Sabtu, 29 Maret 2008

Kristal Derita Nabi

Setiap pembawa pesan Ilahi pasti mengalami derita. Namun derita Ahmad saw telah dinyatakan sebagai derita yang tiada tara, yakni derita yang tiada satu mahlukpun selain Ahmad saw yang mampu untuk memikul dan menerima serta menjalaninya. Melalui berbagai versi sejarah kehidupan, berusaha dibentangkan dan disebarkan untuk menoreh hikmah yang sangat dalam darinya. Dari ahli sastra hingga ahli politik baik dengan berbagai latar belakang kemazhaban yang berusaha memuliakannya bahkan yang berusaha memudarkan sinar kemilau cahaya keagungannya, mereka semua berlomba untuk memahamkan kepada masyarakat akan hakikat sang Nabi terakhir ini, yakni Muhammad bin Abdullah saw.
Benarkah derita Ahmad saw derita terberat?
Derita manakah yang dialami Ahmad saw yang terberat dan tak tertandingi?
Apakah karena ke yatiman Ahmad saw?
Apakah kepiatuan dirinya?
Apakah siksa serta cacian dan juga perlakuan hinaan baginya dari para pemuka Qurays?
Apakah keterusiran dirinya dari kampung halamannya?
Apakah usahanya mendakwahkan kalimat Tauhid?
Apakah ketergoresan kulitnya dari pedang dan tombak serta panah?
Semua derita Ahmad saw diatas bukan sebagai derita yang besar atau berat ataupun juga derita tak tertandingi, namun itu derita yang hampir seluruh para nabi dan rasul menjalani serta mengalaminya, dan itu adalah wajar bagi sang penyeru jalanIlahi.
Bagaimana deritaIsa bin Maryam, yang dari kelahirannya tanpa seorang Bapak?
Dari masa balita dirinya harus berjuang untuk memuliakan nama ibunya. Puluhan tahun dirinya harus berkelana agar suaranya didengar pemilik telinga. Diakhir hidupnya dirinya harus disiksa dan dipermalukan dihadapan khalayak ramai. Dirinya tidak hanya menerima goresan pedang, namun disiksa sebelum ajalnya.
Bagaimana dengan derita Ibrhim as?
Didalam gua dirinya seorang diri, sedangkan belaian tangan, kecupan dan timangan sang ayah tiada pernah beliau rasakan sepanjang hidupnya. Setelah remaja dirinya harus berjuang seorang diri melawan sang paman(Azar) yang selama hidupnya menjadi pelindung dan yang menyuapinya. Puluhan tahun dirinya menggemakan lantunan Tauhid tanpa teman dan pengikut, sementara cacian dan hinaan tak pernah lepas dari setiap detik langkah hidupnya. Tanpa daya dirinya harus meninggalkan tanah kelahirannya. Ketika dambaan seorang insan yang ingin mendengar lengkingan suara tangis manusia merah, tangan dan kakinya harus melepasnya dipadang tandus tanpa air dan naungan dari terik sumber panas alam mayapada, sang surya. Dengan tangannya sendiri, dirasakannya hangatnya darah yang memancar dari leher putra terkasihnya yang baru saja dijumpainya.
Apakah derita Ahmad saw sebesar derita nabi-nabi ini?
Para nabi as menderita dalam hitungan waktu yang panjang, bahkan mereka harus menjalaninya hingga ratusan tahun dalam hidupnya.
Kenapa derita Ahmad saw tetap sebagai derita terberat dan tak tertandingi oleh seluruh derita yang terjadi dibentangan alam ini?
Apakah derita itu?
Dialam ruh, nama dan ruh Ahmad saw diagungkan dan disanjung. Namanya dijadikan oleh para nabi dan rasul sebagai perantara agar setiap doa mereka diijabahi oleh Allah SWT. Ketika dirinya hadir didunia, seluruh pengikutnya yang munafik dan muslimin menyanjung dan menggemakan namanya sebagai rasa cinta kepadanya.
Sepanjang hidupnya bersama pengikutnya, dirinya menghiasi wajahnya dengan senyum yang menawan dan tertawa bersama mereka, sementara dipelupuk matanya terbentang pembantaian keturunannya oleh orang-orang yang dalam melakukan pembantaian itu menggelorakan nama dan bershalawat baginya.
Ia ingin tertawa namun tertahan berita Jibril as, atas perlakuan umatnya dan pecintanya terhadap anak cucunya yang dikasihinya, peracunan, penyiksaan, pemenggalan dan bahkan perantaian bagai hewan serta peng-arakan terhadap anak cucunya, sedangkan pelakunya tiada pernah kering dibibirnya penyebutan namanya, Rasulullah Muhammad saw dan shalawat baginya.
"Aku tidak meminta imbalan terhadap seruanku ini, kecuali kasih sayang terhadap keluargaku"
Inilah sepenggalan kalimat yang terang dan jelas yang diabadikan oleh al-Quran, inilah upaya al-Quran yang diharapkan oleh Rasulullah saw agar umatnya sedia meluangkan waktu untuk mengenang keluarga yang dikasihinya, sehingga umatnya menumbuhkan benih cinta dan kasih kepada keluarganya.
Itulah tragedi yang tiada akan pernah dialami oleh para nabi dan rasul selain diri Rasulullah saw, sepanjang waktu dan keberadaan dunia ini.

Tidak ada komentar: