Minggu, 10 Agustus 2008

309 Pemuda Teladan III

Tamlikha; "Hai saudara2, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!"
Setelah memakai baju penggembala, ia berangkat menuju kota. Sepanjang alan ia melewati tempat2 sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan2 yang belum pernah diketahui. Setibanyadekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar diangkasa bertuliskan: "Tiada Tuhan Selain Allah dan Isa adalah Roh Allah."
TamLikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap2 mata.
Tamlikha; "Kusangka aku ini masih tidur!"
Setelah agak lama memandang dan mengamat2i bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak oang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang2 yang belum pernah dikenal, hingga sampai dipasar.
Tamlikha; "Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?"
Tukang roti; "Aphesus."
Tamlikha; "Siapakah nama raja kalian?"
Tukang roti; "Abdurrahman."
Tamlikha; "Kalau yang kau katkaan itu benar, urusanku ini sunggu aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku?"
Melihat uang itu, penjual roti keheran2an, karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.
Pendeta Yahudi; "Hai Ali, kalau benar2 engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru?"
Ali bin Abi Thalib; "Kekasih Muhammad saw menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan 2/3 dirham baru."
Tukang roti; "Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemuan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku, kalau tidak, engkau akan kuhadapakan kepada raja!"
Tamlikha; "Aku tidak menemukan harta karun, uang ini kudapat 3 hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga 3 dirham, aku kemudian meninggalkan kota karena orang2 semuanya menyembah Diqyanius."
Tukang roti; "Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku! Lagi pula engkau telah menyebut2 seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam. Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok2 aku?"
Tamlikha lalu ditangkap, kemudian dibawa menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil.
Raja Abdurrahman; "Bagaimana cerita tentang orang ini?"
Tukang roti; "Dia menemukan harta karun."
Raja Abdurrahman; "Engkau tak perlu takut, Nabi Isa as. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat."
Tamlikha; "Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun, aku adalah penduduk kota ini."
Raja Abdurrahman; "Engkau penduduk kota ini?"
Tamlikha; "Ya, benar."
Raja Abdurrahman; "Adakah orang yang kau kenal?"
Tamlikha; "Ya, ada."
Raja Abdurrahman; "Coba sebutkan namanya."
Tamlikha menyebutkan nama2 kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu namapun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata; "Ah...semua itu bukan nama orang2 yang hidup dizaman kita sekarang ini, tetapi ,apakah engkau mempunyai rumah dikota ini?"
Tamlikha; "Ya, tuanku, utuslah seorang menyertai aku."
Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju kesebuah rumah yang paling paling tinggi dikota itu.
Tamlikha; "Inilah rumahku."
Pintu rumah itu lalu diketuk, keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis dibawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan.
Orang tua; "Kalian ada perlu apa?"
Prajurit; "Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya."
Orang tua; "Siapa namamu?" Sambil mengamati Tamlikha.
Tamlikha; "Aku Tamlikha anak Filistin."
Orang tua; "Coba ulangi lagi."
Tamlikha menyebut namanya kembali dan orang tua itu bertekuk lutut didepan kaki Tamlikha.
Orang tua; "Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang diantara orang2 yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka. Ia lari berlindung kepada Yan gMaha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as. dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali."
Peristiwa yang terjadi dirumah orang tua itu kemudian dilaporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ketempat Tamlikha yang sedang berada dirumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja, Tamlikha diangkat keatas pundaknya, sedangkan orang banyak beramai2 menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya2; "Tamlikha, bagaimana keadaan teman2mu?" Kepada mereka tamlikha memberitahu, bahwa semua temannya masih berada didalam gua.
Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh 2 orang bangsawan, Seorang bangsawan beagama Islam dan seorang bangsawan Nasrani. 2 orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing2 pergi membawa Tamlikha menuju gua.
Tamlikha; "Aku khawatir kalau sampai teman2ku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata, mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja disini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka."
Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri kedalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman2nya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat2.
Miksalmina; "Puji syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius."
Tamlikha; "Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal disini?"
Teman2 Tamlikha; "Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja."
Tamlikha; "Tidak, kalian sudah tinggal disini selama 309 tahun. Diqyanius sudah lama meninggal dunia. Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung, mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian."
Martelius; "Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang2 yang menggemparkan jagad?"
Tamlikha; "Lantas apa yang kalian inginkan?"
Casitius; "Angkatlah tanganmu keatas dan kamipun akan berbuat seperti itu juga."
Mereka bertujuh mengangkat tangan keatas, kemudian berdoa; "Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan2 yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain."
Allah mengabulkan permohonan mereka, lalu memerintahkan malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah melenyapkan pintu gua tanpa bekas. 2 orang bangsawan yang menunggu2 segera maju mendekati gua, berputar2 tujuh hari untuk mencari2 pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya kedalam gua. Pada saat itu 2 bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah. @ orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.
Bangsawan Islam; "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku, akan kudirikan sebuah tempat ibadah dipintu gua itu."
Bangsawan Nasrani; "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku, akan kudirikan sebuah biara dipintu gua itu."
Ke2 bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan Islam. Dengan kejadian tersebut, maka Allah berfirman:
"Kami hendak mendirikan sebuah rumah peribadatan diatas mereka." (al-Kahfi; 21)
Sampai disitu Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua.
Ali bin Abi Thalib; "Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya, apakah semua yang aku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam taurat kalian?"
Pendeta Yahudi; "Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu hurufpun, sekarang engkau jangan menyebut diriku orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya", akupun bersaksi juga bahwa engkau orang yang paling berilmu dikalangan umat ini."
Imamul Muhtadin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, hal 709-725 (753 halaman), karya: HMH. al-Hamid al-Husaini, penerbit CV. Toha Putra - Semarang

Tidak ada komentar: