Selasa, 16 September 2008

Kezuhudan Ali

Dengan sikap dan perilakunya, Ali sudah meletakkan dasar2 yang paling agung, yang didukung oleh kebesaran pemikiran dan ketinggiannya, dalam dunia kezuhudan dan kesederhanaan. Seperti itulah zuhud ang islami, bukan zuhud sufi yang mengisolasi diri dan jorok, dimana terdapat penyimpangan dari kebenaran dan petunjuk oleh para pelakunya. Mereka berkhayal tentang berbagai hal yang tidak berkaitan sedikitpun Allah dan Rasul-Nya. Misalnya, orang yang mengaku bahwa Tuhan berada dalam gamisnya, atau bahwa Allah sudah menitis kedalam dirinya dan berbagai pengakuan2 sesat lainnya, yang menunjukkan bodoh dan sesatnya sang pelaku dan kurangnya ketaatan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya. Mereka malah menjadi beban, pajak yang memberatkan dan bibit2 kejahatan bagi masyarakat.
Ali sudah memberikan bagaimana zuhud yang mulia dalam Islam, yang telah dianjurkan oleh syariat secara khusus terhadap orang yang memiliki posisi penting. Ali sebetulnya merupakan orang yang mampu dan bisa meraih apa yang dia mau, yang enak untuk dinikmati dan indah untuk dipandangi.
Kezuhudan seorang Ali merupakan ruang yang lebar dan pintu utama yang bisa dimasuki oleh seorang anak manusia, tanpa melakukan penyimpangan akkidah, pemikiran ataupun tingkah laku. Zuhud Ali merupakan ajakan untuk tidak terlalu berlebihan memupuk kenikmatan dengan hanya mengambil sebagiannya. Sebuah ajakan untuk sederhana dalam berpakaian, demi tercapainya tujuan yang lebih mulia. Yakni tujuan yang lebih agung dan lebih tinggi daripada makanan, minuman dan pakaian. Sebuah tujuan demi menjadi pribadi yang terbuka memnadang orang lain, terutama mereka yang tidak berhata. Bila tidak, tentu orang2 melarat itu ingin mencicipi kenikmatan itu dan bati mereka akan bertambah pilu, sehingga dia merasa nasibnya begitu malang dan menjadi merasa sangat menderita. Oleh sebab itu, dia harus bersikap santun kepada mereka sebisa mungkin, sesuai situasi yang ada.
Zuhud Islami merupakan kunci kebaikan yang akan membentuk pribadi peka terhadap penderitaan/kebutuhan orang lain, sehingga timbul rasa untuk lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri, dia rela lapar asal saudaranya kenyang, bersusah-payah demi membantu hidup layak.
Perilaku zuhud berarti meninggalkan debu2 duniawi demi mendapatkan akhirat. Orang zuhud memiliki apapun tanpa dimiliki oleh 1pun. Orang yang memiliki sebagian dari debu dunia, kemudian tidak membuatnya menjadi dermawan terhadap para fakir miskin, sama seperti orang yang tidak punya apa2. Dia justru menjadi milik dari hartanya sendiri, sehingga dirinya tidak sanggup memberikannya kepada orang lain secuilpun, tidak bisa mengeluarkan 1 dirham uangpun dari sakunya kecuali jika dia sudah mati alias sekarat. Orang seperti ini tidak berhak hidup karena dia adalah hamba yang dikuasai uangnya sendiri dan debu duniawi.
Ali sudah membangun dasar2 zuhud dan penerapannya. Mungkin, pemikiran paling cemerlang yang dapat kita tangkap dari kepribadian yang diinginkan Ali pada Nahj al-Balaghah yaitu pidato2 yang beliau ucapkandiatas mimbar, didepan generasi pada masanya. Dengarkan kata2nya, sambil merenungkan pembicaraannya, dan nikmatilah nuansanya untuk beberapa saat saja, lalu pikirkan kata2 yang diucapkan agar anda tahu betapa tinggi dan besarnya orang ini.
Khutbah Ali mencerminkan sebuah semangat yang hidup dalam dirinya, secara pemikiran dan keyakinan. Hal itu terefleksikan kedalam tindak-tanduk sehari2, sehingga tidak sedikitpun jarak antara pemikiran dan perilaku, antara jargon dan praktek, antara ucapan dan perbuatan. Ia merupakan sebuah ke1an yang padu, antara zat dan sifat. Mari mengarungi dunia kezuhudan Ali.
"Ketahuilah, semua pengikut pasti memiliki imam yang diikutinya dan dijadikan suluh pelita... Ketahuilah, imam kalian sudah merasa cukup dengan 2 baju dari dunianya, dan 2 roti kering dan keras dari makanannya. Ketahuilah, kalian tidak akan sanggup melakukan itu, cukup bantu aku dengan bersikap wara`, berijtihad, menjaga kesucian diri dan tetap lurus. Demi Allah, aku tidak menyimpan dunia sedikitpun, dan tidak menyembunyikan harta rampasannya, tidak mempersiapkan ganti dari pakaian ganti dari pakaianku yang telah usang kain yang lain, dan tidak mengambil sejengkalpun tanahnya."
Ali bin Abi Thalib, hal 315 - 319 (337 halaman),harga toko: 30.000,-, karya: Abbas Ali al-Musawi
Penerbit; Penerbit Cahaya
Jl. Siaga Dharma VIII, no; 32 E
Pasar Minggu-Jakarta Selatan
Telp: 021-7987771 (08121068423)
Bagian pemasaran; Bpk Iip
Fax: 021-7987633
Email; pentcahaya@centrin.net.id

Tidak ada komentar: