Kamis, 07 Agustus 2008

309 Pemuda Teladan II

Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah 3 orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang diatas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung didalamnya dan setelah itu mengibas2kan sayap serta bulunya, sampai sari bunga itu habis dipercikkan kesemua tempat sekitarnya.
Kemudian sipembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang, lalu hinggap diatas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung didalamnya, burung itu mengibas2kan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ketempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi, burung itu lalu terbang dan hinggap diatas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak diatas kepala raja.
Demikianlah raja itu berada diatas singgasana kekuasaan selama 30 tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apapun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah ataupun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku2 diri sebagai tuhan dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah.
Raja itu kemudian memanggil orang2 terkemuka dari rakyatnya. Barangsiapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah.
Pada suatu hari perayaan ulang tahunnya, raja sedang duduk diatas singgasana mengenakan mahkota diatas kepala, tiba2 masuklah seorang hulubalang memberitahu, bahawa ada balatentara asing masuk menyerbu kedalam wilayah kerjaannya dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri disebelah kanan(Tamlikha) memperhatikan keadaan sang raja dengan penuh fikiran.
Tamlikha(berfikir); "Kalau Diqyanius itu benar2 tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak buang air kecil ataupun air besar. Itu semua bukanlah sifat2 Tuhan."
6 orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan ditempat salah seorang dari mereka secara begiliran. Pada satu hari tibalah giliran tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul dirumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum.
Sidemius; "Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?"
Tamlikha; "Teman2, hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur."
Martelius; "Apakah yang merisaukan hatimu, wahai Tamlikha?"
Tamlikha; "Sudah lama aku memikirkan soal langit, aku lalu bertanya pada diriku sendiri; siapakah yang mengangkatnya dari atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan dilangit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang2 bertaburan? Kemudian kupikirkan juga bumi ini, Siapakah yang membentang dan menghamparkannya dicakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung2 raksasaagar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring? Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri, Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius?"
Teman2 Tamlikha lalu bertekuk lutut dihadapannya, dan menciumi kakinya.
Miksalmina; "Tamlikha, dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang yang ada didalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!"
Tamlikha; "Saudara2, baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang zalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi?"
Teman2; "Kami setuju dengan pendapatmu!"
Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam baju, lalu berangkat berkendaraan kuda bersama2 dengan lima orang temannya, hingga sejauh 3 mil dari kota.
Tamlikha; "Saudara2, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjlan kaki. Mudah2an Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar."
Mereka turun dari kuda masing2, lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki sampai kaki mereka bengkak dan berdarah karena tidak terbiasa berjalan kaki sejauh itu. Tiba2 datang seorang penggembala menyambut mereka.
Tamlikha; "Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?"
Penggembala; "Aku mempunyai semua yang kalian inginkan, tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu?"
Tamlikha; "Ah...susahnya orang ini! Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?"
Penggembala; "Ya"
Tamlikha dan teman2nya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut didepan mereka dan menciumi kaki mereka.
Penggembala; "Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu disini. Aku hendak mengembalikan kambing2 itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian."
Tamlikha bersama teman2nya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing2 gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya.
Pendeta Yahudi; "Hai Ali, jika engkau benar2 tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?"
Ali bin Abi Thalib; "Hai saudara Yahudi, kekasihku Muhammad saw menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam2an dan bernama Qithmir."
Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing2 saling berkata kepada temannya, 'Kita khawatir kalau2 anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu. Anijng itu melihat kepada tamlikha dan teman2nya dengan pandangan berharap, lalu duduk diatas dua kaki belakangnya, menggeliat.
Anjing ; "Hai orang2, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apapun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah."
Anjing itu akhirnya dibiarkan saja, mereka lalu pergi dengan mengikuti penggembala untuk naik kesebuah bukit yang terdapat sebuah gua.
Pendeta Yahudi; "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua tersebut?"
Ali bin Abi Thalib; "Gunung itu bernama Naglus dan gua itu bernama Washid, atau disebut juga dengan nama Kheram."
Tiba2 didepan gua tumbuh pepohonan berbuah dan memancarkan mata air deras sekali. Mereka makan buah2an dan minum air yang tersedia ditempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung didalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga2 dengan duduk2 sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang2i pintu gua. Kemudian Allah memerintahkan malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing2 orang dari mereka, Allah mewakilkan 2 malaikat untuk membalik2kan tubuh mereka dari kanan dan kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit, sinarnya masuk kedalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya meninggalkan mereka dari arah kiri.
Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta, ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaba, bahwa mereka melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat2 berangkatmenyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik keatas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring didalam gua, ia tidak ragu2 dan memastikan bahwa enam orang itu benar2 sedang tidur.
Diqyanius; "Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri didalam gua. Panggilah tukang2 batu supaya mereka segera datang kemari!"
Setelah tukang2 batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu2 dan jish(bahansemacam semen).
Diqyanius; "Katakanlah kepada mereka yang ada didalam gua, kalau bena2 mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada dilangit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu!"
Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.
Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan2 baru bangun dari tidurnya masing2. Allah membuat mereka mulai merasa lapar.
Mikhaslimina; "Siapakah diantara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat kekota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi kekota nanti supaya hati2 benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak babi."

Tidak ada komentar: