Sabtu, 26 April 2008

Panen Imbalan Surga

Shalat subuh berjamaah diawal waktu di Masjid Nabi saw usai dilaksanakan. Kaum muslimin masih tinggal disana, Rasulullah saw menghadap kearah hadirin seraya bersabda;
"Wahai manusia! Aku telah menerima wahyu bahwa terdapat tiga orang kafir yang bersumpah atas nama berhala Latta dan `Uzza untuk membunuhku. Siapakah diantara kalian yang dengan sukarela siap menghadapi mereka dan membinasakan mereka sebelum tiba di Madinah?"
Masing-masing hadirin saling bertatapan dan diam seribu bahasa. Mereka tidak menjawab seruan Rasulullah saw.
Rasulullah saw melanjutkan, "Aku yakin Ali bin Abi Thalib tak ada ditengah kalian."
Salah seorang dari mereka yang bernama `Amir bin Qutadah berdiri seraya menjawab, "Malam ini, Ali menderita demam. Karena itulah ia tak ikut serta dalam shalat berjamaah. Ijinkan saya menemuinya dan menyampaikan seruan anda."
Rasulullah saw mengizinkannya, lalu `Amir menemui Ali dan menceritakan peristiwa yang terjadi.
Ali keluar dari rumah dengan leher tertutup lengan bajunya dan langsung menemui Rasulullah saw. Beliau menanyakan peristiwa yang terjadi, "Wahai Rasulullah saw, gerangan apa yang terjadi?"
Rasul saw menjawab, "Utusan Allah(Jibril as) datang kepadaku dan memberitahukan bahwa sekarang ini ada tiga orang kafir yang bersumpah untuk datang kemari dan membunuhku, demi Tuhan Kabah, usaha mereka tak akan berhasil. Saat ini diperlukan seorang yang menghalangi kedatangannya."
Ali berkata, "Saya sendiri siap mencegah kedatangan mereka. Saya minta izin beberapa saat untuk mengenakan pakaian perang saya."
Rasul mulia saw bersabda, "Inilah pakaian besi dan pedangku, ambillah dan gunakanlah." Kemudian Rasul mulia saw mengenakan pakaian besinya ketubuh Ali, melilitkan surban beliau kekepala Ali, menyerahkan pedang beliau ketangan Ali, mengambilkan kudanya dan membantu Ali menaikinya, lalu mengutusnya menemui ketiga orang tersebut yang sudah berada beberapa kilometer dari Madinah.
Ali keluar dari Madinah, setelah 3 hari berlal, tak ada kabar tentang keadaan Ali; baik dari langit maupun bumi. Sayyidah Fathimah merasa khawatir. Beliau lalu menggandeng al-Hasan dan al-Husain pergi menemui Rasulullah saw. "Saya kira 2 anak ini telah menjadi yatim, " kata Sayyidah Fathimah. Mendengar ucapan ini, Rasulullah saw meneteskan air mata.
Lalu beliau saw bersabda, "Siapa yang membawa berita tentang keadaan Ali, aku akan memberinya imbalan surga."
Muslimin bersungguh-sungguh mencari Ali. Sebab mereka sadar bahwa Rasulullah saw benar-benar menganggap penting dan amat menegaskansecara khusus masalah ini.
Sampai akhirnya `Amir bin Qutadah menyampaikan kabar kepada Rasulullah saw bahwa Ali dalam keadaan selamat dan akan segera kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.
Rasulullah saw bergegas menyambut kedatangan Ali. Beliau saw menyaksikan Ali datang membawa 2 tawanan, sepenggal kepala, 3 ekor unta, dan 3 ekor kuda. Saat itu Rasulullah saw bersabda kepada Ali,
"Mana yang kamu sukai, aku yang menceritakan peristiwa yang engkau alami, ataukah engkau sendiri?" Kemudian beliau saw bersabda, "Sebaiknya engkau sendiri yang menjelaskannya agar disaksikan kaum yang ada."
Kemudian Ali memulai kisahnya,
Ditengah padang pasir, saya melihat 3 orang tengah menunggang unta kearah saya. Sewaktu melihat saya, mereka berteriak, "Siapa kamu?"
Saya jawab, "Aku Ali bin Abi Tahalib, anak paman utusan Allah saw."
Mereka berkata, "Kami tidak mengenal orang yang menjadi utusan Allah, dan bagi kami tak ada bedanya membunuhmu atau membunuh Muhammad."
Pemilik kepala ini langsung menyerang saya. Saat itu pula, berhembus angin merah. Lalu saya mendengar suara Anda(Muhammad saw) bersabda, "Pakaian besinya dibagian leher telah aku singkap, tebaslah urat lehernya," sayapun menebas urat lehernya dan membiarkannya.
Kemudian berhembus angin kuning. Saya mendengar suara Anda diantara tiupan angin itu, "Baju basina dibagian paha tersingkap, pukullah bagian pahanya," sayapun memukul bagian pahanya. Iapun tersungkur, saya lalu memisahan kepalanya dari tubuhnya. Tatkala saya membunuhnya, kedua tawanan ini mengghampiri saya dan berkata, "Temanku yang engkau bunuh ini berkemampuan membunuh seribu pasukan berkuda. Sekarang kami menyerahkan diri kepadamu. Kami mendengar Muhammad adalah orang yang pemurah dan berhati lembut. Janganlah engkau membunuh kami. Bawalah kami kehadapan Muhammad hidup-hidup agar ia memutuskan hukuman yang layak kami terima."
Rasulullah saw bersabda, "Wahai Ali! Suara pertama yang engkau dengar adalah suara Jibril as, dan suara kedua yang engkau dengar adalah suara Mikail as, sekarang bawalah kepadaku salah seorang tawanan itu."
Ali membawa seorang tawanan menghadap Rasulullah saw, kemudian Rasulullah saw bersabda kepadanya, "Ucapkanlah, Tiada Tuhan selain Allah(La ilaha illallah)."
Tawanan itu menjawab, "Memindahkan gunung Abu Qubais lebih aku sukai daripada harus mengucapkan kalimat itu."
Rasulullah saw bersabda, "Bawalah ia dan tebaslah lehernya."
Kemudian Rasulullah saw bersabda kepada Ali, "Bawalah kemari tawanan kedua."
Ali membawa tawanan itu kehadapan Rasulullah saw, lalu Rasulullah saw bersabda, "Ucapkanlah, Tiada Tuhan selain Allah(La ilaha illallah)."
Ia menjawab, "Gabungkan saja aku dengan temanku."
Rasulullah saw bersabdakepada Ali, "Bawalah ia juga dan tebaslah lehernya."
Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah saw, "Wahai Muhammad, Tuhanmu memberi salam kepadamu, dan berfirman; `Janganlah engkau bunuh orang itu, karena ia memiliki 2 sifat yang mulia; diantara kaumnya ia adalah seorang yang dermawan dan juga memiliki budi pekerti yang baik.`"
Rasulullah saw bersabda kepada Ali, "Hentikan! Utusan Allah mengatakan; `Janganlah engkau bunuh orang itu, karena ia memiliki 2 sifat yang mulia; diantara kaumnya ia adalah seorang yang dermawan dan juga memiliki budi pekerti yang baik.`"
Tatkala mengetahui soal pembatalan pembunuhannya, orang kafir itu berkata, "Ya, aku bersumpah demi Tuhan, selama aku hidup bersama saudara-saudaraku aku tak pernah punya uang sedirhampun, dan aku sama sekali tak pernah melarikan diri dari medan perang. Sekarang aku bersaksi, `Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.`"
Rasulullah saw bersabda, "Ia adalah orang yang ditarik menuju surga yang penuh kenikmatan oleh budi pekertinya yang baik dan kedermawanan."
Cerita-cerita hikmah(Dastan-e Dustan) halaman; 146-148(170 halaman), karya Muhammad Muhammadi
Penerbit; Penerbit Cahaya
Jl. Siaga Dharma VIII, no; 32
Pasar Minggu-Jakarta Selatan
Email; pentcahaya@cbn.net.id

Jumat, 25 April 2008

Hasrat Sa`ad bin Abi Waqas

Sa`ad bin Abi Waqas merupakan salah satu seorang panglima perang terkenal dimasa awal Islam. Semasa pemerintahan Imam Ali, ia menarik diri dan hidup tanpa tidak berpihak kepada siapapun.
Saat Muawiyah berkuasa, ia memaksa seluruh muslimin mengutuk Imam Ali. Namun Sa`ad bin Abi Waqas sama sekali tidak bersedia mengutuk Ali.
Suatu hari, Muawiyah berjumpa dengan Sa`ad bin Abi Waqas dan bertanya, "Mengapa engkau enggan mengutuk Abu Turab(Julukan Imam Ali bin Abi Thalib) ?"
Sa`ad bin Abi Waqas, menjawab, "Aku teringat 3 perkara yang disabdakan Rasulullah saw mengenai Ali bin Abi Thalib. Karena itulah saya enggan mengutuk dan mencemoohnya. Bila salah satu dari ketiga perkara itu ada pada saya, maka itu jauh lebih berharga dari semua unta merah."
Pertama, saya mendengar Rasulullah saw, pada perang Tabuk, menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai wakil beliau saw di Madinah, sementara beliau saw sendiri yang berangkat ke Tabukbersama kaum muslimin. Waktu itu Ali menemui Rasulullah saw dan berkaa, `Wahai Rasullah saw, apakah Anda akan membiarkan saya tinggal diam di Madinah bersama para wanita?` Rasulullah saw menjawab, `Tidakkah engkau merasa senang bila kedudukanmu disisiku tak ubahnya kedudukan Harun disisi Musa, namun tak ada nabi setelahku?`"
Kedua, pada peristiwa perang Khaibar, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, "Aku akan berikan panji ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan ia dicintai Allah dan Rasul-Nya." Kemudian beliau saw memerintahkan memanggil Ali bin Abi Thalib dan menyerahkan panji itu kepada Ali yang kemudian berhasil menaklukkan Khaibar.
Ketiga, menurut ayat mubahalah, Ali dianggap jiwa Rasulullah saw. Dalam peristiwa ketika para utusan Nasrani berdialog dengan Rasulullah saw namun mereka tetap enggan memeluk Islam, maka sesuai perintah Allah, Rasulullah saw mengajak mereka untuk bermubahalah, sebagaimana diabadikan dalam al-Quran:
"Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, dan dirikami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (Ali-Imran; 16)
Lalu Rasulullah saw membawa Ali, Fathimah, al-Hasan dan al-Husain kepadang pasir untuk bersama-sama melakukan mubahalah, seraya menegaskan, "Mereka adalah Ahlul Baitku."
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Rasulullah saw menganggap Ali bin Abi Thalib sebagai diri dan nyawa beliau sendiri.
Cerita-cerita hikmah(Dastan-e Dustan) halaman; 146-148(170 halaman), karya Muhammad Muhammadi
Penerbit; Penerbit Cahaya
Jl. Siaga Dharma VIII, no; 32
Pasar Minggu-Jakarta Selatan
Email; pentcahaya@cbn.net.id

Rabu, 16 April 2008

Wajah Tak Berarah

Suami...merupakan pemimpin suatu keluarga. Itulah yang terpahami oleh hampir semua orang dan masyarakat baik itu muslim maupun non muslim......
Setujukah diri kita terhadap pemahaman ini....?
Pemimpin keluarga ini diharuskan untuk tunduk kepada sang istri yang beralasankan cinta dan kesetiaan serta tanggung jawab terhadap keluarganya.
Pemimpin keluarga ini diharuskan menjadi milik istrinya seorang, wanita lain tidak diperkenankan untuk ikut merasakan kasih dan sayang serta naungan sang suami.
Inilah keinginan setiap mahluk agung dalam penciptaan, yakni; wanita....hawa...perempuan ...
Mereka ingin suaminya adalah miliknya seorang....menumpahkan kasih dan sayang hanya kepada dirinya...menerima dan menjadi pemilik segala yang dimiliki sang suami baginya...
Suami berijinkan darinya bila inginkan suatu hal...apa yang ditahu suaminya dirinya haruslah juga tahu...kemana suami berjalan dirinya menjadi bayang...
Pemimpin....berarti ada yang dipimpin...
Mungkinkah pemimpin diperintah...?
Haruskah pemimpin menerima perintah atau didesak turut...?
Pemimpinkah yang dirinya dalam bertindak dan berkata dipaksa....?
Pemimpinkah bila dirinya dimiliki...?
Pemimpinkah bila dirinya dikuasai...?
Apakah sebenarnya arti dan makna dari seorang pemimpin....? baik itu terhadap hubungan sosial maupun ruhani....?
Apakah pemimpin itu memang diharuskan....? Jelas seorang pemimpin diharuskan....yakni terbebani memimpin yang mengakui kepemimpinannya.....
Bagaimana dengan yang memerintah dan mengikat dirinya dengan alasan kesetiaan dan tanggung jawab serta cinta.....?
Siapa yang harus setia...? Bagi seorang pemimpin, dirinya berlepas diri pabila yang mengakui kepemimpinan dirinya menolak untuk memberi kesetiaan diri. Jadi siapa sebenarnya yang harus setia...? Itu adalah jelas, yakni yang dipimpin....
Siapa yang harus dicintai...? Bagi seorang pemimpin, dirinya berhak dan wajib untuk dicintai yang dipimpinnya dan dirinya adalah pembalas dari cinta yang dipimpinnya...
Pemimpin akan bertanggung jawab terhadap perlakuan yang dipimpinnya dan kebutuhan yang dipimpinnya apabila yang dipimpinnya berlaku sesuai dengan arahan dan bimbingan sang pemimpin.
Pemimpin adalah bebas.... tak terikat.... mandiri.... terkuat... tak tertandingi... pemilik... penguasa.... pemberi.... pencabut....perampas....masihkah ada makna yang lain.....?.... hik... hik... hik... hik... hik... yaaaaa sebanyak kata yang mampu terucap dan terpahami pun tidak mampu membatasi arti "Pemimpin."