Kamis, 28 Agustus 2008

Mutiara Mu`awiyyah

Mu`awiyyah; "Hai Abu Abdullah, bolehkah aku bertanya tentang suatu hal yang untuk itu kau jawab dengan jujur?"
Amr bin al-Ash; "Demi Allah, dusta itu perbuatan keji. Tanyakan saja apa yang terbetik dipikiranmu, niscaya aku akan menjawabnya dengan jujur."
Mu`awiyyah; "Pernahkah engkau menipuku sejak pertama kuangkat menjadi penasihatku?"
Amr bin al-Ash; "Oh, tak pernah!"
Mu`awiyyah; "Benarkah? Demi Allah, kau pernah menipuku sekali. Memang tak sering, tapi pernah sekali."
Amr bin al-Ash; "Kapan itu?"
Mu`awiyyah; "Sewaktu Ali bin Abi Thalib menantangku untuk berduel dengannya, aku meminta pendapatmu, lalu kau menjawab, 'Pertarungan yang cukup terhormat.' Dan kau menganjurkanku untuk bertarung dengannya, padahal kau sendiri tahu, siapa dia. Maka, tahulah aku bahwa kau telah menipuku dengan jawabanmu itu."
Amr bin al-Ash; "Wahai Amirul Mukminin, seorang petarung telah memintamu berduel dengannya. Petarung yang memiliki martaba dan hati ang mulia. Dengan bertarung dengannya, tuan pasti mendapat satu dari 2 hal yang ke2-2nya sama2 baik, seandainya tuan membunuhnya, berarti tuan sudah membunuh orang ang selama ini terkenal sebagai jagal bagi lawannya. Dengan begitu, tuan akan menjadi lebih terhormat dan dapat mengibarkan kekuasaan. Atau, jika tidak, tuan dapat segera menyusul para syuhada yang saleh dan baik dijadikan teman."
Mu`awiyyah; "Yang kedua ini lebih buruk lagi dari yang pertama. Demi Allah, aku tahu bahwa seandainya aku membunuhnya, aku pasti masuk neraka, dan seandainya dia membunuhku, aku tetap masuk neraka."
Amr bin al-Ash; "Lalu, mengapa tuan berperang melawannya?"
Mu`awiyyah; "Kekuasaan itu mandul....dan tak akan ada orang lain yang akan mendengarkan ini dariku setelahmu."
Ali bin Abi Thalib, hal 154 - 156 (337 halaman), karya: Abbas Ali al-Musawi
Penerbit; Penerbit Cahaya
Jl. Siaga Dharma VIII, no; 32 E
Pasar Minggu-Jakarta Selatan
Telp: 021-7987771 (08121068423)
Fax: 021-7987633
Email; pentcahaya@centrin.net.id

Minggu, 17 Agustus 2008

Lahirnya Penjunjung Langit

Nisfu Sya`ban, 15 Sya`ban, hari yang dikenang oleh umat muslim dengan keberkahan yang melimpah didalamnya.
Muhammad bin Hasan bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Ja`far bin Muhammad bin Ali bin Husain binti Fathimah binti Muhammad saw
Manusia agung ini terlahir ditengah ancaman pemerintah yang tidak inginkan kelahirannya.
Keghaibannya dari penglihatan umat datuknya(Muhammad saw) telah menggemparkan penguasa zalim saat itu, pencarian dan upaya pembunuhan dirinya telah dikomandokan dan target utamakan pemerintah.
Keghaibannya menimbulkan berbagai tanya dan heran bagi setiap insan berakal, ada yang bertanya untuk mengetahui, ada yang bertanya untuk menolak, dan adapula hanya untuk tahu dan olok2 adanya pahaman itu.
Kemunculannya dari keghaiban telah dekat, dengan munculnya sang dajjal terkutuk.
Dirinya akan muncul di Makkah al-Mukarramah, bergelantung pada kain penutup Kabah.
Dipagi hari akan ada seruan malaikat yang berbahasa arab terfasih, setiap yang bisa mendengar suara akan mendengar seruan tersebut, dan setiap yang bisa mendengar seruan tersebut akan mengerti seruan berbahasa arab tersebut, walau dia tidak bisa bahasa arab dan tidak mengerti bahasa arab.
"Wahai mahluk Allah, Muhammad ibnu Muhammad saw telah muncul, barang siapa tunduk dan taat padanya, ia akan selamat dan berada didalam kebenaran".
Dan yang pertama kali membaiat Muhammad ibnu Muhammad adalah para Malaikat, jin dan manusia.
Disore hari akan terdengar seruan dari Iblis yang memproklamirkan khalifah versinya.
"Wahai seluruh mahluk Allah, Usman ibnu Umawiyah adalah pemimpin yang berhak kalian taat dan tunduk padanya, bila kalian taat dan tunduk padanya, maka kalian akan selamat dan berada dalam kebenaran".
Dan yang pertama membaiat Usman ibnu Umawiyah adalah jin dan manusia.
Semoga ketika terdengar seruan dipagi hari setiap diri akan bisa berkata "Kami mendengar dan taat."
Semoga ketika terdengar seruan disore hari setiap diri bisa berkata "Kami mendengar dan menolak."

Minggu, 10 Agustus 2008

309 Pemuda Teladan III

Tamlikha; "Hai saudara2, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!"
Setelah memakai baju penggembala, ia berangkat menuju kota. Sepanjang alan ia melewati tempat2 sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan2 yang belum pernah diketahui. Setibanyadekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar diangkasa bertuliskan: "Tiada Tuhan Selain Allah dan Isa adalah Roh Allah."
TamLikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap2 mata.
Tamlikha; "Kusangka aku ini masih tidur!"
Setelah agak lama memandang dan mengamat2i bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak oang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang2 yang belum pernah dikenal, hingga sampai dipasar.
Tamlikha; "Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?"
Tukang roti; "Aphesus."
Tamlikha; "Siapakah nama raja kalian?"
Tukang roti; "Abdurrahman."
Tamlikha; "Kalau yang kau katkaan itu benar, urusanku ini sunggu aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku?"
Melihat uang itu, penjual roti keheran2an, karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.
Pendeta Yahudi; "Hai Ali, kalau benar2 engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru?"
Ali bin Abi Thalib; "Kekasih Muhammad saw menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan 2/3 dirham baru."
Tukang roti; "Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemuan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku, kalau tidak, engkau akan kuhadapakan kepada raja!"
Tamlikha; "Aku tidak menemukan harta karun, uang ini kudapat 3 hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga 3 dirham, aku kemudian meninggalkan kota karena orang2 semuanya menyembah Diqyanius."
Tukang roti; "Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku! Lagi pula engkau telah menyebut2 seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam. Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok2 aku?"
Tamlikha lalu ditangkap, kemudian dibawa menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil.
Raja Abdurrahman; "Bagaimana cerita tentang orang ini?"
Tukang roti; "Dia menemukan harta karun."
Raja Abdurrahman; "Engkau tak perlu takut, Nabi Isa as. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat."
Tamlikha; "Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun, aku adalah penduduk kota ini."
Raja Abdurrahman; "Engkau penduduk kota ini?"
Tamlikha; "Ya, benar."
Raja Abdurrahman; "Adakah orang yang kau kenal?"
Tamlikha; "Ya, ada."
Raja Abdurrahman; "Coba sebutkan namanya."
Tamlikha menyebutkan nama2 kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu namapun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata; "Ah...semua itu bukan nama orang2 yang hidup dizaman kita sekarang ini, tetapi ,apakah engkau mempunyai rumah dikota ini?"
Tamlikha; "Ya, tuanku, utuslah seorang menyertai aku."
Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju kesebuah rumah yang paling paling tinggi dikota itu.
Tamlikha; "Inilah rumahku."
Pintu rumah itu lalu diketuk, keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis dibawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan.
Orang tua; "Kalian ada perlu apa?"
Prajurit; "Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya."
Orang tua; "Siapa namamu?" Sambil mengamati Tamlikha.
Tamlikha; "Aku Tamlikha anak Filistin."
Orang tua; "Coba ulangi lagi."
Tamlikha menyebut namanya kembali dan orang tua itu bertekuk lutut didepan kaki Tamlikha.
Orang tua; "Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang diantara orang2 yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka. Ia lari berlindung kepada Yan gMaha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as. dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali."
Peristiwa yang terjadi dirumah orang tua itu kemudian dilaporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ketempat Tamlikha yang sedang berada dirumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja, Tamlikha diangkat keatas pundaknya, sedangkan orang banyak beramai2 menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya2; "Tamlikha, bagaimana keadaan teman2mu?" Kepada mereka tamlikha memberitahu, bahwa semua temannya masih berada didalam gua.
Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh 2 orang bangsawan, Seorang bangsawan beagama Islam dan seorang bangsawan Nasrani. 2 orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing2 pergi membawa Tamlikha menuju gua.
Tamlikha; "Aku khawatir kalau sampai teman2ku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata, mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja disini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka."
Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri kedalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman2nya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat2.
Miksalmina; "Puji syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius."
Tamlikha; "Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal disini?"
Teman2 Tamlikha; "Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja."
Tamlikha; "Tidak, kalian sudah tinggal disini selama 309 tahun. Diqyanius sudah lama meninggal dunia. Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung, mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian."
Martelius; "Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang2 yang menggemparkan jagad?"
Tamlikha; "Lantas apa yang kalian inginkan?"
Casitius; "Angkatlah tanganmu keatas dan kamipun akan berbuat seperti itu juga."
Mereka bertujuh mengangkat tangan keatas, kemudian berdoa; "Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan2 yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain."
Allah mengabulkan permohonan mereka, lalu memerintahkan malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah melenyapkan pintu gua tanpa bekas. 2 orang bangsawan yang menunggu2 segera maju mendekati gua, berputar2 tujuh hari untuk mencari2 pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya kedalam gua. Pada saat itu 2 bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah. @ orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.
Bangsawan Islam; "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku, akan kudirikan sebuah tempat ibadah dipintu gua itu."
Bangsawan Nasrani; "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku, akan kudirikan sebuah biara dipintu gua itu."
Ke2 bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan Islam. Dengan kejadian tersebut, maka Allah berfirman:
"Kami hendak mendirikan sebuah rumah peribadatan diatas mereka." (al-Kahfi; 21)
Sampai disitu Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua.
Ali bin Abi Thalib; "Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya, apakah semua yang aku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam taurat kalian?"
Pendeta Yahudi; "Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu hurufpun, sekarang engkau jangan menyebut diriku orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya", akupun bersaksi juga bahwa engkau orang yang paling berilmu dikalangan umat ini."
Imamul Muhtadin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, hal 709-725 (753 halaman), karya: HMH. al-Hamid al-Husaini, penerbit CV. Toha Putra - Semarang

Kamis, 07 Agustus 2008

309 Pemuda Teladan II

Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah 3 orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang diatas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung didalamnya dan setelah itu mengibas2kan sayap serta bulunya, sampai sari bunga itu habis dipercikkan kesemua tempat sekitarnya.
Kemudian sipembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang, lalu hinggap diatas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung didalamnya, burung itu mengibas2kan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ketempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi, burung itu lalu terbang dan hinggap diatas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak diatas kepala raja.
Demikianlah raja itu berada diatas singgasana kekuasaan selama 30 tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apapun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah ataupun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku2 diri sebagai tuhan dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah.
Raja itu kemudian memanggil orang2 terkemuka dari rakyatnya. Barangsiapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah.
Pada suatu hari perayaan ulang tahunnya, raja sedang duduk diatas singgasana mengenakan mahkota diatas kepala, tiba2 masuklah seorang hulubalang memberitahu, bahawa ada balatentara asing masuk menyerbu kedalam wilayah kerjaannya dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri disebelah kanan(Tamlikha) memperhatikan keadaan sang raja dengan penuh fikiran.
Tamlikha(berfikir); "Kalau Diqyanius itu benar2 tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak buang air kecil ataupun air besar. Itu semua bukanlah sifat2 Tuhan."
6 orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan ditempat salah seorang dari mereka secara begiliran. Pada satu hari tibalah giliran tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul dirumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum.
Sidemius; "Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?"
Tamlikha; "Teman2, hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur."
Martelius; "Apakah yang merisaukan hatimu, wahai Tamlikha?"
Tamlikha; "Sudah lama aku memikirkan soal langit, aku lalu bertanya pada diriku sendiri; siapakah yang mengangkatnya dari atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan dilangit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang2 bertaburan? Kemudian kupikirkan juga bumi ini, Siapakah yang membentang dan menghamparkannya dicakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung2 raksasaagar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring? Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri, Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius?"
Teman2 Tamlikha lalu bertekuk lutut dihadapannya, dan menciumi kakinya.
Miksalmina; "Tamlikha, dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang yang ada didalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!"
Tamlikha; "Saudara2, baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang zalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi?"
Teman2; "Kami setuju dengan pendapatmu!"
Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam baju, lalu berangkat berkendaraan kuda bersama2 dengan lima orang temannya, hingga sejauh 3 mil dari kota.
Tamlikha; "Saudara2, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjlan kaki. Mudah2an Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar."
Mereka turun dari kuda masing2, lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki sampai kaki mereka bengkak dan berdarah karena tidak terbiasa berjalan kaki sejauh itu. Tiba2 datang seorang penggembala menyambut mereka.
Tamlikha; "Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?"
Penggembala; "Aku mempunyai semua yang kalian inginkan, tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu?"
Tamlikha; "Ah...susahnya orang ini! Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?"
Penggembala; "Ya"
Tamlikha dan teman2nya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut didepan mereka dan menciumi kaki mereka.
Penggembala; "Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu disini. Aku hendak mengembalikan kambing2 itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian."
Tamlikha bersama teman2nya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing2 gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya.
Pendeta Yahudi; "Hai Ali, jika engkau benar2 tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?"
Ali bin Abi Thalib; "Hai saudara Yahudi, kekasihku Muhammad saw menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam2an dan bernama Qithmir."
Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing2 saling berkata kepada temannya, 'Kita khawatir kalau2 anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu. Anijng itu melihat kepada tamlikha dan teman2nya dengan pandangan berharap, lalu duduk diatas dua kaki belakangnya, menggeliat.
Anjing ; "Hai orang2, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apapun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah."
Anjing itu akhirnya dibiarkan saja, mereka lalu pergi dengan mengikuti penggembala untuk naik kesebuah bukit yang terdapat sebuah gua.
Pendeta Yahudi; "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua tersebut?"
Ali bin Abi Thalib; "Gunung itu bernama Naglus dan gua itu bernama Washid, atau disebut juga dengan nama Kheram."
Tiba2 didepan gua tumbuh pepohonan berbuah dan memancarkan mata air deras sekali. Mereka makan buah2an dan minum air yang tersedia ditempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung didalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga2 dengan duduk2 sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang2i pintu gua. Kemudian Allah memerintahkan malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing2 orang dari mereka, Allah mewakilkan 2 malaikat untuk membalik2kan tubuh mereka dari kanan dan kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit, sinarnya masuk kedalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya meninggalkan mereka dari arah kiri.
Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta, ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaba, bahwa mereka melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat2 berangkatmenyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik keatas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring didalam gua, ia tidak ragu2 dan memastikan bahwa enam orang itu benar2 sedang tidur.
Diqyanius; "Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri didalam gua. Panggilah tukang2 batu supaya mereka segera datang kemari!"
Setelah tukang2 batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu2 dan jish(bahansemacam semen).
Diqyanius; "Katakanlah kepada mereka yang ada didalam gua, kalau bena2 mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada dilangit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu!"
Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.
Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan2 baru bangun dari tidurnya masing2. Allah membuat mereka mulai merasa lapar.
Mikhaslimina; "Siapakah diantara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat kekota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi kekota nanti supaya hati2 benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak babi."

309 Pemuda Teladan

Dikala Umar ibnu Khatthab ra, memangku jabatan sebagai khalifah kedatangan beberapa orang pendeta Yahudi.
Pendeta Yahudi; "Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar2 seorang nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu batil dan Muhammad bukan seorang nabi....
Khalifah Umar; "Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan!"
Pendeta Yahudi; "Jelaskan kepada kami tentang induk kunci mengancing langit, apakah itu? Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu mahluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin? Terangkan kepada kami tentang lima jenis mahluk yang dapat berjalan dipermukaan bumi, tetapi mahluk2 itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau induknya? Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh disaat ia sedang berkicau? Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan dikala ia sedang berkokok? Apakah yang dikatakan oleh kuda disaat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak diwaktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai disaat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?
Khalifah Umar; "Bagi Umar, jika ia menjawab tidak tahu atas pertanyaan2 yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!"
Mendengar jawaban jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta2 Yahudi yang bertanya berdiri melonjak2 kegirangan.
Pendeta Yahudi; "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang nabi , dan agama Islam itu adalah batil!"
Salman al_Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta2 Yahudi itu; "Kalian tunggu sebentar!" Ia cepat2 pergi kerumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata; "Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!"
Ali bin Abi Thalib; "Mengapa?"
Salman kemudian menceritakan apa yang dihadapi oleh Khalifah Umar ibnu Khatthab. Ali bin Abi Thalib segera saja berangkat menuju kerumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah peninggalan Rasulullah saw. Ketika Khalifah Umar melihat Ali, ia bangun dari tempat duduknya lalu buru2 memeluk Ali, sambil berkata; "Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!"
Ali bin Abi Thalib; "Silahkan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah saw sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu2 itu mempunyai seribu cabang ilmu." Kemudian para pendeta mengulang kembali pertanyaannya. "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan2 kalian sesuai dengan yang ada didalam Taurat, kalian supaya sedia memeluk agama kami dan beriman!"
"Ya baik", jawab mereka.
Ali bin Abi Thalib; "Induk kunci adalah syirik kepada Allah. Sebab hamba Allah, baik pria maupun wanita jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai kehadhirat Allah."
Pendeta Yahudi; "Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu2 langit?"
Ali bin Abi Thalib; "Anak kunci itu ialah kesaksian(syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Kuburan itu ialah ikan hiu(hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta, dan dibawa keliling 7 samudera. Mahluk itu adalah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud as, semut itu berkata kepada kaumnya; 'Hai para semut, masuklah kedalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak2 leh Sulaiman dan pasukannya dalam keadaan mereka tidak sadar'. Lima mahluk itu adalah 1) Adam, 2) Hawa 3) Unta Nabi Shaleh, 4) Domba Nabi Ibrahim, 5) Tongkat Nabi Musa."
Dua pendeta Yahudi setelah mendengar jawaban Ali, segera bersyahadat.
Pendeta Yahudi; "Hai Ali, hati teman2ku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda."
Ali bin Abi Thalib; "Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan!"
Pendeta Yahudi; "Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?"
Ali bin Abi Thalib; "Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu."
Pendeta Yahudi; "Aku sudah banyak mendengar tentang Quran kalian itu, jika engkau memang benar2 tahu, coba sebutkan nama2 mereka, nama ayah2 mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!"
Ali pun membetulkan duduknya, menekuk lutut kedepan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan kepinggang.
Ali bin Abi Thalib; "Hai saudara Yahudi, Muhammad saw kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi dinegeri Rumawi, disebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus, Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus(Aphese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak didalam wilayah Turki). Penduduk negri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah istana."
Pendeta Yahudi; "Jika engkau benar2 tahu, coba terangkan kepadaku bentuk istana itu, bagaimana serambi dan ruangan2nya?"
Ali bin Abi Thalib; "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat batu marmar. Panjangnya satu farsakh(80 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar2nya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu2 yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu2 itu bergelantungan pada rantai2 yang terbuat perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Disebelah timur serambi dibuat lubang2 cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula disebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itupun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Disebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semua terbuat dari emas. Disitulah para hulubalang kerajaan duduk. Disebelah kirinya juga tersedia 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa2 tinggi lainnya. Raja duduk diatas singgasana dengan mengenakan mahkota diatas kepalanya."
Pendeta Yahudi; "Jika engkau benar2 tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?"
Ali bin Abi Thalib; "Hai saudara Yahudi, mahkota itu terbuat dari kepingan2 emas berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang2 menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempuyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak2 para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihas dengan gelang2 kaki yang sangat indah. Masing2 diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri dibelakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak2 para cendekiawan, untuk dijadian menteri2 atau pembantu2nya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apapun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. 6 orang pembantu itu selalu berada dikanan-kiri raja, 3 orang berdiri disebelah kanan dan yang 3 orang lainnya berdiri disebelah kiri."
Pendeta Yahudi; "Jika yang engkau katakan benar, coba sebutkan nama 6 orang yang menjadi pembantu2 raja itu?"
Ali bin Abi Thalib; "Hai saudara Yahudi, kekasihku Muhammad saw, menceritakan kepadaku, bahwa 3 orang yang berdiri disebelah kanan raja, masing2 bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun 3 orang pembantu yang berdiri disebelah kiri, masing2 bernama Martelius, Casitius, dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segaa urusan.