Haji wada....haji terakhir atau atau haji perpisahan nabi Muhammad saw kepada umatnya, telah membawa pesan mendalam didalamnya, yakni dengan adanya pidato "Ghadir". Seluruh periwayat hadist mengabadikan berbagai isi dalam pidato tersebut;
Ada yang memberi muatan masalah fikih/hukum syariat islam
Ada yang memberi muatan masalah pentingnya shalat
Ada yang memberi muatan masalah makna haji
Ada yang memberi muatan masalah perang
Ada yang memberi muatan masalah kekeluargaan
Ada yang memberi muatan masalah waris
Ada yang memberi muatan masalah berbagai hal yang dianggap itu adalah yang harus difatwakan oleh nabi saw kepada umatnya diwaktu itu.
Semua muatan tersebut memang merupakan ajaran nabi akhir zaman saw, namun itu bukan sesuatu hal yang mengandungi teguran kepada kekasih Allah tercinta ini dengan adanya rentetan ayat wahyu yang disampaikan pada beliau saw sejak selesainya acara haji beliau saw di Makkah al-Mukarramah hingga sampainya beliau serta seluruh jamaah haji diwaktu itu, walau mereka adalah penghuni Makkah, namun mereka tetap tidak diijinkan untuk langsung menuju rumah masing2, tapi harus mengikuti beliau sampai dilembah Ghadir...
Bilakah direnungkan, toh muatan diatas merupakan sesuatu yang menjadi amal setiap pemeluk islam....? rasanya kok tidak terlalu penting...
Dengan suara beliau saw yang menurut ukuran gelombang, jelas tidak akan mampu terdengar oleh seluruh jamaah haji yang hadir ditempat itu, namun ternyata dari deretan manusia yang paling akhir pun mendengar dengan jelas suara dari pidato Rasulullah saw.
Kepemimpinan setelah beliau saw adalah pidato utama beliau saw terhadap pelaksanaan ayat2 hiburan beliau saw yang disampaikan Jibril as, sejak dari selesainya acara haji sampai dilembah Ghadir...karena kepemimpinan setelah beliau adalah rute untuk menuju kebenaran cinta kepada beliau saw. Pelaksanaan pemilihan, penetapan dan pelantikan pengganti beliau saw merupakan tantangan yang maha dahsyat, karena dari hal inilah terlihat dan terbukti akan ketundukan dan keikhlasan orang2 yang mengikuti dan mengagungkan beliau saw....
Karena itulah, kepemimpinan adalah pembelah suatu jalan untuk menyusuri tapak2 suci, dan tetesan keringat serta darah beliau saw, apakah seseorang kafir pada tingkat kepemimpinan atau taat pada tingkat kepemimpinan Ilahiah ini...?
Dari kepemimpinan inilah suatu amal diteliti nilainya untuk di surga abadi dan atau diabaikan dan bahkan tanpa penilaian untuk terhempas di neraka nan abadi...
Rabu, 26 November 2008
Jumat, 21 November 2008
Sejarahpun Berpihak
Semua manusia berteriak histeris ketika mendengar tragedi WTC, Bom Bali serta pembunuhan biadab yang dianggap sebagai tak berhati....melebihi binatang....setiap akal tahu bahwa binatang tidak pernah menyakiti yang dicintai apalagi sampai membunuh....
Namun sejarah telah mencatat dengan tinta emas dan mutiara dengan lembaran dari daun surga, bagaimana suatu umat yang dimuliakan zaman telah menyakiti orang yang dicintai dan diagungkan mereka.
Setiap jiwa tahu bahwa Muhammad saw adalah kecintaan setiap mahluk yang berhati dan berakal, namun sejarah hingga saat ini merekam bagaimana setiap jiwa dan akal yang mencintainya membuat Muhammad saw menangis dan sedih.
Setiap pecinta Ahmad saw, sangat yakin bila Ahamad saw mencintai putrinya, cucunya dan cicitnya. Dari diri setiap hati dan akal berteguh diri bila yang dicintai menderita, maka pecinta pasti mengemban derita juga. Kini didalam barzah, Ahmad saw saksikan derita putri, cucu tercintanya, dan bahkan cicitnya. Bila pembuat derita bukan manusia yang memuji dan melantunkan cinta padanya mungkin bisa ringan rasa sakit yang dirasa, namun pembuat derita keturunannya ini adalah mereka yang berharap dicintai beliau saw......?
Entah bagaimana rasa derita Ahmad saw melihat kejadian ini.....?
Lihatlah...bila Muharram tiba, tiada yang mengenang pembunuhan cucunya yang dianiaya, disiksa melebihi siksaan biadab pada zamannya....?
Bahkan dengan bangganya orang yang disucikan, memaklumatkan....bid`ah mengenang kematian Husain...?
Siapa yang menangisi tragedi Karbala....ia berhak dan diperbolehkan untuk dibunuh, darahnya halal untuk ditumpahkan....?
Dan uniknya, mereka tanpa rasa malu membuat acara tandingan dihari itu, hari anak yatim....? Agar tragedi Karbala dianggap sebuah dongeng dan akan dilupakan oleh generasi kelanjutan dan bahkan di tip-X dari alur sejarah.
Adakah yang merasa memiliki jiwa dan hati serta akal, ikut merasakan derita Muhammad saw....?
Adakah manusia yang bangga menggendong logo keadilan ajaran Muhammad saw pernah sedetikpun walau hanya sekali dalam hidupnya menuliskan dihati atau akalnya panggilan Husain kepada Muhammad saw ketika urat2 leher sang cucu Muhammad saw diputuskan satu persatu sebelum lehernya putus dan terpisah dari badannya....?
Bentuk cinta bagaimanakah yang disuguhkan kepada Muhammad saw dari manusia2 pecintanya ini, lahirnya hingga detik waktu dan zaman sekarang ini....?
Namun sejarah telah mencatat dengan tinta emas dan mutiara dengan lembaran dari daun surga, bagaimana suatu umat yang dimuliakan zaman telah menyakiti orang yang dicintai dan diagungkan mereka.
Setiap jiwa tahu bahwa Muhammad saw adalah kecintaan setiap mahluk yang berhati dan berakal, namun sejarah hingga saat ini merekam bagaimana setiap jiwa dan akal yang mencintainya membuat Muhammad saw menangis dan sedih.
Setiap pecinta Ahmad saw, sangat yakin bila Ahamad saw mencintai putrinya, cucunya dan cicitnya. Dari diri setiap hati dan akal berteguh diri bila yang dicintai menderita, maka pecinta pasti mengemban derita juga. Kini didalam barzah, Ahmad saw saksikan derita putri, cucu tercintanya, dan bahkan cicitnya. Bila pembuat derita bukan manusia yang memuji dan melantunkan cinta padanya mungkin bisa ringan rasa sakit yang dirasa, namun pembuat derita keturunannya ini adalah mereka yang berharap dicintai beliau saw......?
Entah bagaimana rasa derita Ahmad saw melihat kejadian ini.....?
Lihatlah...bila Muharram tiba, tiada yang mengenang pembunuhan cucunya yang dianiaya, disiksa melebihi siksaan biadab pada zamannya....?
Bahkan dengan bangganya orang yang disucikan, memaklumatkan....bid`ah mengenang kematian Husain...?
Siapa yang menangisi tragedi Karbala....ia berhak dan diperbolehkan untuk dibunuh, darahnya halal untuk ditumpahkan....?
Dan uniknya, mereka tanpa rasa malu membuat acara tandingan dihari itu, hari anak yatim....? Agar tragedi Karbala dianggap sebuah dongeng dan akan dilupakan oleh generasi kelanjutan dan bahkan di tip-X dari alur sejarah.
Adakah yang merasa memiliki jiwa dan hati serta akal, ikut merasakan derita Muhammad saw....?
Adakah manusia yang bangga menggendong logo keadilan ajaran Muhammad saw pernah sedetikpun walau hanya sekali dalam hidupnya menuliskan dihati atau akalnya panggilan Husain kepada Muhammad saw ketika urat2 leher sang cucu Muhammad saw diputuskan satu persatu sebelum lehernya putus dan terpisah dari badannya....?
Bentuk cinta bagaimanakah yang disuguhkan kepada Muhammad saw dari manusia2 pecintanya ini, lahirnya hingga detik waktu dan zaman sekarang ini....?
Kamis, 20 November 2008
Keutamaan Keakhiran
Dari pertama kali dikumpulkannya seluruh mahluk suci dan mulia, satu hal yang dimenjadi pemicu terbuktikannya bentuk kekafiran dan ketaatan. Hal ini merupakan kunci sebagai kekafiran murni dan ketaatan sejati, walaupun kekafiran itu dibungkus dengan eloknya dari luar, namun ketika hal ini diajukan padanya, kekafiran itu akan tercuat dahsyat seterang mentari dan bahkan segelap hitamnya arang.
Kepemimpinan ada 2 macam dari segi pembentukannya,
1. Kepemimpinan Sosial
Dimana kepemimpinan ini terbentuk akibat hubungan antar manusia, dan manusia pulalah yang menentukan syarat atau kriteria bagi yang berhak mendudukinya, sehingga diperlukan usaha dan persaingan didalam memperoleh kedudukan ini.
2. Kepemimpinan Ilahiah
Kepemimpinan ini dibentuk oleh sang pencipta, sehingga hanya Diri-Nya yang menentukan siapa yang berhak dari hamba-Nya untuk menduduki kedudukan ini, jadi Dia pulalah yang memilih sang pemimpin ini, sehingga bagi yang tidak mengakui kepemimpinan hamba yang dipilih-Nya mempunyai akibat yang sama dengan tidak mengakui Diri-Nya. Repotnya, kepemimpinan jenis ini sungguh teramat sulit, karena dibutuhkan banyak hal untuk bisa mengetahui kebenaran dari sang pemimpin. Kemampuan daya pikir otakpun tidak menjamin bagi seseorang untuk bisa mengenalnya, walau dari ayat sakti dan maha sakti sang pencipta selalu menegaskan dan menekankan bila akal adalah dasar dalam mengenali tanda2 hamba terpilih-Nya.
Kemimpinan dalam fungsinya ada 2 bentuk,
1. Kepemimpinan yang bersifat menampakkan atau menunjukkan suatu masalah didalam kehidupan tanpa memberi jalan penyelesaian.
2. Kepemimpinan yang bersifat menampakkan atau menunjukkan permasalahan, namun juga menunjukkan suatu pemecahan bagi kemudahan sang umat.
"Kepemimpinan, keimamahan, atau kekhalifahan......."
Seluruh hal selalu berhubungan dengan hal ini, sehingga adalah kerancuan berfikir bila hal ini tidak menjadi pokok kebutuhan bagi tatanan alam yang juga merupakan bagian hidup manusia. Kepemimpinan adalah merupakan suatu sistem yang sangat dibutuhkan oleh manusia, walau dirinya hidup seorang diri.Kepemimpinan ada 2 macam dari segi pembentukannya,
1. Kepemimpinan Sosial
Dimana kepemimpinan ini terbentuk akibat hubungan antar manusia, dan manusia pulalah yang menentukan syarat atau kriteria bagi yang berhak mendudukinya, sehingga diperlukan usaha dan persaingan didalam memperoleh kedudukan ini.
2. Kepemimpinan Ilahiah
Kepemimpinan ini dibentuk oleh sang pencipta, sehingga hanya Diri-Nya yang menentukan siapa yang berhak dari hamba-Nya untuk menduduki kedudukan ini, jadi Dia pulalah yang memilih sang pemimpin ini, sehingga bagi yang tidak mengakui kepemimpinan hamba yang dipilih-Nya mempunyai akibat yang sama dengan tidak mengakui Diri-Nya. Repotnya, kepemimpinan jenis ini sungguh teramat sulit, karena dibutuhkan banyak hal untuk bisa mengetahui kebenaran dari sang pemimpin. Kemampuan daya pikir otakpun tidak menjamin bagi seseorang untuk bisa mengenalnya, walau dari ayat sakti dan maha sakti sang pencipta selalu menegaskan dan menekankan bila akal adalah dasar dalam mengenali tanda2 hamba terpilih-Nya.
Kemimpinan dalam fungsinya ada 2 bentuk,
1. Kepemimpinan yang bersifat menampakkan atau menunjukkan suatu masalah didalam kehidupan tanpa memberi jalan penyelesaian.
2. Kepemimpinan yang bersifat menampakkan atau menunjukkan permasalahan, namun juga menunjukkan suatu pemecahan bagi kemudahan sang umat.
Langganan:
Postingan (Atom)