku tak ingin membuatmu jenuh. Berkenaan dengan hal itu, aku berharap agar engkau mau membaca buku Allah Yatajalla fi `Ashri al-Ilmi(Allah nampak dizaman ilmu pengetahuan) serta buku Rihlati min al-Syakki ila al Iman wa ila al-Mazid min Khuthuwati al-Takamul(Perjalanan dari keraguan menuju iman dan menuju tahap-tahap kesempurnaan).
Musthafa
Rihab menerima surat Musthafa. Setelah membacanya, ia pergi kekamar Hasanah dan mengambil tiga buah buku diantara buku-buku yang ada, padahal ketika itu Hasanah tidak dirumah. Ia pelajari buku-buku itu dengan tekun dan serius serta berusaha memahami isinya. Kebetulan, Rihab mendapat cuti sakit selama satu minggu. Karenanya, ia gunakan kesempatan itu untuk mengeksplorasi isi buku-buku tersebut. Setelah menyelesaikan buku-buku itu, Rihab merasa bahwa ia telah beriman kepada Allah SWT. Imannya telah mengristal tanpa keraguan sediktipun. Akan tetapi, ia masih terus membutuhkan tambahan pengetahuan. Ada banyak petanyaan yang menggangu pikirannya. Karenanya, ia duduk dan kembali menulis surat untuk Musthafa:
Musthafa yang terhormat
Bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa engkau telah membuatku jenuh lantaran membaca tulisanmu. Sementra, engkau baru mulai membuka tabir yang selama ini menutup kedua mataku, betapapun tebalnya tabir itu. Engkau juga telah menyelamatkanku dari kegelapan dan kesesatan. Karena itu, kali inipun, setelah membaca buku-buku yang telah engkau sebutkan, aku masih akan meminta tambahan. Jiwaku kini benar-benar sangat tenang. Apakah engkau bersedia menuliskan lagi untukku hakikat-hakikat dan kenyataan-kenyataan yang telah kau sebutkan dalam suratmu yang lalu? Perlu kau ketahui bahwa aku kini seolah baru dilahirkan kembali. Aku mmerlukan tambahan pengetahuan darimu, seperti seorang bayi yang masih menyusu, yang memerlukan air susu ibunya.
Mungkin, itu dapat memotivasi dan membuatmu masih mau bersusah payah menanggung beban yang kuberikan. Padahal, aku tidak layak menerimanya darimu. Namun, aku mohon padamu untuk tidak mengecewakanku, lantaran aku benar-benar memerlukanmu, yang kumaksud adalah pengetahuanmu.
Hasanah

Tidak ada komentar: