Senin, 03 Maret 2008

Air Tanpa Sumber

Khusu`.....inilah yang selalu didamba bagi setiap insan yang menempa akal, fisik dan ruhaninya untuk berupaya meng-esakan Allah, sang Tuhannya.
Upaya yang sangat kuat untuk memaksa akal dan fisiknya supaya sejalur dengan ruhaninya merupakan bukti bila dirinya sangat mendamba akan keindahan tersembunyi yang melalui telinga dan angannya bila sang Tuhan adalah suatu zat yang multi indah dan memabukkan setiap pendengar dan pemerhati-Nya.
Ketika dirinya berusaha menundukkan kepala, tangan, lutut, mata, hidung serta akalnya dengan tempat yang paling rendah yakni tempat berpijak dirinya, matanya terpaku dengan kerendahan, dan akal serta ruhaninya melambung tinggi bercengkerama dengan zat Ilahi Rabbi akan pengakuan kelemahan serta kebodohan dan juga kemiskinan dirinya.
Bergetar seluruh tubuh dan akalnya serta ruhaninya akan segala cacat dirinya dihadapan zat yang Mahasempurna tiada cela. Butiran bening bak mutiara nan sejuk dan mendamaikan jiwa terburai tiada mampu terbendung, sementara mulutnya tiada henti mengucapkan seluruh untaian indah dari kalam-Nya, lidah yang kelu dipaksakannya untuk melantunkan nama-nama yang kasihi-Nya, agar tatapan mata-Nya yang meruntuhkan ego sang diri lebih difokuskan untuk diri nan hina ini, sang hamba.
Jajaran manusia pilihan-Nya terbentang menguasai seluruh sudut pandangnya, paras nan berkilau memancarkan sinar kerinduan, manakala detik perpisahan akibat salam.....oooooh, seandainya tiada waktu....dan salam....tidak tercipta, manalah hati dan mata ini kan sudi menatap wujud lain....?
Salam ..... tlah terucap, kini perpisahan kan menyelimuti diri dan demi memperpanjang nikmat penghambaan, lantunan doa dan munajat serta rebahan pujian syukur terurai terbata...agar perpisahan agak tertahan.
Dan pemenuhan diri sebagai insan sosial kini terhampar kembali memaksa mata dan akalnya untuk menyapa mahluk-Nya yang lain. Baik itu masalah maupun keceriaan hidup.......???

Tidak ada komentar: