Kamis, 06 Maret 2008

Cara Meraih Cinta

"Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: `Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu Imam bagi seluruh manusia.` Ibrahim berkata: `Dan dari keturunanku?` Allah berfirman: `Janji-Ku tidak mengenai orang yang zalim.`" (Al-Baqarah; 124)
Masih tercetak tebal didalam akal setiap insan samawi(pemeluk kitab langit; kristiani dan muslimin), bagaimana tahapan yang ditanjaki seorang Ibrahimi.
1. Hamba.....
Inilah tahap awal sang manusia peraih cinta sang Mahapecinta. Dengan bimbingan sang Pecintasejati, dirinya melaksanakan setiap pemberian dari Pecintasejati, tanpa merasa ragu terhadap imbalan atau apapun yang kan terjadi.....dirinya hanya memiliki satu hal....bahagia terhadap pemberian dan perintah sang Pecintasejati.
2. Rasul dan Kenabian....
Orang yang melindungi dan membesarkannya diajaknya untuk menembus tirai kesyirikan. Tuhannya mengabadikan kelembutan budinya terhadap manusia yang berjasa dalam hidupnya dengan sebutan "Ayah, Bapak" walaupun terasa pedas dan kasar setiap balasan orang yang mengayominya tersebut, namun tetap dirinya menampakkan kelembutan tutur kata dan tindakan serta berusaha untuk tidak menimbulkan amarah bagi pamannya tersebut.
Keajaiban agung baginya juga diabadikan dalam kitab samawi, bagaimana dirinya berupaya menjelaskan kepada khalayak ramai yang telah terbelenggu dengan paham kesyirikan, baik dari hujjah alam semesta(bulan, bintang, matahari, malam ataupun siang), hujjah hukum alam atau dialektika maupun dengan hujjah mu`zijati. Adakah waktu itu yang menyambut apa yang suarakan....? Seorang diri, dirinya tak bergeming terhadap buasnya sang Namrud yang mengelilingi dimanapun dirinya bersuara.
3. Kekasih.....Khalilullah....
Kerinduannya untuk mendengar tangisan, dan hangatnya air kencing penerus keturunan dan ajarannya, selalu didengungkannya kepada zat yang selalu memenuhi keinginannya. Tangis nan memekakkan telinga dari Ismail memaksanya untuk menempatkan kepalanya ditanah, memuji pemberian sang Pembimbing-nya. Namun belum sempat kulitnya terhangati ompolan(air kencing) Ismail, dirinya harus meninggalkan buah hati dan sang ibu ditanah gersang tanpa air dan tanaman, walaupun hanya untuk sekedar mengurangi teriknya panas sang mentari.
Puluhan tahun dirinya menahan rindu terhadap buah hatinya, namun ketika berjumpa, tangannya harus merasakan lembutnya kulit leher buah hatinya untuk merasakan hangatnya darah yang memancar dari leher buah hatinya, Ismail.
4. Imam....Khalifah....Pemimpin....Pengganti....
Diusianya nan lanjut, dirinya bersama buah hatinya, Ismail, mendirikan suatu lambang ketundukkan kepada sang Penguasa alam, Allah Rabbul `Alamin. Dengan tenaga yang tersisa, dikukuhkannya tempat seluruh manusia dari segala warna kulit, bahasa, adat dan tempaan alam untuk berkumpul dan berkumpul serta bersatu, menjadi manusia yang menteladani pahlawan Tauhid, Kekasih Allah, dan Imam atau Khalifah Allah, Ibrahim as.
Dari seorang hamba kan menuju seorang rasul dan nabi kemudian beranjak menuju maqam kekasih dan berakhir menjadi Imam atau Khalifah.
Namun setelah Rasulullah saw, kenabian dan kerasulan telah berakhir, dan sistem yang masih ada adalah kehambaan, kekasih, dan kekhalifahan. Untuk mencapai maqam kekasih adalah jelas, yakni harus memiliki kualitas sebagaimana kualitas Ibrahimi, yakni; berilmu kenabian. Karena syarat menjadi kekasih Allah adalah kualitas kenabian Ibrahimi itu adalah kualitas minimum.
Adakah manusia kan mampu menapaki kualitas Ibrahimi...?
Kemudian bila tlah mampu, akankah dirinya kan sebanding dengan Ar-Rasul saw....?
Untuk berharap menjadi Imam atau Khalifah haruslah memiliki sebandingan dengan Ar-Rasul saw, bukannya berada pada maqam Ibrahimi.
Adakah manusia sejenis ini.....?.....mari berlomba mencari.....karena pencarian ini merupakan sebentuk benih cinta.....

Tidak ada komentar: