Minggu, 16 Maret 2008

Nabi dan Ali

Ini karya seorang pengikut Kristiani dinegeri Libanon, namun dirinya terpesona terhadap sifat Ali bin Abi Thalib.

Jiwa yang bersih dan baik lahir dikeluarga Abu Thalib. Keluarga ini melihat dunia dengan cara khas, memandang segala sesuatu bersatu dan berhubungan dengan yang lain.
Jiwa ini begitu kuat pada pribadi Nabi dan Ali, hubungan keduanya sangat kokoh karena Ali dibesarkan oleh Nabi sejak masa kanak-kanak hingga menjadi seorang pemuda. Bila kita mengakui bahwa mungkin moral yang baik akan engkristal dalam hati dan jiwa secara alamiah. Kita juga mesti mengatakan bahwa Ali terlahir degan keyakinan total atas kenabian Muhammad dan mendukungnya, karena kualitas dan kebaikan keluarga Abu Thalib ditransfer kepadanya semenjak lahir.
Kepribadian Ali terbentuk dari berkahkeluarganya. Disinilah dia mendengar Muhammad berbicara, disinilah panggilan Islam mulai menggema. Dari sejak Ali masih belia. Nabi sudah dekat sekali dengannya dan berkata bahwa "Ali adalah saudaranya."
Dalam khotbahnya yang berjudul "Qasa`e", Ali menyebutkan perhatian Nabi kepadanya dan berkata;
"Apakah anda tahu apa yang menyatukan aku dan Nabi? ia adalah hubungan kekeluargaan dan kepribadian yang baik. Dia mencintaiku sejak aku dilahirkan, ia memomongku dipangkuannya ketika aku bayi, mendekapkan aku kedadanya, tidur disampingku, aku merasakan kehangatan tubuhnya, mencium wangi nafasnya, ia menyuapiku, mengunyahkan makanan yang keras untukku. Dia tidak pernah membiarkan aku tergeletak lemah, dan ragu.
Allah telah menyertakan roh suci sejak beliau masih bayi, malaikat suci membimbing beliau keluar kearah suri tauladan dan nilai moral yang tinggi, saya mengikutinya sedikit demi sedikit sebagaimana bayi onta mengikuti induknya. Setiap hari dia memberi contoh ketangkasan yang baru dan menyuruhku mengikutinya. Setiap tahun dia biasa tinggal digua gunung Hira untuk beberapa waktu, hanya akulah yang menemaninya. Pada saat itu Islam baru dipeluk oleh Nabi, istrinya Khadijah dan aku orang yang ketiga.
Aku biasa melihat cahaya wahyu dan kenabian dan mencium aroma nubuwah yang menyegarkan. Ketika Nabi menerima wahyu yang pertama, setan meratap dengan keras. Aku bertanya kepada Nabi, `Siapa yang sedang meratap dan mengapa ia meratap?` Beliau menjawab, `Dia adalah setan yang berputus asa menyimpangkan seluruh manusia, dia menyesali kesempatan yang sudah lenyap. Sungguh Ali, kamu juga mendengar apa saja yang diwahyukan padaku dan melihat apa-apa yang diperlihatkan kepadaku. Namun engkau tidak mendapat nubuwah, engkau nanti akan menjadi pembantu dan penggantiku serta menjadi Imam, engkau akan selalu menegakkan kebenaran dan keadilan.`"
Masa kanak-kanak adalah masa dimana seseorang dapat menyerap sifat-sifat yang baik secara penuh. Ali menghabiskan sebagian besar hidupnya bersama Nabi. Ia meniru sikap Nabi, dan menjauhi masyarakat yang terbelenggu oleh adat nenek moyang yang selalu menjerumuskan pada kesengsaraan. Bertahun-tahun Ali hidup dalam atmosfir yang suci bersama sepupunya yang amat dia cintai. Tak seorang sahabatpun kecuali dia yang dapat sedekat ini. Ali membukakan mata pada jalan yang telah dibukakan oleh sepupunya.
Ia tahu cara shalat dari praktek Nabi. Dia merasakan kebaikan persaudaraan dan cinta Nabi. Hubungannya dengan Muhammad sama dengan hubungan Muhammad dengan Abu Thalib. Ketika akalnya muai mengenal rasa cinta, yang ia cintai adalah Muhammad. Ketika mulai belajar bicara, ia bicara dengan Muhammad. Ketika untuk pertama kalinya ia harus menunjukkan keperkasaan dan keberanian ia menunjukkan kesiapannya untuk mendukung Muhammad. Sahabat-sahabat Muhammad sangat akrab dengannya, musuh-musuhnya juga menghormati kepribadiannya. Ali adalah anak didik dan sahabat Nabi yang luar biasa, sehingga ia menjadi jiwa dan bagian tubuh Nabi.
Pada awal misi kenabian, beberapa sesepuh Quraysh yang enggan menyembah berhala bergabung dengannya. Para budak dan orang-orang yang tak berdaya mendampinginya dengan mengharapkan kebebasan dan keadilan. Setelah ia berhasil dan menang, kelompok ketiga juga ikut bergabung, karena orang-orang ini sudah tidak punya pilihan lagi. Mereka ingin mendapatkan untung dari situasidan kondisi yang baru, kebanyakan dari Bani Umayyah termasuk kelompok ketiga ini. Kelompok-kelompok ini memeluk Islam dalam kondisi yang berbeda-beda, mereka mempunyai kewajiban taat yang sama kepada Nabi, namun tingkat keimanan mereka heterogen.
Tapi, karena Ali dilahirkan dan dibesarkan dalam pangkuan kenabian, maka keyakinan yang ia miliki bersifat alami, ia dilahirkan oleh ibunya dengan bakat keimanan ini. Keimanannya tidak ada sangkut paut dengan umur dan perubahan waktu. Ia mendirikan shalat dan bersaksi atas kenabian Muhammad pada usia ketika anak belum dapat menyatakan pendapatnya. Ia melakukan semua ini tanpa perintah atau nasihat orang. Mayoritas sahabat yang masuk Islam diawal kenabian Muhammad, pernah menembah berhala. Namun, Ali melakukan ibadah pada Allah dari awal. Ini adalah kualitas keimanan orang yang memang dilahirkan sebagai pendukung dan tumpuan Nabi, untuk membimbing orang-orang yang beriman setelah Nabi, dan menyelamatkan manusia dari bencana.
George Jordac, Suara Keadilan(The Voice of Human Justice), penerjemah; Abu Muhammad as-Sajjad, hal 25-27(450 halaman)
Penerbit Lentera
Jl. Melati Bhakti, No;07
Jakarta-13430

Tidak ada komentar: