Sejak pertama kali dicipta dan mengawali keberadaan mahluk, Rasulullah Muhammad saw, tiada henti melantunkan dan menggetarkan Ars (singgasana) Allah SWT, dengan tahlil (la ilaha ilallaha/ tiada tuhan selain Allah), takbir (allahu akbar/allah maha besar), tasbih (subhanallahu/allah maha suci) dan tahmid (alhamdulillahi/segala puji bagi allah). Sepanjang Allah SWT, membentangkan waktu dan berjalannya kehidupan, sanjungan Rasulullah saw untuk tuhannya mengawali waktu dan mengakhiri waktu. Jadi, adalah mustahil bila ada manusia yang dalam detik helaan nafas dan detak jantungnya tiada henti mengumandangkan pujian untuk tuhannya akan melakukan secuil dosa.
Muhammad Rasulullah saw, adalah manusia ruhani yang pertama dicipta oleh Allah SWT, dan dalam alam ruh itulah Allah SWT mengajarkan ilmu-Nya kepada ruh Rasulullah saw. Dan saat itu juga Allah SWT melantik ruh Rasulullah saw sebagai nabi, rasul dan khalifah-Nya yang pertama. Sehingga jelas sudah bila Rasulullah saw adalah ciptaan pertama Allah SWT yang bersaksi akan ke-Esa-an Allah SWT. Rasulullah saw bukanlah hanya sebagai Al-Qur`an yang berjalan, namun darinyalah seluruh Al-Qur`an itu tercipta, dan pula diri Rasulullah saw merupakan kitab agung sekuruh kitab atau "Lauhul Mahfudz "(kitab induk).
Muhammad Rasulullah saw walaupun terlahir didunia didahului oleh para nabi yang lain, namun hal itu tidak mempengaruhi maqam diri Rasulullah saw yang dari awal penciptaan dan akhir kehidupan tiada mampu bagi mahluk/ciptaan Allah SWT yang lain yang akan mengungguli maqam/derajat Rasulullah saw. Adalah benar bila Rasulullah saw sebagai nabi dan rasul terakhir, namun beliau saw jugalah yang mengawali adanya kenabian dan kerasulan. Adalah tak diragukan dalam akal apabila Rasulullah saw dalam kelahiran beliau saw telah menyatakan ke-Esa-an Allah SWT, dan semenjak detik itu juga seluruh jasad dan ruh beliau saw mengumandangkan setiap pujian kepada Allah SWT. Sehingga akan sangat jelas apabila Rasulullah saw tak mungkin tersentuh dosa, dan adalah pasti bila hanya beliau saw yang suci tanpa ada sentuhan dosa. Dan adalah pula kejelasan yang terang bila diri beliau saw adalah mahluk Allah SWT yang tidak diampuni karena dosa, namun kerelaannya yang menjadi tujuan Allah SWT dalam mencipta kehidupan dialam raya dan akhirat nanti.
Dalam rentetan sejarah kehidupan Rasulullah saw mengenai cerita Isra` dan Mi`raj selalu didengungkan bagaimana Rasulullah saw disucikan dari dosa dengan pembelahan dada suci beliau saw oleh para malaikat. Namun yang patut dipertanyakan adalah pensucian tersebut, yakni pensucian dari dosa mana yang telah dilakukan Rasulullah saw? Dan adalah hal yang tak terelakkan bila Rasulullah memerlukan persiapan dan kesiapan dalam memenuhi undangan Allah SWT dengan peristiwa Isra` dan Mi`raj tersebut. Dan perenungan atau tafakkur beliau sepanjang hidupnya adalah merupakan bagian kesiapan beliau dalam menyambut Mi`raj beliau saw. Untuk mebersihkan dosa? Itu adalah hal yang tak pantas bagi diri suci beliau saw, yang tak pernah menyertai beliau saw dalam tarikan nafasnya dan kesucian merupakan pelindung diri Rasulullah saw.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar