Pandangan ilmiah filosofis memberi kesaksian tentang adanya sistem alam semesta yang ditegakkan atas dasar silsilah sebab-akibat dan ikatan segenap fenomena alam dengan sebab. Yang demikian itu, yakni adanya alam sebagai penyebab khusus dari himpunan sebab-sebab yang ada, merupakan sesuatu yang diakui adanya oleh prinsip-prinsip filasafat, yang diakui pula oleh ayat-ayat al-Quran al-Karim.
Karena alam semesta ini merupakan sesuatu yang bersifat mungkin wujud, maka ia tidak berdiri sendiri pada zatnya. Sebagaimana halnya pula ia tidak berdiri sendiri dalam sebab dan pengaruh yang dimilikinya, dalam arti ia tidak dapat memberikan pengaruh kecuali dengan iradat dan izin Allah. Adalah merupakan suatu kepastian, bahwa manakala ia berdiri sendiri daam pengaruh yang dimilikiny, niscaya ia harus berdiri sendiri pula dalam perwujudannya, sebab tidak bisa dibantah kemandirian dalam sebab itu merupakan kelanjutan dari kemandirian dalam wujud.
Kalau kita terima pengandaian bahwa ia memiliki pengaruh yang mandiri, maka tidak mustahil pula kita harus menerima pengandaian tahap sebelumnya, yakni kemandirian dalam zat, hal ini akan menggiring kita untuk mengakui bahwa ia merupakan sesuatu yang tidak membutuhkan sebab. Sedangkan pengandaian seperti itu merupakan sesuatu yang bertentangan dengan aksioma yang berlaku.
Itu sebabnya, maka para filosof dan mutakallimin sepakat, kecuali Muta`zilah dengan pendapatnya yang berbeda, bahwa dalam perwujudan inii tidak ada yang memiliki pengaruh mandiri kecuali Allah. Karena itu, maka kita temukan isyarat-isyarat al-Quran yang berbunyi;
"Wahai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah, dan Allah, Dialah Yang Mahakaya lagi Mahaterpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan mahluk yang baru. Dan sekali-kali yang demikian itu bagi Allah tidaklah sulit." (QS. Fathir(35); 15-17)
Alam semesta, sebagai suatu alam yang bersifat kemungkinan, tidak memiliki perwujudan dan kesempurnaan yang diberikan Alah, bahkan ketika ia disebut sebagai memiliki perwujudan dan kesempurnaan, maka semuanya itu merupakan limpahan dari Allah. Dalam pengertiannya sebagai sesuatu yang mungkin alam ini memang mempunyai [erwujudan, tapi selalu membutuhkan Allah dalam semua urusannya, berhajat pada pengaruh dan sebab yang ada pada Allah.
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudianDia bersemayam diatas arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu. Maka sembahlah Dia, lalu apakah kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS.Yunus(10); 3)
Jadi segala sebab alamiah dan fenomena fisik ang ada dialam semesta ini saling pengaruh mempengaruhi dengan izin-Nya, tanpa ada satupun sebab yang berdiri sendiri dalam pengaruh yang dimilikinya. Bahkan semua sebab, baik zat maupun pengaruhnya, terjadi karena Allah dan berdasar izin-Nya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pemberi syafaat dalam ayat terdahulu adalah sebab dan sebab yang besifat fisik, yang terjadi melalui perwujudan segala sesuatu ini. Ia dinamakan syafaat karena pengaruh yang diberikannya tergantung pada izin Allah. Ia, dibantu oleh izin Allah, memberikan pengaruh dan segala sesuatu yang bisa diberikannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar