Jumat, 10 Agustus 2007

Ketika Nabi saw bersinar redup

Isra` mi`raj, perjalanan yang maha dahsyat yang terjadi hanya sekali dan bagi seorang hamba yang khusus dan terkasih serta suci dan tersuci bahkan yang tak tersentuh oleh dosa setitikpun. Perjalanan unik ini dijadikan oleh sang pencipta sebagai sebuah tanda keagungan-Nya dan keagungan sang hamba yang paling dicintai-Nya diantara seluruh hamba-Nya, yakni; Muhammad saw.
Dalam cerita yang beredar hingga waktu sekarang ini selalu didengungkan masalah pensucian diri Rasulullah saw, dengan cerita pembelahan dada diri Rasulullah saw. Ironisnya cerita ini dinyatakan sebagai pembersihan diri Rasulullah saw dari dosa yang beliau saw lakukan, seolah hal itu mencerminkan keutamaan dan kemuliaanRasulullah saw. Tanpa terasa seolah tercermin bila Rasulullah saw pernah melakukan perbuatan dosa, sehingga Rasulullah saw perlu untuk disucikan dari suatu dosa, sebelum beliau saw menemui zat suci Allah azza wa`ala.
Entah dosa apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw?
Kapan beliau saw pernah berfikir untuk melakukan hal yang merugikan beliau saw(dosa)?
Mungkinkah Rasulullah saw yang sejak terlahir kedunia yang bersaksi ke-Esa-an Allah SWT dan yang tiap hembusan nafas serta detak jantungnya selalu mengalunkan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir serta yang tiap detik hidupnya dijaga oleh Allah SWT bisa untuk melakukan suatu dosa yang terkecil sekalipun?
Mungkinkah seorang hamba yang keridoannya dijadikan pelepas rindu dan kerelaan sang pencipta bisa untuk melakukan dosa?
Bila sang nabi berani berbuat dosa, bagaimana dengan umatnya yang sangat jelas akan lebih banyak untuk cenderung melakukan dosa dibanding para nabi yang sangat jelas pula, bagi sang nabi adalah hamba yang terpilih diantara hamba-Nya yang dilimpahkan padanya pengetahuan yang gaib dan yang halal dan haram. Mungkinkah berfikir melakukan dosa akan terlintas dibenaknya para nabi?
Bagaimana mungkin nabi saw disucikan sedangkan dirinya adalah lambang kesucian itu sendiri?
Apa yang perlu disucikan pada diri nabi saw, sedang beliau saw selalu melihat zat Allah SWT yang menjadi tumpuan hidupnya?
Kenapa sebagai seorang muslim yang mencintai diri Rasulullah saw beranggapan bila diri Rasulullah saw teralami pendosaan?
Rasulullah saw adalah hamba yang telah menjadi nabi sebelum dilahirkan maupun sesudah dilantik menjadi rasul dan yang dalam detak kehidupannya telah mengetahui halal dan haram walaupun beliau saw masih dalam susuan sang ibu tercinta. Beliau saw adalah hamba yang dalam setiap makanan dan minumannya tiada pernah tercemari suatu dosa. Jadi Rasulullah saw adalah hamba yang telah suci walaupun tanpa perlu proses pensucian bahkan tanpa pengampunan suatu dosa. Karna perbuatan dan akalnya adalah wahyu, yang tak mungkin tercemari dosa.

Tidak ada komentar: