Senin, 31 Desember 2007

Muhammad Dibunuh Umat Muhammad

Karbala, 10 Muharram, petang. Al-Husain menembus barisan musuh. Gerak lincah pedangnya disambut jeritan nyaring tentara-tentara Umar yang sekarat dan kesakitan. Korban tewas dan luka parah berjatuhan memadati arena. Pasukan lawan kalang kabut tak mampu menahan serangan Al-Husain. Syimir segera menghampiri Umar, sang komandan tertinggi.
"Hai Umar, orang ini dengan mudah akan melenyapkan kita semua." Ujarnya memperingatkan.
"Lalu, apa yang bisa kita lakukan?" tanya Umar bingung.
"Bagilah pasukan menjadi tiga! Pasukan pertama terdiri dari tentara panah. Pasukan kedua terdiri dari tentara pedang. Sedangkan pasukan ketiga terdiri dari tentara api dan batu. Lalu perintahkan semuanya melakukan penyerbuan sermpak kearahnya!" sahut Syimir sambil menyaksikan dari jauh kepiawaian putra kedua Ali itu melihat musuh-musuhnya.
"Dengan cara inilah kematian Al-Husain bisa dipercepat dan jumlah korban dipihak kita bisa dikurang." sambungnya.
Usulan Syimir diterima. Umar memanggil mundur pasukannya kemudian membaginya menjadi tiga pasukan.
Tak lama kemudian ratusan tombak, panah, batu dan api dibidikkan kearah Al-Husain. Putra Ali ini tak kuasa menghindar. Luka disekujur tubuh manusia suci itupun kian bertambah. Al-Husain tetap mengadakan perlawanan sekuat tenaganya. Sebuah anak panah beracun yang ditembakkan Khuli bin Yazid mengenai dada cucunda Nabi mulia itu. Ia terhuyung kehilangan keseimbangan tubuhnya dan tak lama kemudian terjatuh dari kudanya. Lubang didadanya merekah dan darah menyiram badannya. Al-Husain mencoba menahan pedih luka-lukanya sambil berusaha untuk bangkit. Sayang, sebuah anak panah lagi dari arah sampig yang dihunjamkan Abu Quddamah al-Amiri menancap didada kanannya. Al-Husain roboh, urung bangkit. Ia mengerang kesakitan ditengah lingkaran pasukan berkuda Umar bin Sa`d.
Dengan sisa kekuatannya, Al-Husain mencabut panah yang masih menancap didada kanannya sekuat tenaga seraya menggigit bibirnya yang pucat kemuning. Darah segar menyembur dari luka didadanya. Tangannya mengusap darah dipermukaan jenggotnya seraya berucap parau;
"Demikiankah kalian mengucapkan terima kasih kalian kepada kakekku! Dengan tubuhtubuh dan wajah yang berdarah inilah aku akan menghadap kakekku, agar beliau tahu betapa kalian sangat membenci kebenaran dan agamanya."
Usai mengutarakan keluhannya, Al-Husain jatuh pingsan sesaat. Pasukan musuh membiarkan tubuh itu tergeletak begitu saja sambil menanti Al-Husain siuman. Pasukan musuh mulai panik tidak tahu apakah Al-Husain telah gugur ataukah masih hidup. Setelah berjalan beberapa saat, sementara jasad Al-Hsuain tak juga bergerakk, tiba-tiba Zur`ah al-Kindi melompat dari kudanya dan menduduki jasad putra Fatimah yang lunglai itu. Pukulan pertama Zur`ah bin Syarik mengenai bahu kiri Al-Husain. Sasaran kedua adalah leher cucu Nabi itu. Zur`ah merasa perlu melengkapi keganasannya dengan menacapkan ujung pedangnya diwajah tampan jawara bani Hasyim itu. Al-Husain tersadarkan dari pingsannya oleh pukulan itu, ia kini tak mampu menjerit.
"Semoga Allah meletakkan kau kelak pada tempatmu yang layak, neraka, bersama manusia-manusia durjana lainnya." Pedang Al-Hsain dirampas, kini pemimpin pemuda-pemuda surga itu duduk diatas tanah tanpa senjata membiarkan darah tetap membasahi tubuhnya ditengah lingkaran pasukan berkuda yang berputa-putar.
Teriakan-teriakan pasukan Umar mengalahkan pekikan dan erangan tangis Zainab dan adik-adiknya yang meronta-ronta sedih diseberang.
"Hai, apa yang membuat kalian diam? Cepat selesaikan!" seru Umar dari belakang.
Al-Husain tergeletak selama beberapa menit. Perlawanan telah berakhir, sekonyong-konyong Syabts bin Ruba`i menyeruak dari barisan dan bergegas menuju Al-Husain yang kehilangan tenaganya. Namun secara tak terduga lelaki yang dikenal beringas itu kembali kebarisannya.
"Hai, mengapa kau kini menjadi penakut? Mengapa kau batalkan niat membunuh Al-Husain?" tegur Sinan bin Anas mengejek.
"Hai keparat, tahukah kau, ia tiba-tiba membuka matanya dan seketika kulihat wajah Muhammad kakeknya." bantah Syabts mengutarakan alasannya.
"Kau memang takut!" sambar Sinan sambil memisahkan diri dari barisannya menuju jasad Al-Husain.
Ketika hendak mengayunkan pedangnya kearah leher Al-Husain, sinan tiba-tiba melepaskan pedangnya dan lari meninggalkan tubuh tak berdaya itu sendirian. "Hai kau, mengapa kau lari terbirit -birit seperti burug onta dikejar harimau?" sergah Syimir mengejek.
"Sungguh wajahnya adalah wajah Muhammad," jawab Sinan sambil menundukkan wajahnya.
Dasar keturunan pengecut!" kecam Syimir.
Syimir menghampiri tubuh yang tergeletak itu. Manusia berwajah sangat buruk itu kini sedang duduk diatas dada Al-Husain.
"Hai, jangan samakan aku dengan dua orang yang tadi mendtangimu!" ejeknya sementara tangan kirinya memepermainkan jenggot adik Al-Hasan al-Mujtaba itu.
"Siapa kau? Apa yang membuatmu begitu biadab?" tanya Al-Husain dengan suara erputus.
"Syimr adh-Dhibbabi,: jawabnya singkat sambil hunus pedangnya.
"Tahukah kau siapa orang yang sedang kau duduki? Siapakah aku?" tanya Al-Husain.
"Ya, aku tahu kau adalah Al-Husain putra Ali dan Fatimah binti Muhammad, binti Khadijah," jawabnya datar.
"Lalu, mengapa kau masih berniat membunuhku?" protes Al-Husain yang mulai merasakan sesak dadanya.
"Aku mengharapkan imbalan dari Yazid," sahutnya sambil meringis.
"Tidakkah kau mengharapkan syafaat dari kakekkuRasullah?" tanya Al-Husain kemudian.
"Hai, sedikit dari imbalan Yazid lebih aku sukai keimbang ayah, kakek, dan nenek moyangmu," bantah Syimr sombong disusul tawa keras.
"Kalau memang kau harus membunuhku, maka berilah sedikit minum lebih dulu!" pinta Al-Husain.
"Oh, itu mustahil. Sekali lagi, permintaanmu mustahil kami ijinkan! Kau akan mati dicekik haus demi sesaat! Sedikit air akan memperpanjang pertempuran. Bersabarlah sedikit! ak lama lagi kau akan diberi minum air telaga oleh kakekmu! Bukankah begitu?" ujarnya menghina disusul tawa keras.
Mendadak Syimr terdiam dan setelah itu Al-Husain berkata: "Bukalah kain penutup wajahmu!"
Syimr memperlihatkan wajahnya lalu menutupnya kembali.
"Benar ucapan kakekku," ujar Al-Husain.
"Hai, apa ucapan kakekmu itu?" tanyanya penasaran.
"Kakekku pernah memberitahu aku bahwa pembunuhku adalah lelaki berwajah menakutkan. Tubuhnya penuh bulu kasar hingga tampak tidak memikat daripada babi hutan," timpal Al-Husain seraya memalingkan wajahnya.
"Bedebah! Terkutuklah kau dan kakekmu yang menyamakan aku dengan babi dan anjing. Akan kusembelih kau perlahan-lahan sebagai balasan atas ucapan kakekmu itu!" sungut Syimr dengan nada benci.
Drama Karbala memasuki adegan paling menyayat hati. Syimr mulai melepas setiap anggota badan Al-Husain perlahan-lahan. Al-Husain hanya menjerit parau: "Wa Muhammadah! Wa Aliyah! WaHasanah! Wa Ja`farah! Wa Hamzatah! Wa Aqilah! Wa Abbasah! Wa Qatilah!" setiap kali pedih luka dirasakannya.
Ketika tak satupun anggota badan Al-Husain yang lolos dari sayatan pedang, Syimr memindahkan pedangnya yang amat tajam dan panjang itu keleher Al-Husain. Kepala cucunda kesayangan Nabi itu kini digerakkan kekanan dan kekiri oleh seekor binatang buas bernama Syimr bin Dzil-Jausyan itu.
Gema tangis dan raungan wanita-wanita keluarga Abdul Qasim yang membumbung keangkasa mengawali adegan pemisahan leher Al-Husain dari tubuhnya. Tubuh penuh luka itu menggelepar-gelepar tatkala pedang manusia babi hutan membuka dan membuka dengan tenang permukaan kulit Al-Husain.
Ju`urah bin Hauyah merebut pakaian dalam Al-Husain sedangkan panah dan busur Al-Husain dirampas oleh A-Rahil bin Khaitsamah, Al-Ja`fi bin Syabib al-Hadhrami dan Jarir bin Mas`ud al-Hadhrami.
Ishaq bin Hauyah melucuti pakaian Al-Husain yang telah tergeletak. Al-Akhnas bin Mirtsad bin Alqamah melepas sorban yang melilit kepalanya. Al-Aswad bin Khalid mengambil paksa sepasang sepatunya. Jadal terpaksa memotong jari Al-Husain karena kesulitan melepas cincinnya.
"Hai, siapakah yang berani menginjak-injak tubuh Al-Husain dengan kaki kudanya?" teriak Ibnu Sa`d mengumumkan sayembara.
"Kami," sahut sepuluh penunggang kuda, termasuk Ishaq bin Hauyah al-Hadhrami dan Akhnas bin Mirtsad al-Hadhrami. "Pesta iblis" pun dipersembahkan demi menyempurnakan kejahatan Yazid dan anak buahnya. Tubuh pemimpin para pemuda surga itu terkoyak-koyak, terlempar dan terbanting diantara sepuluh kota. Sementara Umar dan pasukannya terus menenggak khamar merayakan kemenangan.
Diseberang, takbir bergaung dan jerit tangis wanita bergema tatkala melihat kuda jantan berwarna putih itu datang tanpa penunggang.
Zainab dan para wanita Ahlul Bait berhamburan memeluk kuda penuh luka itu seraya berteriak parau: "Wa Husainah! Wa Qatilah!Wa Akhah!"
Al-Husain terbang dengan seulas senyum. Merpati-merpati diemperen masjid dan halaman Ka`bah serentak terbang. Tanah dalam botol milik Ummu Salamah seketika mencair merah. Langit bergemuruh dan awan gulita bergulung diangkasa. Bunga-bunga tulip berguguran. Para pujangga tergagap. Dunia tersentak.
Nainawa pada 10 Muharram diambang petang bergerai riuh melepas kemanusiaan terbang kepangkuan Yang Ada. Inna lillah wa inna ilaihi raji`un.
Inilah sekelumit penggalan kisah tertragis sepanjang umur dunia, dari buku:
Prahara Di Nainawa, Sebuah Roman Sejarah Abad VII Masehi (165-173) 287 halaman- karya: Muhsin Labib, pengantar: Motinggo Busye
Yayasan Ulul Albab, lhokseumawe, Aceh

Sabtu, 29 Desember 2007

Mimpi Sebelum Tidur

Dahulu aku suka membaca buku-buku agama, hadis, tafsir maupun tanya jawab seputar agama juga sejarah Nabi besar, Muhammad saw. Yang tersedia waktu itu adalah Nailul Authar(1-6 jilid) dan kumpulan hadis dhaif dan palsu, karya Ibnu Taymiyah, Tafsir terjemahan dari Bahreysi bersaudara, tanya jawab karya A. Hasan dari Bandung, majalah Panjimas(Panji Masyarakat), Hayat Muhammad karya Dr. Haekal, dan beberapa buku lain. Cuma aku banyak yang tidak hapal dari buku-buku tersebut, maklum copyannya kurang tinta, hehehehe.
Naah, sebelum tidur aku selalu berkhayal tentang bacaan yang telah aku baca, dari masalah fiqih sampai pergulatan politik islam awal sepeninggal Nabi saw. Aku berandai-andai, aku mencoba mengerti dan aku mencoba bertanya, serta aku mencoba mencari setiap yang mengusik hatiku, namun semua itu tiada pernah terjawab dan terpuaskan. Yang ada adalah kebangganku kepada apa yang telah kuketahui, aku bangga membaca buku-buku tersebut, aku memiliki gairah yang meletup-letup utuk memaksakan apa yang aku pahami dan kuketahui kepada setiap orang yang kukenal dan apalagi yang dekat dengan diriku, tanpa sadar atau mungkin aku menyadarinya, aku menjadi orang yang berdakwah, padahal ilmu baru setitik hitam yang untuk mengetahuinya harus memakai kaca pembesar, itupun bila dikategorikan berilmu.....!
Aku sering berhenti ketika otakku telah sampai pada masalah penerus Nabi saw, aku menjadi bingung;
Mengapa Ali yang begitu besar jasanya terhadap Islam tidak menjadi Khalifah?
Sebenarnya apa tolok ukur untuk menjadi Khalifah?
Apakah kekhalifahan itu tidak diatur atau dimuat didalam Qur`an?
Mengapa Nabi tidak memilih atau menentukan pengganti dirinya bila telah tahu bahwa dirinyapun akan wafat?
Apakah Nabi tidak mengetahui bila kekosongan kekuasaan itu memiliki dampak negatif?
Bukankah beliau saw sebagai pakar politik teratas?
Aku dahulu berfikir betapa bijaksananya khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, karena dirinya telah menetapkan pengganti dirinya adalah Umar bin Khatthab. Bagaimana dengan Nabi saw, mengapa tidak sebijak khalifahnya?
Ketika aku berfikir kembali, dari mana Abu Bakar ra, ini berani menetapkan Umar sebagai pngganti dirinya?
Mengapa penggantian dirinya tidak seperti sebagaimana dirinya terpilih menduduki kekhalifahan?.........itu kalau benar bahwa Nabi menyerahkan masalah kekhaklifahan kepada umat?
Yang sangat menakjubkan adalah kebijakan khalifah Umar ra, dibentuknya dewan sura, yang beranggotakan calon terpilih dan pemilih 6 orang, beliau sungguh sangat cermat dan teliti dan telah menduga secara pasti bila penggantinya adalah Utsman bin Affan ra. Dan yang sangat aku takjubkan adalah ketetapannya; "Kepung ruangan ini, jangan ada yang meninggalkan ruangan ini, bila memaksa bunuh dia, sebelum ada kata putusan siapa yang terpilih sebagai penggantiku! Dan bila dalam sehari mereka tidak juga ada keputusan, bunuh mereka semua!"
Adakah orang yang secermat dan sebijak khalifah Umar ra?
Inilah kebijakan yang akhirnya mengilhami suatu sistem yang dipakai oleh negara demokatis, yakni parlementer. Adakah hal ini dari Nabi saw?
Mengapa bila khalifah Umar ra, telah tau bahwa penggantinya adalah Utsman ra, membentuk dewan sura?
Mengapa dirinya tidak mengikuti jejak khalifah sebelum dirinya?
Atau dirinya tidak mengikuti cara ketika khalifah pertama terpilih?
Mengapa membentuk dewan sura sedangkan umat masih ada dan terorganisir?
Untuk khalifah Utsmanra, aku sendiri bingung apa yang aku petik dari kepemimpinannya?
Keluarganya menduduki jabatan penting dipemerintahannya, sedangkan nepotis menimbulkan gejolak politik yang menghancurkan negara tercinta ini. Apakah aku akan membanggakannya dilubuk hatiku?
Ali bin Abi Thalib, dia akhirnya terpaksa untuk menduduki kekhalifahan, karena hampir pendemo khalifah Utsman ra, memaksanya untuk menjadikan dirinya sebagai khalifah selanjutnya. Diplomasinya terpental dihadapan Mu`awiyah, seluruh argumennya untuk memaksa Mu`awiyah mengakui kekhalifahannya kandas, Mu`awiyah tetap menolak dan bahkan mendirikan pemerintahan mandiri.
Mengapa pemilihan dari umat tiada pernah terwujud?
Benarkah Nabi saw menyerahkan hal ini pada umatnya?
Kapankah pemilihan khalifah itu terlaksana, bila benar itu mandat dari Nabi saw?
Bagaimana keputusan para khalifiyun yang telah menjalankan kebijakannya?
Apakah mereka mengikuti perintah nabinya?
Adakah yang berani memikirnya?
Kenapa?
Apakah islam yang katanya menjunjung tinggi kebebasan berpendapat mengecualikan dalam masalah ini?
Haruskah pengecualian ini?
Mengapa perpolitikan agama yang dahsyat ini tidak menemukan jati dirinya?
Mengapa harus berubah-rubah perpolitikannya?
Apakah memang tidak memiliki sistem baku padanya?
Untuk apa kitab yang katanya agung dan lengkap itu diagungkan bila tidak menegaskan dan menetapkan masalah yang begitu menguasai hajat dan bentuk suatu komunitas?
Apakah hal ini masalah remeh atau kecil?

Gerbang Syahadat

Salam Bagi Husein
Lirik/lagu:Ust. Abdullah ass-Segaff, Arr: Alwi Husein
Demi ayah dan ibuku, aku bersumpah padamu
Semua jiwaku serahkan, sebagai korban bagimu
Oh ...Huseinku Oh...Imamku
Syahidmu menyakitiku, perihhati tak menentu
Tanpamu duhai Huseinku, kemana jalan kutuju 2X
Berat niatku melangkah, mendaki dosa sejarah
Wahai darahku tumpahlah, tuk hibur hati Fatimah
Oh...Huseinku Oh...Imamku
Terkutuklah kau oh dunia, janganlah engkau menggoda
Husein mencari pembela, kukan datang menyambutnya 2X
Tuhanku turunlah aku, abaikan putra Nabi-Mu
Oh...Huseinku Oh...Imamku
Salam bagimu oh...Husein, tolonglah kami oh...Husein
Kami menangis oh...Husein, lihatlah kami oh...Husein 2X
Huseinku engkau Huseinku, syafaatmu harapanku
Huseinmu Zahra Huseinmu, junjunganku dan Imamku
Oh...Huseinku Oh...Imamku
Imam Zainal Abidin
Lirik/lagu: Ust. Abdullah ass-Segaff, Arr: Tondi Rangkuti
Memutih mata Ya`qub sang Nabi
Rindukan putra pulang kembali
Tangis Zainal Abidin Ali
Muara mata air surgawi
Kau dengar panggilan ayahmu
Masih adakah penolongku
Tegar hati menggigil tubuhmu
Bertumpu tongkat kau sambut ayahmu
Dalam diammu kau ingat Allah
Saat bicara engkau berdakwah
Semua perbuatanmu ibadahEngkaulah imam kekasih Allah
Duhai Imamku saksi Karbala
Sbagai tawanan engkau merdeka
Tegas, indah kau bertutur kata
Rutuhkan hujjah angkara murka
Salam bagimu Zainal Abidin
Engkaulah imam para Muttaqin
Kekasih Allah Rabbul Allamin
Syafaat kami di yaumiddin
Sejarah Malam asyura
Lirik/lagu:Ust. Abdullah ass-Segaff, Arr: Alwi Husein
Sejarah malam Asyura
Tumpahnya darah Huseini
Robeknya jantung Zahra
Ciptakan tangis Khomeini
Husein-Husein putra Nabi
Husein-Husein putra Ali
Berpamit kepada Nabi
Jelang sejarah Asyura
Merah darah di Karbala
Cerita Karbun dan bala
Jelaskan syahid syuhada
Korban dimalam Asyura
Terbunuhnya putra Ali
Terbantainya setiap hati
Undang semua umat Nabi
Rasakan malam Asyura
Dengarlah wahai manusia
Dengar tangisan sejarah
Keluh kesahkan derita
Husein di padang Karbala
Wahai Allah maula Rabbi
Wahai Rasul Nabi suci
Berkatilah tangis ini
Karena derita Huseini
Lihat polah umat ini
Hinakan keluarga Nabi
Lawan amanat Qur~ani
Lupakan ajaran suci
Terbakar kemah al Qurba
Jerit tangisan wanita
Lengkapkan cerita duka
Sejarah padang Karbala
Wahai Husein maula Husein
Asyura bersama Husein
Karbala bersama Husein
Kami bersamamu Husein
Jangan Lupakan Karbala
Lirik/lagu: Ust. Abdullah ass-Segaff, Arr: Tondi Rangkuti
Oh...Husein...kau mengapa...
Oh...Husein...kau dimana...
Oh...Husein...Kau menderita...
Oh...Husein...teraniaya
Bersusah payah Rasu mengajarkan firman Allah
Besusah payah Rasul memuliakan kaum lemah
Bersusah payah Rasul mengajarkan kebenaran
Bersusah payah Rasul menegakkan keadilan
Mungkinkah beragama bagi orang tak berbudi?
Mungkinkah beragama bagi orang ingkar janji?
Berbudikah mereka yang membunuh putra Nabi?
Bersikap tak peduli apakah tak ingkar janji?
Mengapa kau lupakan pembantaian di Karbala?
Mengapa kau abaikan putra Rasul teraniaya?
Apakah kau tak malu mengatakan beragama?
Tangis Rasulpun tidak membuat engkau berduka
Oh...Husein putera Zahra penghulu pemuda surga
Telah syahid di Karbala demi tegak agama
Oh...Husein putera Zahra cucu Nabi yang tercinta
Saksi koban Karbala bagi umat manusia
Meniti Darah Husein
Lirik/lagu: Ust. Abdullah ass-Segaff, Arr: Alwi Husein
Jerit tangis terdengar di Karbala hingga Madinah 2X
Keuk harap syafaat Nabi, Ali serta Fatimah 2X
Jemput tangan Abbas pengambil air di sungai Furat 2X
Jemput Karbala Husein tuk dapatkan kasih Sang Murad 2X
Titian darah Husein mengantar kita pada Allah 2X
Lewat kesyahidan kita menuju pangkuan Zahra 2X
Tombak musuh wasilah mengantar kita pada jannah 2X
Tanggalkan baju dunia tuk kenakan pakaian rahmat 2X
Bawa bendera Khomeini kibarkan dibumi al-Quds 2X
Sambut Karbala Huseini...hantarkan kepada maksud
Huseinah...Huseinah
Huseinah...Huseinah
Ya Madzlum...Ya Maqtul
lirik/lagu: Ali Ridha ass-Segaff, Arr: Tondi Rangkuti
Hamparan pasir Karbala
Memerah darah syuhada
Keluhkan luka tiada daya
Memeluk luka tubuh Husaeina
Tersiram darah Abu Abdillah
Pedih hati Fatimah
Mengharap Husein lepas derita
Disiksa, didera sang pendurjana
Ratusan pedang mengoyak tubuhnya
Karbala memerah karena darahnya
Dengar dan saksikanlah
Kepala suci putra sang wasyi
Wajah yang berparas Nabi
Sedang mengucap kalam Ilahi
Melantunkan ayat surat al-Kahfi
Inilah kepala putra sang Nabi
Ilahi maula Rabbi
Jadikan kami pecinta Ali
Salam bagimu Husein
Isyfa`lana Ya Husein.....2X
Duka-duka Asyura
Karbala duka Karbala
Bawalah kami dalam duka
Bersama Zainab serta Sukainah
Meratapi Husein putra Fatimah
Tubuh penuh luka tanpa kepala
Putra terjaya Nabi
Kini terkapar seorang diri
Duka Nabi yang membumi
Malaikat menangis tiada berhenti
Alampun kini seakan mati
Meratapi putramu ya Zahra.....
Ali Akbar
Lirik/lagu: Ust. Abdullah ass-Segaff, Arr:Alwi Husein
Ali cahaya mataku,
Ali cahaya hatiku,
Janganlah engkau ragu,
Rasulullah kan menyambutmu, Allah meridhaimu 2X
Ya Rabbi saksikan, putraku nan malang 2X
Rindukan Nabi-Mu, harapkan ridha-Mu 2X
Sabar dalam berperang, duhai putraku malang 2X
Hatiku bergetar, putraku terkapar 2X
Tubuh penuh luka, hatiku berdarah 2X
Ya Allah aku ridha, ya Allah aku ridha 2X
Mulutpun terbuka, dahaga menyiksa 2X
Sabarlah putraku, hisaplah lidahku 2X
Zahra telah menunggu, hapuskan dahagamu 2X
Tangis tak tertahan, saat dia katakan 2X
Oh...ayah cukupkah, oh...Imam pantaskah 2X
Darahku yang tertumpah, bekal menghadap Allah 2X
Lihatlah manusia, tragedi Karbala 2X
Umat telah lupa, tinggalkan agama 2X
Membantai keluarga, Rasulullah tercinta 2X
Maula Ali
Lirik/lagu: Ust. Abdullah ass-Segaff, Arr: Alwi Husein
Maula Ali...Maula Ali...Maula Ali...Maula Ali... 2X
Duhai Imam syahid mihrab
Engkau pendekar Khandak
Benteng Islam dalam badar
Sang pahlawan saat Khaibar
Pintu gerbang ilmu
Qur`an menyebut wasyi 2X
Wahai penguasa hati
Kekasih Ilahi Rabbi
Dihari seribu bulan
Saat Qur`an diturunkan
Engkau sambut kemenangan
Syahidmu dimihrab Tuhan
Pintu gerbang ilmu Nabi
Qur`an menyambutmu wasyi 2X
Wahai penguasa hati
Kekasih Ilahi Rabbi
Disela rintih tangisku
Saat menepuk dadaku
Tiada lain harapanku
Kecuali syafaatmu
Pintu gerbang ilmu Nabi
Qur`an menyambut wasyi 2X
Wahai penguasa hati
Kekasih Ialhi Rabbi
Album Gerbang Syahadah - Abdur Rahman al-Mahdali

Senin, 24 Desember 2007

Surat Wasiat Ali Untuk Al-Hasan (II)

Wahai putraku, sisihkan sebagian besar waktumu untuk merenungkan tentang kematian dan juga tentang alam yang akan engkau datangi setelah engkau mati, sehingga kematian menjemputmu ketika engkau sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah keburukan dan untuk mendapatkan kebaikan yang terjadi akibat kematian, dan ketika engkau sudah bersiap-siap menyongsongnya. Dengan demikian, tidak mendadak kematian menjemputmu.
Waspadalah jangan sampai engkau terperdaya oleh ikatan emosional yang kuat antara manusia dengan dunia. Jangan sampai engkau terkecoh oleh sikap mereka yang sangat mencintai dunia. Karena Allah sudah dengan jelas mengemukakan kepadamu tentang karakter dunia ini, dan juga dunia itu sendiri sudah mengungkapkan karakter-karakter fananya serta kekurangan dan kelemahannya.Orang-orang yang cinta dunia ini hanyalah anjing-anjing yang menggonggongdan bnatang buas pemakan daging. Mereka ini saling menggeram terhadap satu sama lain. Yang kuat menelan yang lemah, yang besar menguasai yang kecil. Ada yang seperti hewan ternak yang tertambat, ada yang bergerak bebas setelah berhasil melepaskan diri dari tali pengikatnya. Mereka ini akhirnya sampai disebuah jalan yang asing.
Ini laksana kawanan unta yang nyerempet-nyerempet bahaya dan bencana dilembah yang tidak rata permukaan tanahnya dan penuh masalah. Tak ada gembala yang menggembalakan mereka. Tak ada yang memberi makan mereka. Dunia telah membuat mata mereka kejalan gelap gulita, dan telah membuat mata mereka tak dapat melihat lampu petunjuk. Sehingga mereka terseret dalam detail-detailnya yang pelik dan membingungkan, dan mabuk kemewahannya. Mereka menjadikan dunia sebagai Tuhan mereka. Dunia bermain-main dengan mereka, dan merekapun bermain-main dengan dunia. Dan mereka pun lupa akan akhirat. Tunggu sebentar! Kegelapan akan sirna, seakan-akan kafilah sudah tiba, dan orang yang tak suka menunda-nunda sudah siap untuk bergabung dengan kafilah itu.
Ketahuilah, wahai putraku, bahwa orang yang mengadakan perjalanan dimalam hari, maka baginya waktu diciptakan untuk melakukan perjalanan, sekalipun dia mungkin merasa tidak kemana-mana. Sungguh dia menempuh jarak,meskipun dia mungkin tetap tidak kemana-mana. Dan ketahuilah, sesungguhnya engkau tak akan pernahmewujudkan harapan-harapanmu, dan sesungguhnya engkau pasti akan sampai ketujuan, dan sesungguhnya jalan yang engkau lalui adalah jalan yang dilalui orang-orang sebelum kamu. Karena itu, kalau egkau ada kebutuhan, maka kebutuhan itu yang sederhana saja. Kalau engkau mencari nafkah, lakukan dengan cara yang sesuai denganmu. Karena banyak kebutuhanyang menyeret orang terpuruk kedalam kerugian dan kekecewaan, karena setiap pencari tidak mendapatkan apa yang dicarinya, dan setiap orang yang baik dan bersahaja tidak dijauhkan dari apa yang patut didapatnya.
Jauhkan selalu dirimu dari setiap yang rendah nilai atau kualitasnya, dari setiap yang tidak patut, meskipun dapat membawamu mencapai apa yang engkau inginkan, karena kalau dirimu sudah engkau rendahkan martabatnya, maka tak akan pernah engkau dapatkan penggantinya. Jangan menjadi sahaya atau budak orang, karena Allah telah menjadikanmu manusia yang merdeka, da apa artinya sesuatu yang baik kalau satu-satunya cara untuk mendapatkannya adalah dengan melakukan sesuatu yang keji, atau apa artinya kemakmuran, kesuksesan, keberuntungan kalau satu-satunya cara untuk mencapainya adalah dengan penderitaan.
Waspadalah, jangan sampai uta-unta keserakahan berponok satu membawamu kesumber-sumber kehancuran. Kalau engkau dapat hidup tanpa dermawan yang posisinya beada diantara dirimu dan Tuhan, maka lakukanlah, karena apa yang engkau lakukan itu adalah untuk mendapatkan apa yang patut engkau dapatkan dan untuk mengambil bagianmu. Sedikit dari Allah lebih penting dan lebih mulia daripada banyak tapi dari mahluk-Nya, meskipun segala sesuatu sebenarnya dari Dia semata.
Kalau engkau kehilangan sesuatu, lebih baik diam saja, daripada berteriak-teriak agar didengar orang. Menjaga apa yang ada ditanganmu lebih aku sukai ketimbang engkau berupaya mendapatkan apa yang ada ditangan orang lain, rasa pedih kalau kita gagal mendapatkan sesuatu atau kalau kita kehilangan harapan adalah lebih baik dibanding meminta-minta kepada orang lain.
Miskin namun bermoal baik adalah lebih baik dibanding kaya namun menyeleweng dari kewajiban, dari kebaikan, dan dari susila. Ingatlah, yang dapat menjaga rahasia kita dengan sebaik-baiknya adalah diri kita sendiri. Ada orang yang berupaya keras mendapatkan sesuatu, padahal itu sangat besar mudharatnya bagi dirinya sendiri. Kalau orang terlalu banyak bicara, maka bicaranya akan kurang menggunakan akal sehat, bicaranya akan tidak akurat dan tidak relevan. Sdangkan kalau orang berpikir dengan saksama, maka dia akan mampu melihat dengan jelas dan dengan intuitif karakter, orang, situasi, atau subjek yang kompleks.
Bergaulah dengan orang-orang yang lurus moralnya agar enkau bisa termasuk golongan mereka, dan jauhilah orang-orang yang buruk moralnya agar engkau berbeda dengan mereka. Seburuk-buruk makanan adalah makanan yang haram. Kejam kepada atau menindas orang yang lemah, adalah seburuk-buruk tindak kejahatan.
Kalau keramahan, kemurahan hati, dan sikap suka menolong menyebabkan terjadinya penderitaan, maka kekejaman merupakan keramahan, kemurahan hati dan sikap suka menolong yang sejati. Sering sekali obat ternyata menjadi penyakit, dan penyakit ternyata menjadi obat. Sering terjadi orang yang tidak tulus memberikan nasihat yang tulus, sedangkan orang yang diharapkan ikhlas ternyata menipu, curang, dan tidak jujur.
Jangan sampai engkau mempercayai keinginan-keinginan yang tak ada artinya, karena keinginan seperti itu merupakan barang dagangan orang tolol. Engkau akan arif kalau engkau mengambil langkah berdasarkan pengalaman, dan sebaik-baik pengalamanmu adalah sesuatu yang menasihatimu.
Bersegeralah menangkap kesempatan sebelum kesempatan itu hilang. Setiap pencari tidak mendapatkan apa yang dicarinya, dan setiap orang yang hilang tidak akan kembali. Adalah salah dan tidak bermoral kalau orang tidak dapat memanfaatkan bekal dan menyia-nyiakan akhirat. Segala sesuatu ada akhirnya, dan apa yang sudah ditakdirkan untukmu, akan segera diberikan kepadamu.
Pengusaha harus mengambil risiko, dan banyak hal yang kecil jadi kuat dibanding hal yang besar. Tak ada artinya penlong yang tidak patut dihormati atau teman yang dianggap tidak patut dipercaya. Tenang-tenang sajalah dengan unta waktu selama anaknya patuh kepadamu. Janganlah mengambil risiko yang sebenarnya tidak perlu hanya karena ingin mendapatkan sesuatu yang lebih hebat daripada yang engkau miliki. Jangan sampai karena ambisimu, engkau jadi bertengkar dan bermusuhan.
Yakinkan dirimu untuk menjadi sahabat bagi saudaramu ketika dia memutuskan hubungan, untuk bersikap lembut dan menyenangkan ketika dia enggan memberikan bantuan, untuk melakukan pendekatan kepadanya ketika dia menjauh darimu, untuk bersikap lunak ketika dia besikap keras, untuk memberi maaf ketika dia berbuat kejahatan, sehingga akan tampak bahwa engkau adalah budaknya dan seolah-olah dia adalah dermawanmu. Namun jangan sampai melakukan semua ini bila tidak layak. Jangan melakukan semua ini terhadap orang yang tidak patut menerima perlakuan seperti itu.
Jangan jadikan musuh temanmu sebagai sahabatmu, agar engkau tidak bermusuhan dengan temanmu. Tuluslah dalam memberikan nasihat kepada saudaramu, entah itu baik atau buruk, dan tahanlah amarahmu, karena aku tak melihat obat yang efeknya lebih positif selain nasihat yang tulus, atau yang lebih positif konsekuensinya. Bersikaplah lembut kepada orang yang aroganatau melecehkanmu, karena mungkin saja dia kan segera bersikap lembut kepadamu. Tundukkan musuhmu dengan kebaikan hati dan sikap yang manis, karena menundukkan musuh dngan cara seerti ini merupakan kemenangan yang lebih patut dimiliki. Bila engkau bermaksud berpisah dari saudaramu, hendaknya tetap ada sesuatu yang menghubungkan engkau dengannya, sehingga kelak dia dapat kembali kepadamu jika dia mau. Pastikan kebenaran pandangan orang yang menghargaimu.
Jangan abaikan apa yang menjadi hak saudaramu, kalau engkau mempercayai hubungan antara engkau dan dia, karena dia tak akan lagi menjadi sahabatmu jika engkau mengurangi atau mengabaikan haknya. Jangan sampai kerabat dekatmu menjadi orang yang sangat buruk nasibnya gara-gara engkau.
Jangan engkau kejar-kejar orang yang berupaya mengabaikanmu. Upayakan janagan sampai temanmu lebih kuat dibanding dirimu dalam mempertahankan tali persahabatan, dalam menjaga hubungan darah denganmu. Jangan sampai engkau lebih mampu berlaku buruk terhadap orang lain ketimbang berlaku baik terhadap oran lain, dan jangan menganggap penting atau luar biasa kezaliman orang yang berlaku zalim kepadamu, karena dia sesungguhnya tengah berupaya memberikan keuntungan kepadamu. Dan membalas orang yang bersikap baik kepadamu bukanlah dengan menjengkelkannya.
Betapa tidak sesuai dengan perilaku yang baik kalau orang tidak punya martabat ketika dalam keadaan kekurangan, dan tidak berperasaan ketika kaya. Kalau sesuatu didunia ini dapat membantu menaikkan posisimu, maka sesuatu itu menguntungkan atau tepat bagimu. Dan jika engkau gelisah akibat apa yang telah lepas dari tanganmu, maka engkau juga gelisah akibat apa yang tidak sampai kepadamu.
Buatlah kesimpulan mengenai apa yang belum terjadi pada dirimu dengan apa yang sudah terjadi pada dirimu, karena masalahnya sering kali sama karakternya. Jangan jadi orang yang kalau diberi nasihat seakan-akan tidak ada gunanya kecuali kalau engkau terus-menerus menyiksa fisiknya, karena orang yang arif adalah orang yang menjadikan pendidikan sebagai penasihatnya, sedangkan binatang baru akan jinak kalau dia dipukul.
Hilangkan kecemasan dengan mencari jalan keluarnya dan dengan keyakinan yang benar serta kuat. Barang siapa keluar dari jalan tengah, maka dia tersesat. Perlakukan teman atau sahabatmu seperti engkau memperlakukan keluargamu sendiri. Dan shabat yang tulus dan sejati adalaha sahabat yang tulus ketika idak berada dihadapanmu yang membicarakan kebaikanmu. Emosi, amarah, cinta, dan antusiasme yang berlebihan atau meledak-ledak merupakan mitra yang dikondisinya tidak dapat melihat.
Jangan memperlihatkan iri hati bila bukan pada tempetnya, karena hal ini dapat membuat orang sehat jadi sakit dan orang tak berdosa jadi tidak dipercaya.
Berikan kepada masing-masing abdimu pekerjaan yang engkau anggap layak dikerjakan olehnya. Jangan sampai meka menyerahkan tugasnya kepada satu sama lain.
Hormatilah keluargamu karena mereka adalah sayapmu, yang dengan sayap ini engkau terbang, karena mereka adlah asal-usulmu, dan keasal-usul inilah engkau kembali, juga karena mereka adalah tanganmu, yang dengan tangan inilah engkau menyerang.
Aku pasrahkan kepada Allah agama dan duniamu. Dan aku memohon kepada-Nya semoga engkau berhasil hidup dimasa kini dan dimasa mendatang, didunia ini dan diakhirat kelak dengan sebaik-baik kehidupan.
Moralitas Politik Islam, belajar dari perilaku politik khalifah Ali bin Abi Thalib - Prof. Dr. syed Husain Mohammad Jafri.Ph.D
Penerbit Pustaka Zahra
jl. Batu Ampar III no;14 , Condet
Jakarta 13520
Website; www.pustakazahra.com

Surat Wasiat Ali Untuk Al-Hasan (I)

Dari seorang ayah, yang sudah sangat lemah dan butuh istirahat, yang mengakui keberadaan pengaruh waktu yang merusak penampilan seseorang aau sesuatu. Seorang ayah yang sudah semakin lanjut usia, yang menyerah kepada waktu. Seorang ayah yang menganggap dunia yang suka melanggar amanat ini sebagai yang bertanggung jawab atas terjadinya segala ketidak beresan. Seorang ayah yang tinggal dirumah si almarhum, yang mau meninggalkan dunia ini tak lama lagi. Kepada putranya, yang mengharapkan sesuatu yang tak dapat digapai, melangkah dijalan mereka yang telah tiada, menjadi sasaran penyakit, berada dalam cengkeraman kondisi waktu yang tak diinginkan, menjadi objek bencana, menjadi tawanan tuntutan-tuntutan duniawi, menjadi orang yang melepaskan sesuatu yang lama untuk mendapatkan sesuatu yang baru, orang yang punya hutang kepada kematian dan menjadi tawanan kematian, sekutu kecemasan dan teman kesedihan, sasaran tembak bencana mendadak, korban hasratnya, dan pengganti si almarhum.
Yang terlihat jelas oleh mata dan jiwaku setelah dunia menjauh dariku, setelah tak mau diatur oleh aktu, setelah akhirat bergerak kearahku, cukup untuk mencegahku memikirkan yang lain selain diriku sendiri, mencemaskan yang lain selain diriku sendiri. Ketika kecemasanku mengenai diriku sendiri menguasaiku, sampai-sampai aku tak peduli yang lain, pandanganku, menurutku, tetap sesuai dengan fakta atau realitas. Aku pun jadi tak lagi memperhatikan keinginan-keinginanku, aku jadi melihat situasiku yang sesungguhnya, dan akupun dibawa kepada sesuatu yang memang patut mendapat perhatian serius dan dibawa kepada suatu kebenaran yang bersih dari kepalsuan. Aku lihat engkau adalah bagian dari diriku, lebih tepatnya keutuhan diriku, sehingga kalau engkau terkena sesuatu, berarti akupun juga terkena sesuatu itu, dan seakan-akan jika maut mendatangimu, berarti maut juga mendatangiku. Karena itu aku jadi memikirkan urusanmu, seperti aku pikirkan urusanku sendiri. Karena itu aku tuliskan untukmu surat wasiat ini sebagai pelipur lara, entah aku hidup atau meninggal.
Aku nasihati engkau, wahai putraku! Bertakwalah kepada Allah, ikuti perintah-perintah-Nya, penuhi hatimu dengan zikir kepada-Nya, dan pegang erat-erat tali-Nya. Karena tak ada tali atau hubungan yang lebih andal selain tali atau hubungan antara engkau dan Tuhanmu.
Hidupkan hatimu dengan nasihat, dan habisi dengan kesalehan dan dengan manahan diri. Kuatkan hatimu dengan keyakinan yang kukuh, dan cerahkanlah dengan kearifan, taklukkan dengan ingat mati, dan buatlah agar hatimu mengakui bahwa hidup itu fana dan menyadari bahwa dunia itu penuh dengan kekecewaan, dan peringtkanlah dirimu akan serangan dahsyat waktu dan akan masalah pergantian nasib yang tak terduga yang terjadi dimalam dan siang hari. Bukalah hatimu untuk mengetahui catatan tentang generasi-generasi silam, dan ingatkan hatimu tentang apa yang dialami oleh kaum-kaum yang hidup sebelum kamu. Perhatikan tempat tinggal mereka dan jejak-jejak mereka, dan amati dimana mereka beraktifitas dan dari mana mereka berangkat, dan dimana kereka berhenti dan turun. Maka akan engkau ketahui bahwa mereka pergi dari yang mereka cintai dan dari yang dekat dengan mereka, dan mereka tinggal disebuah tempat yang asing dan sunyi. Engkau akan melihat seakan-akan engkau akan segera mengikuti jejak mereka. Karena itu, persiapkan dan bereskan dirimu untuk tinggal ditempat yang abadi. Jangan gadaikan kehidupan duniawi. Jangan lagi engkau bicara tentang apa yang tak engkau ketahui, atau jangan lagi bicara tentang apapun yang tidak perlu. Janganlah melangkah dijalan yang engkau takut akan tersesat, karena berhenti melangkah ketika bingung lebih baik ketimbang terus melangkah.
Serulah orang untuk berbuat kebajikan. Jadilah salah seorang yang berbuat kebajikan. Kutuklah kejahatan dan keburukan dengan kedua tanganmu dan dengan lidahmu. Sedapat mungkin, jauhkan selalu darimu orang yang buruk moralnya. Dan berupaya keraslah, dan ini memang semestinya, dijalan Allah, dan jangan dimasukkan kehati, kecaman, celaan, hinaan, dan kata-kata kotor orang yang suka mengecam, mencela, menghina, dan mengeluarkan kata-kata kotor.
Turunlah kelaut yang dalam demi mendapatkan kebenaran. Upayakan untuk memiliki pengetahuan yang dalam tentang agama. Biasakanlah dirimu untuk bersikap sabar dalam menghadapi situasi dan kondisi yang tidak diinginkan. Sesungguhnya sebaik-baik karakteristik atau kualitas adalah bersikap sabar untuk mendapatkan kebenaran. Berlindunglah kepada Allah dalam semua urusanmu, karena perlindungan Allah merupakan sebaik-baik dan sekukuh-kukuhnya perlindungan.
Apapun keinginanmu, mintalah kepada Tuhanmu saja, karena yang kuasa memberi, tidak memberi, atau menolak, hanyalah Allah. Jangan pernah berhenti dalam berupaya mendapatkan rahmat dan petunjuk-Nya. Cobalah pahami nasihatku. Jangan biarkan dirimu mengabaikan nasihatku, karena sebaik-baik nasihat adalah yang memberikan manfaat. Ingatlah, tak ada kebaikan pada pengetahuan yang tidak ada manfaatnya. Ingatlah bahwa dari pengetahuan yang tak layak dituntut tak mungkin bisa didapat manfaat.
Wahai putraku, ketika aku sadar aku sudah lanjut usia, dan juga ketika aku perhatikan bahwa aku jadi semakin lemah, maka aku bergegas menulis surat wasiat untukmu. Didalamnya aku paparkan beberapa hal yang sangat penting. Aku khawatir ajal datang sebelum aku menyampaikan kepadamu isi pikiranku. Aku khawatir kapasitas mentalku merosot akibat merosotnya kondisi tubuhku. Atau, sebelum nasihatku sampai kepadamu, engkau sudah dikuasai emosi dan godaan duniawi lebih dahulu, sehingga engkau jadi seperti seekor kuda yang sangat sulit dikendalikan.
Hati anak muda adalah laksana tanah yang belum digarap. Kalau ditaburkan benih ditanah ini, maka tanah ini akan menumbuhkan benih tersebut. Karena itu, aku harus bersegera memberikan pandidikan kepadamu, sebelum hatimu jadi keras dan sebelum pikiranmu terlalu terkonsentrasi kepada sesuatu, sehingga dengan upaya putusanmu sendiri engkau mendapatkan sesuatu yang cara untuk mendapatkannya dan cara untuk mengalaminya telah engkau peroleh informasinya dari orang-orang yang berpengalaman. Dengan nasihatku, engkau tidak akan mencari pertolongan siapapun atau apappun. Dengan nasihatku, engkau tak perlu lagi berupaya mendapatkan pengalaman. Dengan demikian engkau akan mendapatkan apa yang aku berupaya dapatkan. Dan akan mulai jelas bagimu apa yang bagi kami sebelumnya sering tidak jelas.
Wahai putraku, meskipun aku tidak dianugerahi umur panjang seperti orang-orang sebelumku, namun sudah aku analisis aktivitas mereka, sudah aku kaji sejarah mereka, dan telah aku explorasi puing-puing dan peninggalan mereka, sehingga aku jadi seperti salah seorang diantara mereka. Tdak, lebih tepatnya aku hidup sejak zaman orang pertama dari mereka sampai zaman orang terakhir dari mereka. Sehingga aku dapat melihat dengan jelas urusan mereka. Dengan demikian aku sudah mengetahui kebaikan yang ada pada mereka dan apa yang tidak baik, apa yang bermanfaat dan apa yang mudharat. Telah aku pilihkan dan ambilkan untukmu bagiann terbaik dan telah aku pilihkan untukmu bagian dari pengalamanku yang paling sesuai dan pas untukmu, sehingga engkau akan jauh dari perilaku dan moral yang rendah atau dari kehinaan. Dan aku merasa, ketika aku memikirkanmu dan telah memutuskan untuk mendidikmu, bahwa ini harus dilakukan ketika niat dalam dirimu masih tulus dan ketika jiwa dan pikiranmu masih bersih. Semula yang ingin kuajarkan lebih dahulu kepadamu adalah kitab Allah dan tafsirnya, hukum Islam dan peraturannya, dan apa yang halal dan apa yang haram, dan untuk sementara waktu tidak menyinggung masalah lain. Namun aku khawatir engkau menjadi bingung melihat perselisihan orang akibat beragamnya kecenderungan dan pendapat mereka, dan mereka sendiripun jadi bingung. Meskipun sebenarnya aku tak suka menasihatimu, namun menurutku lebih baik menjelaskan semua ini kepadamu. Aku tak mau engkau menerima sesuatu yang berkonsekuensi menghancurkan dirimu. Semoga Allah menganugerahimu kemampuan untuk melakukan yang benar dan memandumu kejalan yang lurus. Karena alasan inilah aku tulis surat wasiat ini untukmu.
Ketahuilah, wahai putraku, yang paling aku sukai dari hikmah yang dapat engkau timba dari surat wasiatku adalah bertakwa kepada Allah, memusatkan perhatian dan berpegang teguh pada keentuan-Nya, dan mengikuti jalan para leluhurmu dan orang-orang yang lurus moralnya dari kalangan anggota keluargamu. Mereka sudah mengkaji apa yang dapat engkau kaji, dan mereka sudah memikirkan apa yang dapat engkau pikirkan, namun pada akhirnya mereka mau tak mau hanya mengambil apa yang mereka rasa yang terbaik dan mereka mau tak mau menjauh dari apa yang menurut mereka tidak perlu. Karena itu, jika jiwa dan benakmu tak mau menerima ini, padahal engkau sendiri tak melakukan telaah seperti yang telah mereka lakukan, maka dapatkan informasi seperti itu dengan belajar keras, bukan dengan berada dalam ketidak pastian tentang mana yang benar dan mana yang salah, dan bukan dengan terlibat dalam perselisihan pendapat mengenai topik yang berpotensi menimbulkan kontroversi.
Sebelum melakukan telaah seksama atas itu, awalilah dengan memohon pertolongan Tuhanmu dan degan mengharapkan petunjuk-Nya, dengan menyingkirkan setiap sesuatu yang dapat membuatmu ragu-raguatau yang dapat menyesatkanmu. Kalau engkau merasa yakin bahwa hatimu bersih dan bersahaja dan putusanmu sempurna dan kuta, dan bahwa perhatianmu kepada persoalan ini merupakan perhatian yang seksama, kalau demikian maka telaahlah dengan sungguh-sungguh apa yang telah aku jelaskan kepadamu. Namun kalau engkau tak mampu mengerahkan kemampuan mentalmu dan tak dapat memperoleh apa yang engkau harapkan dari telaah dan pengkajianmu, maka sadarilah bahwa engkau sebenarnya tengah terantuk, seperti unta betina yang rabun matanya, dan bahwa engkau sesungguhnya tengah berada dimalam yang gelap gulita. Sedangkan orang mencari kebenaran bukanlah orang yang terantuk, juga bukan orang yang tak mampu berpikir jernih. Sebaik-baik posisi adalah jauhilah ini.
Pahamilah nasihatku, wahai putraku. Dan ketahuilah bahwa penguasa kematian juga merupakan penguasa kehidupan, bahwa yang menciptakan adalah juga yang menghancurkan, yang menghancurkan adalah juga yang mengembalikan kekondisi semula, yang menurunkan adalah juga menyelamatkan, dan bahwa dunia tak akan abadi keberadaannya dengan segenap suka dan dukanya, karena itu sudah merupakan takdir Allah. Dan bahwa akan ada pembalasan dikehidupan akhirat atau akan ada hal-hal lain seperti itu yang tak engkau ketahui. Kalau hal-hal seperti ini sulit dicerna pikiranmu, itu karena engkau tidak mengetahuinya karena pada mulanya engkau diciptakan dalam kondisi tidak tahu, lalu engkau mendapat pengajaran. Banyak hal yang tak engkau ketahui, yang engkau bingung, yang tak engkau lihat dengan jelas, namun kemudian engkau mulai melihat segalanya dari sudut pandang yang benar. Karena itu, berlindunglah dan berpegang teguhlah kepada Dia yang telah menciptakanmu, yang telah memberimu rezeki yang engkau butuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kehidupan, dan kesehatanmu. Beribadahlah hanya kapada Dia saja. Berharaplah kepada-Nya, dan takutlah engkau kepada-Nya.
Dan ketahuilah, putraku, tak ada yang mengajari kami tentang Tuhan kecuali Nabi saw dan anggota keluarga Nabi. Karena itu, cukuplah Nabi sebagai pemimpin dan pemandu yang akan membawamu mencapai keselamatan. Nasihat tulusku kepadamu sudah cukup kuantitas dan kualitasnya. Meskipun sungguh-sungguh san saksama sensitivitas dan pemikiranmu tentang kesejahteraanmu sendiri namun tetap tak akan pernah setingkat sensitivitas dan pemikiranku tentang kesejahteraanmu, sekalipun mungkin engkau berusaha keras untuk itu.
Dan ketahuilah, puraku,kalau saja Tuhanmu punya sekutu, tentu para utusan sekutu tersebut akan datang kepadamu, engkau tentu akan melihat tanda-tandakerajaan dan kekuasaan sekutu tersebut, dan engkau tentu akan mengetahui perbuatan dan sifat sekutu tersebut. Namun Dia adalah Tuhan yang esa, seperti itulah Dia menyebutkan tentang diri-Nya. Kedaulatan-Nya tak ada yang menandinginya. Dia memang dan akan begitu selalu. Dia adalah Yang Pertama sebelum segalanya tanpa ada awalnya, dan Yang Terakhir setelah segalanya tanpa ada akhirnya.
Bila engkau telah mengetahui ini, maka kerjakan apa yang harus engkau dikerjakan, engkau yang terlalu kecil dan tidak penting posisinya, engkau yang terlalu kecil dayanya, yang luar biasa ketidak berdayaannya, yang amat sangat membutuhkan Tuhan, yang berupaya untuk selalu menaati-Nya, yang takut hukuman-Nya dan yang takut murka-Nya, karena segala yang Dia perintahkan kepadamu untuk engkau kerjakan adalah kebaikan bagimu, dan segala yang Dia haramkan engkau melakukannya, maka yang diharamkan adalah hal-hal yang buruk bagimu.
Wahai putraku, sudah aku kepadamu tentang dunia ini dan kondisinya yang senantiasa berubah, dan karakternya yang cepat masanya, yang cepat kemusnahannya. Juga telah aku jelaskan kepadamu tentang alam akhirat dan apa yang sudah disediakan bagi penghuninya, dan telah aku kutipkan contoh-contoh keduanya sehingga dapat engkau ambil hikmahnya, sehingga engkau dapat membekali dirimu.
Contoh orang-orang yang mampu memahami dunia ini adalah laksana serombongan musafir yang merasa dunia ini sebuah tempat berhenti yang kering kerontang dan tak ada artinya, sehingga mereka harus mencari tempat yang subur, tempat yang hijau. Karena itu, mereka sanggup menghadapi kesulitan yang diakibatkan oleh perpisahan dengan sahabat, sanggup menghadapi kerasnya perjalanan, dan sanggup makan dengan makanan yang seadanya, agar dapat sampai ditempat yang nyaman untuk tinggal. Mereka tak merasa sakit meskipun kesulitan demi kesulitan menerpa mereka, dan tidak menganggap percuma biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tak ada yang lebih mereka dambakan dan sukai selain apa yang membuat mereka dekat dengan tempat tujuan dan membawa mereka sampai ditempat yang menjadi pilihan mereka.
Sedangkan contoh mereka yang terperdaya oleh dunia ini adalah seperti contoh suatu kaum yang daerahnya subur namun kesuburan daerahnya ini disia-siakan sehingga jadi kering kerontang dan kondisinya jadi sulit. Kemudian tak ada yang lebih mereka benci selain perbuatan mereka kepada diri mereka sendiri, yaitu meinggalkan daerah sendiri menuju daerah lain. Dan perjalanan untuk kedaerah lain ini dilakukakn dengan tidak mempertimbangkan konsekuensi atau bahayanya. Dan merekapun sampai didaerah yang kering dan tidak produktif.
Wahai putraku! Jadikan dirimu neraca anatara dirimu dan orang lain, dan inginkan untu orang lain apa yang engkau inginkan untuk dirimu sendiri, dan tidak menginginkan untuk orang lain apa yang tidak engkau inginkan untuk dirimu sendiri. Jangan berlaku tidak adil, karena engkau pun tak mau diperlakukan tak adil. Dan bersikaplah bersahabat dan murah hati , karena engkau pun menginginkan dirimu diperlakukan dengan bersahabat dan murah hati. Kalau engkau anggap sesuatu itu buruk bagi dirimu, maka anggap pula sesuatu itu buruk bagi orang lain. Ikutlah merasa senang kalau orang lain memiliki apa yang engkau senang untuk memilikinya. Jangan mengatakan sesuatu yang tidakk engkau ketahui, atau jangan mengatakan sesuatu yang tidak cukup pengetahuanmu tentang sesuatu itu.
Dan ketahuilah bahwa sesuatu yang dianggap sia-sia dan tak ada artinya, berlebihan membanggakan aspek lahiriah, merupakan lawan dari kelurusan moral dan dapat merusak akal. Berupayalah untuk bekerja keras, dan jangan hanya menjadi manajer keuangan orang lain. Dan bila engkau mendapat petunjuk sehingga engkau mencapai jalan yang bemar, maka sedapat mungkin bersikaplah rendah hati dihadapan Tuhanmu.
Dan ketahuilah bahwa dihadapanmu terbentang sebuah jalan yang panjang dan kerja keras, dan bahwa untuk bisa menempuh jalan panjang itu dibutuhkan kemampuan mengenal jalan itu, bekal yang dapat mencukupi kebutuhanmu, dan beban seringan mungkin. Karena itu, jangan bebani bahumu dengan sesuatu yang tak sanggup engkau pikul agar engkau tidak terbebani dengan sesuatu itu. Dan bila engkau bertemu fakir miskin yang dapat membawakan bekalmu untuk Hari Kebangkitan dan dapat menyerahkan ini kepadamu esok hari, ketika engkau membutuhkan bekal ini, maka pandanglah dia sebagai orang yang dikirim oleh Tuhan, dan persilahkan dia untuk membawakan bekalmu. Ketika dia bersamamu, berilah dia lebih dari cukup, karena barangkal dikemudian hari engkau memerlukannya namun tak dapat menemukannya. Dan pandanglah dia orang yang dikirim oleh Allah yang meminjam darimu ketika engkau kaya sehingga dia dapat melunasinya ketika engkau mengalami kesulitan.
Dan ketahuilah bahwa dihadapanmu terbentang jalan yang sulit. Untuk melalui jalan itu, orang yang ringan bebannya lebih baik posisnya dibanding orang yang berat bebannya, dan orang lamban jalannya, dan melalui jalan itu engkau dapat sampai disurga, atau dapat juga sampai dineraka. Karena itu manfaatkan jasa pemandu sebelum engkau melangkah dijalan itu, dan persiapkan tempat tinggal sebelum engkau sampai, karena setelah mati tak ada lagi kesempatan untuk bertobat, dan tak mungkin lagi untuk kembali kedunia.
Ketahuilah bahwa Dia yang memiliki kekayaan dibumi dan dilangit telah memberimu keleluasaan untuk berdo`a dan telah menjamin akan menjawab. Dia telah menyuruhmu untuk memohon kepada-Nya sehingga Dia akan memberimu, dan meminta rahmat-Nya, sehingga Dia akan memberikan rahmat-Nya kepadamu. Dia tidak menempatkan diantara engkau dan Dia siapapun yang dapat menabirimu dari Dia, dan tidak memaksamu untuk berpaling kepada seseorang yang dapat menjadi perantaramu dalam berhubungan dengan Dia. Dia tidak menghalangimu untuk bertobat jika engkau berbuat salah, tidak buru-buru menghukummu, tidak mengejekmu ketika engkau berpaling kepada-Nya, tidak mempermalukanmu ketika engkau kena aib, dan tidak segan-segan menerima tobatmu, tidak memaksamu atau menyuruhmu untuk berbuat jahat, dan tidak mengecewakanmu kalau engkau berupaya mendapatkan rahmat-Nya. Kalau engkau menjauhkan diri dari dosa, Dia jusru memandang sikapmu itu sebagai amal salehmu. Kalau engkau melakukan satu perbuatan dosa, Dia menganggapsebagai satu dosa. Namun kalau engkau berbuat satu amal saleh, Dia pandang sebagai sepuluh amal saleh. Dia buka bagimu pintu tobat, sehingga bila engkau menyeru-Nya, Dia dengar seruanmu, dan bila engkau bermunajat kepada-Nya, Dia tahu maksudmu. Karena itu, paparkan dihadapan-Nya isi pikiranmu, sampaikan kepada-Nya kecemasan-kecemasanmu, mohonlah kepada-Nya untuk menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiranmu, mintalah kepada-Nya untuk membantumu mengatasi kesulitan, mohonlah kepada-Nya untuk menganugerahimu rahmat-Nya karena tak ada lagi, selain Dia, yang kuasa memberikan kesehatan jasmani dan rezeki yang banyak.
Kemudian, telah Dia anugerahkan kepadamu kunci untuk memperoleh kekayaan-Nya. Dia izinkan engkauuntuk memohon kepada-Nya, sehingga bila engkau inginkan, engkau dapat membuka pintu-pintu rahmat-Nya melalui do`a, dan dapat membuat hujan rahmat-Nya turun mengguyurmu. Jangan patah semangat jika Dia menunda pengabulan permohonanmu, karena berdasarkan niatmu itulah Dia memberimu. Mungkin Dia menunda agar pahala sipemohon bertambah, dan semakin banyak apa yang akan diberikan kepada sipemohon. Terkadang engkau minta sesuatu, namun permintaanmu tak dikabulkan, dan engkau diberi sesuatu yang lebih baik daripada apa yang engkau minta, bisa segera bisa pula setelah beberapa lama. Atau engkau tak diberi apa yang engkau minta, itu karena Dia menginginkan sesuatu yang lebih baik bagimu. Karena, banyak yang engkau minta, padahal itu dapat menghancurkan imanmu kalau saja itu dikabulkan. Karena itu, mintalah sesuatu yang berakibat baik bagimu, dan yang tak ada efek buruknya bagimu. Adapun harta, maka harta tak abadi, juga engkau tak akan dapat bersamanya terus.
Dan ketahuilah bahwa engkau diciptakan semata-mata untuk akhirat, bukan untuk dunia fana ini. Untuk sirna, bukan untuk abadi, dan untuk mati, bukan untuk hidup terus. Bahwa posisimu adalah posisi berangkat dan posisi dirumah untuk mengumpulkan bekal. Dan bahwa engkau tengah berjalan menuju akhirat. Bahwa engkau tengah dikejar oleh kematian. Tak ada mahluk yang dapat lari dari kematian. Dan orang yang mencari kematian pasti akan mendapatkan kematian itu. Sehingga kematian pasti merenggut manusia. Karena itu, hati-hatilah selalu dengan kematian. Jangan sampai engkau dijemput kematian ketika engkau tengah dalam kondisi yang jelek, dan engkau tengah berencana untuk memperbaiki kondisi jelek itu. Jangan sampai kematian mencegahmu mencapai niatmu, dan kalau ini terjadi maka engkau akan mengalami kehancuran.

Minggu, 23 Desember 2007

Mati Demi Cinta

Sekembalinya menguburkan jasad suci Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husai yang hendak kembali menuju Kufah, ditengah perjalanan keduanya melihat seorang lelaki miskin dan buta duduk disamping bangunan reyot. Wajahnya tampak sangat sedih dan ketakutan dengan kepala tertunduk seraya menangis. Keduanya bertanya, "Siapakah Anda? Mengapa bersediah?"
Ia menjawab, "Saya adalah orang asing dan sendirian. Saya tak punya seorangpun untuk berbagi duka. Selama setahun saya berada dikota ini. Setiap hari ada seseorang yang baik hati menemui saya dan menanyakan keadaan saya, memberi saya makanan, dan berbincang-bincang dengan saya. Namun sekarang telah tiga hari berlalu dan ia tidak datang kemari, tidak menanyakan keadaan saya."
Mereka bertanya, "Apakah engkau tahu namanya?"
Ia menjawab, "Tidak."
Mereka bertnya, "Apakah engkau tidak menanyakan namanya?"
Ia menjawab, "Saya sudah menanyakannya, namun ia menjawab, `Apa kepentinganmu dengan namaku. Saya merawatmu demi keridhaan Allah.`"
Mereka bertanya, "Bagaimana wajah dan postur tubuhnya?"
Ia menjawab, "Saya buta, saya tidak mengetahui wajah dan postur tubuhnya."
Mereka bertanya, "Apakah engkau sama sekali tidak mengenal ciri-ciri sikap dan pembicaraannya?"
Ia menjawab, "Lisannya senantiasa dalam keadaan berzikir. Tatkala ia berzikir dan bertasbih, bumi, pintu, dan dinding-dindingikut bertasbih bersamanya; tatkala duduk disamping saya, ia berkata, `Orang miskin duduk disebelah orang miskin, orang asing duduk disebelah orang asing.`"
Imam Hasan dan Imam Husain, amat mengenal orang baik dan tak dikenal itu. Mereka saling berpandangan dan berkata, "Wahai orang miskin dan asing! Ciri-ciri yang engkau sebutkan itu adalah ciri-ciri ayah kami, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib."
Orang miskin berkata, "Lalu mengapa sudah tiga hari ini ia tidak menemuiku?"
Mereka menjawab, "Wahai orang miskin dan asing! Seorang terkutuk telah menghunuskan belatinya kekepalanya. Ia pun berpulang kehadirat Allah. Tadi baru saja kami kembali dari kuburnya."
Tatkala mengetahui peristiwa yang terjadi, orang miskin itu menjerit dan menangis. Ia merebahkan tubuhnya ketanah dan melempari wajahnya dengan pasir seraya berkata, "Apa keistimewaanku sehingga Amirul Mukminin merawatku? Mengapa mereka membunuhnya?"
Imam Hasan dan Imam Husain berusaha menenangkannya. Namun ia tak juga tenang. Kemudian orang tua miskin itu memeluk Imam Hasan dan Imam Husain, dan berkata, "Demi kakek-kakek kalian, demi jiwa ayah kalian yang mulia, bawalah aku kekuburnya."
Imam Hasan memegang tangan kanannya, sementara Imam Husain memegang tangan kirinya. Mereka memapahnya kekubur Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Setelah sampai, ia merebahkan dirinya kekubur beliau dalam keadaan menangis dan meratap. Ia berkata, "Ya, Allah, saya tak mampu menanggung beban perpisahan dengan ayah yang baik ini. Demi penghuni kubur ini, ambillah nyawaku!"
Do`anya terkabul! Iapun menghembuskan nafas terakhirnya diatas kubur suci Imam Ali. Menyaksikan kejadian itu, Imam Hasan dan Imam Husian tak kuasa menahan tangis kesedihan. Mereka berdua segera memandikan, mengafani, dan menyalati jenazah simiskin, lalu dikuburkan disekitar makam suci tersebut.
Cerita-cerita Hikmah (Dastan-e Dustan) - Karya Muhammad Muhammadi
Penerbit Cahaya

Sabtu, 22 Desember 2007

Kebebasan (Mu`tazilah)

Pendiri pemikiran ini adalah: Washil bin Atha`(80-141H/699-759 M), beliau adalah murid Hasan Basri. Dikarenakan tidak sesuai dengan pemikiran sang guru, sehingga Hasan Basri menyatakan, "I`tizala `anna"(dia telah berpisah dari kami). Sehingga pemikiran Washil bin Atha lebih dikenal dengan sebutan Mu`tazilah, dan dalam dunia pemikiran dikenal dengan Qadariyyah atau Kebebasan.
Pemikiran pokok;
1 .Tauhid (Sifat dan zat Allah tiada perbedaan)
2 .Keadilan.
3 .Allah memberi balasan bagi taat dan memberi hukuman atau siksa bagi yang durhaka.
4 .Manzilah bainal manzilatain(posisi diantara dua posisi), orang fasik bukan seorang muslimin dan juga bukan orang kafir.
5 .Amar ma`ruf nahi munkar (mengajak kebaikan dan melarang kemungkaran).
Teologi(Ketuhanan);
1 .Al-Qur`an adalah ciptaan.
2 .Perbuatan Allah terjadi karena, dan dikendalikan oleh berbagai tujuan.
Ampunan tanpa taubat adalah mustahil.
3 .Allah adalah awal dari segala sesuatu(Qidam)
4 .Menyerahkan suatu tugas yang berada diluar kemampuan sipelaksana adalah zalim/mustahil.
5 .Perbuatan mahkluk bukanlah ciptaan Allah.
6 .Alam adlah ciptaan atau mahluk.
7 .Allah tak mungkin dilihat dengan mata, baik diunia maupun diakhirat.
Ilmu Alam;
1 .Benda-benda fsik tercipta dari partikel-partikel yang tak dapat dibagi-bagi.
2 .Bau berkaitan dengan partikel yang terserakdiudara.
3 .Rasa tak lain adalan efek partikel.
4 .Cahaya tercipta dari partikel-partikel yang terserak dalam ruangan.
Kemanusiaan;
1 .Manusia memiliki kemerdekaan, bebas berkehendak, dan perbuatannya bukanlah ciptaan Allah.
2 .Manusia memiliki kemampuan(istitha`ah) mengendalikan perbuatannya.
3 .Orang mukmin memiliki kemampuan untuk menjadi kafir dan orang kafir memiliki kemampuan untuk menjadi mukmin.
4 .Akal manusia mampu memahami dan menilai suatu masalah.
5 .Menafsirkan al-Qur`an boleh dengan akal.
Perpolitikan;
1 .Kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin adalah kepemimpinan yang benar.
2 .Ali bin Abi Thalib mengungguli para khalifah pendahulunya.
3 .Boleh saja menilai dan mengkritik para sahabat Nabi saw dan perbuatan mereka.
4 .Melakukan telaah perbandingan dan analisis tentang kebijakan-kebijakan negara Umar dan Ali.
Pendukung pemikiran Mu`tazilah;
~Al-Jahiz(159-254 H/775-868 M) penulis Al-Bayan wat Tabyin
~An-Nazzim(231 H/845-846 M)
~Abu al-Hudzail(255 H/869 M)
~Al-Kabi(319 H/931 M)
~Abu Ali al-Jubba`i(303 H/915-916 M)
~Abu al-Hasyimal-Jubba`i(321 H/933 M)
~Ash-Shahib bin Abbad(385 H/995 M)
~Al-Qadhi abdul jabbar al-Astarabadi(415 H/1025 M)
~Zamakhsyari(538 H/1144 M)
Mengenal Ilmu Kalam (Introduction to Kalam)- Murthadha Muthahhari
Penerbit Pustaka Zahra
jl. Batu Ampar III no;14 , Condet
Jakarta 13520
Website; www.pustakazahra.com

Keterpaksaan(Asy-`Ariyyah)

Pendiri mazhab ini adalah: Abul Hasan al-Asy `Ari (wafat 330H/941-942M). Sesuai dengan pendirinya, mazhab inipun diberi nama dan dikenal dengan Asy`Ariyyah atau dengan nama lain sesuai dengan ilmu kalam, sebagai Jabariyyah(keterpaksaan). Diantara pemikirannya yakni:
1 .Sifat Allah tidak identik(berbeda) dengan zat-Nya.
2 .Kehendak Allah Mahameliputi. Takdir Allah meliputi semua kejadian.
3 .Semua baik dan buruk dari Allah.
4 .Manusia tidak bebas dalam berbuat.
5 .Perbuatan pada dasnya tidak baik atau tidak buruk. Baik dan buruknya suatu perbuatan tidak melekat pada perbuatan itu sendiri. Yang menentukan baik atau buruknya suatu perbuatan adalah syariat. Begitu pula dengan keadilan.
6 .Karunia(luthf) dan memilih yang terbaik bagi ciptaan(al-ashlah) bukanlah suatu kewajiban bagi Allah.
7 .Kemampuan manusia untuk mengendalikan perbuatannya tidak mendahului perbuatannya itu melainkan seadan, dan terjadi berbarengan dengan perbuatannya itu sendiri.
8 .Allah dan mahluk-Nya tidak memiliki persamaan.
9 .Manusia tidak menciptakan perbuatannya sendiri.
10 .Pada hari kebangkitan Allah akan bisa dilihat dengan mata.
11 .Orang fasik tetap mukmin.
12 .Tak masalah bila Allah mengampuni seseorang tanpa melalui taubat.
13 .Syafaat(perantara).
14 .Alam itu dicipta dan temporal sifatnya.
15 .Al-Qur`an tidak terbatas masa(qadim).
17 .Perbuatan Allah tidak memiliki maksud dan tujuan.
18 .Mungkin saja Allah memberikan suatu kewajiban kepada seseorang meskipun kewajiban itu diluar kemampuan sang hamba.
Pendukung Asy-Ariyyah;
~Qadhi Abu Bakar al-Baqillani(wafat: 403H/1012-1013 M)
~Abu Ishaq al-Asfaraini
~Imam al-Haramain al-Juwaini(guru imam Ghazali)
~Imam Muhammad al-Ghazali(wafat: 505/1111-1112 M)

Jumat, 21 Desember 2007

Tujuan Khalifah Umar bin Khatthab ra

Kabilah-kabilah suku Qurais telah berjuang memerangi munculnya kenabian yang berasal dari Bani Hasyim dengan berbagai cara. Mereka melakukan penyerangan terhadap Bani Hasyim bukan dipicu oleh rasa kecintaan mereka terhadap berhala, juga bukan karena kebencian mereka terhadap Islam. Akan tetapi suku Qurais tidak ingin sistem perpolitikan mereka yang dibangun atas dasar pembagian kekuasaan menjadi berubah dengan datangnya agama Islam, karena Islam selalu menghancurkan segala jenis sistem yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Suku Qurais juga tidak ingin Bani Hasyim menjadi kabilah yang paling istimewa dibandingkan dengan kabilah-kabilah yang lain. Suku Qurais memandang bahwa kenabian dan kekhalifahan merupakan sarana yang digunakan Bani Hasyim agar orang-orang menganggap Bani Hasyi sebagai kabilah yang paling istimewa diantara kabilah-kabilah Qurai yang lain.
Oleh karena itu, kabilah-kabilah Qurais melakukan boikot kepada Bani Hasyim dan melakukan makar untuk membunuh Rasulullah. Kabilah-kabilah tersebut bahu-membahu memerangi Rasulullah. Akan tetapi boikot dan makar itu menemui kegagalan. Kabilah-kabilah Qurais akhirnya menyerah dan satu-persatu memeluk Islam. Mereka sadar, kenabian dari Bani Hasyim merupakan takdir yang tak dapat dielakkan keberadaannya, dan tak satupun yang dapat membatasi dan mencegahnya. Kenabian lalu diakui sebagai hak yang benar-benar hanya untuk Bani Hasyim, dan tak satu kabilahpun yang boleh ikut serta mengambil bagiannya dari kenabian ini.
Sebagai tindak lanjut dari keenabian ini, Nabi menyiapkan kekhalifahan untuk Ali sebagai penggantinya berikut keturunan Ali setelah ia wafat. Ali dan keturunannya yang pilihan adalah orang-orang yang afdhal(utama), dan paling mengerti hakikat Islam ketimbang individu yang lain. Allah juga memandang mereka sebagai orang-orang yang paling tepat memimpin umat Islam dan dapat diterima oleh umat.
Ikrar tak tertulis
Kabilah-kabilah suku Qurais satu persatu memeluk Islam, akan tetapi Islam memperhitungkan keadaan mereka sebelumnya. Mempersatukan suku Qurais dibawah naungan Islam merupakan maslahat dan sesuai syariat, karena akan memperluas dan menebarkan agama Islam diseluruh pelosok negeri. Menurut para pemuka kabilah Qurais, hal itu tidak akan dapat dicapai jika tidak melakukan dua hal;
Pertama, mengikhlaskan kenabian hanya untuk Bani Hasyim dimana tak satu kabilahpun yang dapat ikut ambil bagian dalam kenabian tersebut.
Kedua, menjadikan kekhilafahan untuk kabilah-kabilah Qurais yang lain dimana Bani Hasyim sama sekali tidak diperbolehkan ikut serta didalamnya. Tak jadi soal apabila kekhalifahan ini digilir untuk kabilah-kabilah selain Bani Hasyim, seperti kaum Anshar dan para budak, karena menurut mereka, keikutsertaan kabilah lain selain Bani Hasyim dapat menghilangkan kesan bahwa hanya Bani Hasyimlah yang paling istimewa. Hal ini mereka lakukan agar ungkapan "Tidak patut bagi Bani Hasyim menjadi Nabi dan Khalifah sekaligus" benar-benar tercapai. Akhirnya, ungkapan itu menjadi semacam keyakinan yang terpatri pada jiwa setiap kaum muslim.
Secara ijma` suku Qurais dapat menerima bahwa kenabian berasal dari Bani Hasyim, karena dianggap sebagai takdir yang tak dapat dicegah keberadaannya. Namun suku Qurais juga ingin meneruskan sistem politik warisan leluhurnya, sehingga mereka menempuh langkah memisahkan kenabian dan kekhalifahan dari Bani Hasyim. Tetapi, cita-cita mereka ini menemui jalan buntu selama Rasulullah masih hidup. Karena itu, mereka menanti saat tepat pada detik-detik akhir hayat Rasulullah.
Janji Umar bin Khatthab ra
Kenyataan yang buruk terjadi pada umat Islam manakala Umar bin Khatthab ra, ternyata bersepakat dengan keinginan orang-orang Qurais yang berbunyi: "Tidak patut kenabian dan kekhalifahan bersatu pada diri orang-orang Bani Hasyim". Jika demikian adanya, berarti Umar menyepakati keyakinan yang terpatri dalam jiwa bangsa Qurais. Hal itu tidak akan terwujud sebelum Rasulullah wafat.
Secara canggih, Umar menggunakan kedok syariat, yakni membungkus maksudnya dengan ungkapan-ungkapan kebenaran, yang sepintas bisa diterima. Maksud sebenarnya adalah untuk mencegah bersatuya kenabian dan kekhalifahan pada Bani Hasyim. Oleh karena itu, dari kacamata politik, yang sebenarnya bertarung adalah keinginan untuk kembali menerapkan sistem sosial politik jahiliyah disatu pihak melawan keinginan untuk mempertahankan dan meneruskan sistem sosial politik Islam yang masih berupa bayi dalam timangan Rasulullah.
Yaitu sistem politik dibawa masyarakat Qurais berdiri atas dasar pemerataan kekuasaan bagi setiap kabilah Qurais. Dilain pihak, khalifah yang dijagokan Rasulullah, Ali bin Abi Thalib, memiliki cacat dimata kabilah-kabilah Qurais. Ali lah yang membunuh pemuka-pemuka musrikin Qurais. Tak ada satu kabilah pun melainkan ada darah yang pernah ditumpahkan oleh Ali. Dialah pembunuh para pemimpin Bani Umayyah diperang Badar dan pembunuh Hanzalah bin Abi Sufyan, Al-Ash bin Hisyam bin Mughirah. Hisyam inilah pemimpin pamanya Amirul mukminin Ali.
Ali adalah juga pejuang gigih yang selalu melindungi Rasulullah dari serangan kafir Arab dengan pedang dan panahnya. Bagaimana mungkin Abu Sufyan meridhai orang yang membunuh anak dan paman-pamannya ini? Bagaimana pula Hindun dan putranya yang bernama Mu`awiyah dapat menerima kepemimpinan orang yang membunuh keluarga dan orang-orang yang dicintainya? Umar mungkin dapat menerima pembunuh pamannya karena keimanan yang telah tertanam pada dirinya. Akan tetapi bagi yang lain, sungguh mustahil untuk menerima kenyataan pahit itu.
Rasulullah tidak pernah menyakiti karena ia tidak pernah membunuh orang dengan kedua tanganya. Yang menjadi tangan kanan dan pedang beliau adalah Ali yang dicatat sejarah sebagai orang yang terbanyak mengucurkan darah kaum musrikin Qurais. Dari sini, menjadi wajar apabila bangsa Qurais begitu membenci Ali bin Abi Thalib. Kebencian itu begitu kuat sehingga tetap terselimuti selama Rasulullah masih hidup.
Sistem politik yang dianut bangsa Qurais itu begitu kuat tertanam dalam jiwa mereka, sehingga kalaupun mereka menerima apa yang ditetapkan oleh Rasulullah akan memimpin Ali, niscaya bangsa Qurais akan bersatu dibawah pimpinannya bahkan mereka akan saling berselisih dan bermusuhan. Keadaa semacam itulah yang membuat persoalanmasa depan umat menjadi mengkhawatirkan. Tidak urung akan timbul fitnah dan perselisihan diantara kaum muslimin sendiri. Mungkin, penafsiran seperti inilah yang membuat Umar mendukung perjuangan bangsa Qurais, dan bersama-sama bersepakat untuk mewujudkan cita-cita leluhur mereka, "Tidak patut kenabian dan kekhalifahan bersatu hanya milik Bani Hasyim."
Ali sendirian melawan kaum Qurais
Bangsa Qurais bersatu padu dalam satu ikatan dibawah syiar yang berbunyi "Tidak patut kekhalifahan dan kenabian bersatu hanya bagi Bani Hasyim." Kabilah-kabilah suku Qurais, tanpa terkecuali semuanya menyepakati syiar ini. Untuk melawan kenabian yang berasal dari Bani Hasyim, semua kabilah suku Qurais ikut andil dalam pemboikotan terhadap Bani Hasyim selama kurun waktu tiga tahun. Hal ini dilakukan dalam rangka mencegah kenabian dari Bani Hasyim, tetapi usaha ini sia-sia, dan pemboikotan yang mereka lakukan gagal. Sehingga setiap kabilah suku Qurais melanjutkan dengan makar mereka untuk membunuh Rasulullah. Mereka mengaplikasikan makar mereka ini dengan cara menunjuk dari setiap kabilah seorang pemuda untuk menjadi algojo. Akan tetapi makar mereka ini gagal, dan Rasulullah pun akhirnya selamat. Akhirnya mereka bersatu untuk membuat pasukan demi memerangi Bani Hasyim, tetapi langkah inipun gagal dan akhirnya mereka masuk dalam naungan Islam dan takluk pada kepemimpinan Muhammad saw. Dan, karena itu, mereka menyadari bahwa kenabian dari Bani Hasyim merupakan takdir yang tak dapat disangkal. Mereka mengikhlaskan kenabian itu kepada orang dari Bani Hasyim.
Namun tekad untuk tetap menjadi yang berkuasa tetap tidak luntur. Mereka kemudian mengpayakan berbagai hal agar kekhalifahan dan kenabian tidak terkumpul hanya pada orang Bani Haasyim. Maka mereka bertindak seperti halnya tindakan mereka terhadap Rasulullah saw. Tujuan mereka hanya satu, yaitu: Kekhalifahan jangan lagi jatuh ketangan orang Bani Hasyim. Selama Nabi berkuasa, mereka memendam cita-cita sambil terus mencari celah sambil terus mengenakan jubah identitas keislamannya.
Rencana kaum Qurais menghancurkan Bani Hasyim
Kaum Qurais menyadari bahwa Rasulullah sendiri pasti akan meninggal karena sakit yang diderita beliau. Rasulullah sendiri telah memberitahukan hal ini kepada mereka, dan mereka mempercayainya. Mereka menyadari bahwa membiarkan kondisi berjalan normal tanpa riak aksi, akan memuluskan kemenangan bagi Ali dalam kekhalifahan. Jika Ali menjadi khalifah, maka bahaya akan mengancam mereka; kekhalifahan dan kenabian berkumpul dalam rumah Bani Hasyim. Hal inilah yang membuat mereka tidak mempunyai pialihan lain, selain bergerak secara diam-diam demi mencegah bahaya yang akan mengancam tersebut.
Begitu pula yang terjadi dalam tubuh Bani Hasyim, khususnya Ali. Merekapun sibuk dngan luka yang mengancam dan dapat menghancurkan mereka. Mereka sadar bahwa Rasulullah akan meninggal karena sakit yang diderita. Rasa sakit beliau terasa perih didada Ali dan Ahlulbait. Bukan hanya karena saudara kandung atau adanya pertalian darah, tetapi karena Bani Hasyim adalah para pengikut setia Rasulullah. Tak ada saudara yang seagung Muhammad saw, yang menjadi tuan dan panutan bagi Bani Hasyim. Seluruh kerabat bergantung kepada beliau. Tka ada putra paman yang mempunyai keistimewaan seperti beliau dan tak ada orang yang dicintai melebihi beliau.
Rencana yang telah dipersiapkan
Timbulkah dalam benak kita pertanyaan-pertanyaan seperti; Bagaimana Umar dapat mengetahui bahwa Rasulullah hendak menuliskan wasiat pada hari, sehingga ia datang ketempat Rasulullah? Siapa yang memberitahukannya? Dan bagaimana golongan orang-orang yang menjadi pengikut Umar ini tahu? Yang ketika mendengar Rasulullah bersabda, "Mari, aku tuliskan kepada kalian sebuah tulisan yang kalian tidak akan sesat selamanya," dan mendengar Ibnu Khatthab menjawab sabda Rasulullah itu dengan berkata, "Bahwasanya Rasulullah tengah sakit parah, cukuplah bagi kita kitabullah ini," mereka menjawab, "Benar apa yang dikatakan Umar" dan mereka lantas berkata, "Rasulullah telah meracau, mengertilah bahwa beliau juga akan pergi seperti halnya orang-orang terdahulu dan sebagaimana kita ketahi bahwa setiap orang pasti akan mati?"
Apa yang dikatakan Rasulullah tidak mungkin dapat dijawab dengan seketika secara tepat. Jawaban yang dilontarkan Umar pun tak mungkin timbul secara spontan dan cepat. Pernyataan Umar yang mendatangkan konflik dan beragam pandangan ini secara logis lebih disebabkan karena ada satu keyakinan mereka terhadap isi kandungan al-Qur`an bahwa Rasulullah pasti akan menulis tulisan yang berisi seperti apa yang beliau akan tuliskan. Selain itu, ada pula semacam kesepakatan sebelumnya diantara mereka untuk mengalihkan perhatian dari Rasulullah dan apa yang akan beliau tulis. Sehingga walaupun mereka harus menghadapi Rasulullah, mereka dapat menghadapinya secaralogis, apa yang mereka katakan bahwa Rasulullah pasti akan meracau, juga menggambarkan bahwa ada kesepakatan diantara golongan mereka dalam menghadapi Rasulullah. Adapun pertanyaan apakah kesepakatan ini terjadi secara tidak sengaja atau memang telah direncanakan? Yang pasti, karena kejadian inilah kandungan syariat Islam menjadi rapuh.
Tragedi sakitnya Rasulullah
Dampak peertama dari rencana orang-orang Qurais adalah bahwasanya mereka dapat memutuskan keterkaitan antara Rasulullah dan apa yang hendak beliau tulis. Umar sebagai orang yang paling kuat pada golongan ini berkata kepada orang-orang yang hadir, "Sesungguhnya Rasulullah tengah mengalami sakit parah, cukuplah bagi kita berpegang teguh pada kitabullah." Artinya Umar bermaksud mengatakan, "Kita tidak memerlukan apa yang ditulis oleh Rasulullah." Perkataan ini jugalah yang membuat pengikut golongan ini berani berkata, "Rasulullah telah meracau, mengertilah bahwa beliau meracau."
Kesimpulannya, dampak pertama yang timbul dari rencana makar ini adalah terjadinya keterputusan antara Rasulullah dengan apa yang akan beliau katakan.Tidak diperdebatkan lagi bahwa Rasulullah sebenarnya akan menulis "Janganlah kalian lupa, sesungguhnya khalifah setelahku adalah Ali." Perkataan ini dapat mengancam golongan pembuat makar dan dapat memenjara misi mereka, sehingga memaksa mereka untuk menetapkan makar. Rasulullah sadar, seandainya mereka menjalankan makar itu pada waktu lain, niscaya agama Islam akan terancam. Maka Nabi lebih memilih tidak melanjutkan tulisan beliau dalam rangka untuk menjaga yang lebih penting, yaitu agama, dari hal yang juga penting yaitu kekhalifahan Ali. Sehingga beliau berkata kepada mereka, "Tinggalkanlah aku, apa yang ada padaku lebih baik dari apa yang kalian serukan kepadaku." Mereka memandang bahwa mereka telah menang dan telah memetik hasil. Juga mereka berkeyakinan bahwa penghalang terbesar dalam usaha mencapai tujuan telah dapat disingkirkan.
Strategi dalam mengalahkan Ali
Bangsa Qurais akan merasa tenang bila mereka dapat menemukan inti dari seluruh kekalahan mereka. Kunci rasa aman yang akan mereka dapati berada ditangan kaum Anshar. Apabila bangsa Qurais dapat merangkul pemuka-pemuka kaum Anshar, maka mereka akan memperoleh kemenangan gemilang dan selanjutnya adapat mewujudkan cita-cita leluhur mereka, yaitu mencegah orang-orang Bani Hasyim mendapatkan kekhalifahan dan kenabian sekaligus, dengan tindakan konkret mencegah Ali dari kursi kekhalifahan.
Jika kekhalifahan berada berada ditangan Ali, maka ia akan mencalonkan Hasan sebagai penggantinya, karena Hasan merupakan imam yang memenuhi semua syarat dan diakui oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia juga memiliki posisi khusus sebagai putra dari putri Rasulullah sehingga untuk melawan posisinya harus bersusah payah terlebih dahulu. Setelah itu, jika Hasan memegang kekhalifahan, maka ia akan mencalonkan Husain sebagai pemimpin setelahnya. Kalau Husain telah memimpin, maka tak akan satupun dapat meninggalkannya. Demikianlah seterusnya, kekuasaan akan turun temurun ketangan putra-putri Rasulullah yang merupakan golongan Bani Hasyim, sehingga Bani Hasyim akan menguasai kenabian dan kekhalifahan sekaligus, dan kemenangan menjadi mutlak berada ditangan Bani Hasyim.
Untuk mencegah hal demikian, dibuatlah kunci pembuka untuk menghapuskan opini yang mengatakan bahwa peluang menjadi wali sudah tertutup. Secara lebih rinci poin-poin yang dimaksud adalah:
Pertama, Sang penolong yang paling menentukan secara nyata adalah kaum Anshar. Jika kaum Anshar mendukung Ali, maka kekalahan akan menimpa bangsa Qurais, dan kekhalifahan serta kenabian akan murni hanya menjadi milik Bani Hasyim. Akan tetapi jika kaum Anshar berjuang bersama kaum Qurais dan mendukung tujuan mereka, maka kekalahan akan menimpa Bani Hasyim dan Ali. Oleh karena itu merupakan suatu keberhasilan jika kaum Anshar dapat mereka kuasai, sehingga mereka tidak mendukung Ali. Cita-citapun menjadi lebih mungkin untuk diwujudkan.
Kedua, adalah dengan cara menghapuskan kesamaan peluang, karena jika Ali beraa dalam posisi yang sama dengan seseorang dari suku Qurais dalam satu peluang yang sama, maka Ali akan mengalahkannya, sehingga Bani Hasyim akan menguasai kaum Qurais beserta para pemimpin mereka. Yang terpenting dilakukan pada kondisi seperti ini adalah memilih salah seorang suku Qurais, untuk bersaing dengan Ali tanpa mengatasnamakan individu, akan tetapi mengatasnamakan orang banyak, mengatasnamakan kaum Muhajirin, dan mayoritas umat Islam. Jika pemimpin Qurais melakukan cara seperti ini, memunginkan mereka untuk mengalahkan Ali.
Bergerak dengan cepat, yaitu dengan mengadakan pertemuan yang membicarakan tentang kekhalifahan, ketika keturunan-keturunan Rasulullah tengah sibuk menguburkan Rasulullah, agar mereka tidak mengetahui pertemuan itu, sehingga penobatan khlifah dapat diselesaikan tanpa kehadiran mereka semua. Bila ini terlaksana, reaksi Ahlulbait jadi terlambat. Dan Jika Ahlulbait menolak, berarti telah melawan daulah yang sah, me;awan pemimpin daulah, wakil, dan para tentara daulah tersebut, yakni para pengikut khalifah dan orang-orang yang turut serta membaitnya.
Pertemuan Saqifah
Nabi saw wafat, matahari yang menerangi bumi dengan cahayanya seolah hilang. Berita wafatnya Rasulullah tersebar kepada umat Islam, penduduk kota lalu bergegas dan berkumpul dirumah Rasulullah. Mereka semua mengelilingi rumah Rasulullah, mereka menangisi kepergian Nabi, wali dan pemimpin agung mereka.
Sementara anggota keluarga beliau, dibawah pimpinan Ali semuanya mengelilingi orang yang paling mereka cintai itu. Mereka masing-masing sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk kepentingan pemakaman suci Rasulullah. Pada saat itu juga, ditempat yang lain terdapat pertemuan disuatu tempat yang bernama Saqifah Bani Sa`idah.
Mengapa pertemuan Saqifah diadakan pada saat Rasulullah wafat? Siapa yang berinisiatif mengadakan pertemuan itu? Bagaimana mungkin pertemuan ini diadakan pada waktu Rasulullah wafat? Kapan mulai muncul inisiatif mengadakan pertemuan ini? Siapa saja yang hadir pada pertemuan ini dari kaum Anshar? Saqifah tentu tidak memadai untuk semua kaum Anshar, maka secara logika, apakah memang sebagian besar dari mereka berada dikediaman Rasulullah, ataukah mungkin berada disekitar rumah beliau? Apakah mungkin jika mereka semua tidak hadir dirumah Rasulullah secara serentak ? Siapa saja yang mulai datang kepertemuan ini? Memerlukan berapa lama pertemuan inii berlangsung? Mengapa tak satupun dari kaum Muhajirin yang mengetahui pertemuan ini kecuali Umar? Siapa yang memberitahukan pertemuan ini kepada Umar?
Ketika itu Umar tidak berada dirumah Rasulullah, maupun disekitar rumah beliau bersama orang-orang yang mengelilingi rumah beliau. Umar ketika itu berada disuatu tempat, dan ia mengetahui bahwa Abu Bakar pasti berada dirumah Rasulullah. Kemudian Umar menemuinya, dan berkata kepadanya, "Mari ikut denganku!" Kemudian Abu Bakar menjawab, "Aku sedang sibuk." Lalu Umar kembali berkata, "Telah terjadi sesuatu disuatu tempat yang harus kita datangi." Kemudian Abu Bakar pergi bersama Umar.
Abu bakar mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui bahwa kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa`idah, mereka menghendaki agar Sa`ad bin Ubadah menjadi wali mereka sebagai pengganti Rasulullah saw. Ada perkataan salah seorang pemimpin dari mereka yang mengatakan, "Dari kita sebaiknya ada seorang pemimpin, begitu pula bagi suku Qurais juga ada seorang pemimpin." Merekapun bergegas mendatangi pertemuan itu, ditengah jalan mereka bertemu dengan Abu Ubaidah bin Jarrah. Mereka bertiga pun akhirnya pergi.
Ath-Thabari berkaa, "Bahwasanya orang yang pertama kali mendengar lkabar tentang pertemuan orang-orang dari kaum Anshar adalah Umar." Dalam riwayat lain, "Ada seseorang yang membawa kabar kepada Abu Bakar tentang petemuan itu." Dalam riwayat Ibnu Hisyam, "Datang seorang memberitahukan perihal pertemuan itu kepada Au Bakar dan Umar." Adapun mengenai siapa yang memberitahukan pertemuan ini, tak satupun yang mengetahuinya, karena nama orang ini hilang dan tidak diketahui.
Dua Orang dari golongan Anshar
Ketika ketiga orang itu berjalan menuju Saqifah, mereka bertemu dengan Uwaim bin Sa`adah al-Anshari dari Mu`in bin Adi.Mereka adalah orang Anshar yang paling baik.Dalam riwayat ath-Thabari disebutkan, Mereka bertemu dengan Ashim bin Adi dan Uwaim bin Sa`adah, mereka berdua adalah sahabat yang ikut serta pada perang Badar. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa kedua orang tersebut berkata kepada mereka, "Kembalilah dan selesaikan segala persoalan yang ada diantara kalian." Pada riwayat yang lain disebutkan, "Kembalilah, karena ditempat itu tidak ada sesuatu yang kalian inginkan."
Yang harus kita cermati dari kejadian ini adalah, mereka berdua adalah dari golongan Anshar dan ikut serta pada pertemuan Saqifah ini. Keduanyapun sama sekali tidak pergi ketempat pertemuan itu, padahal mereka tahu betul bahwa di Saqifah ada suatu pertemuan.Arah kedua orang tersebut berlainan arah dengan ketiga orang dari kaum Muhajirin. Kemudian berlangsung obrolan antara kedua orang itu dengan ketiga orang dari kaum Muhajirin, setelah itu masing-masing dari merekapun akhirnya meneruskan perjalanan masing-masing secara berlainan arah. Hal ini dapat diketahui, karena tak satupun riwayat yang menjelaskan bahwa kelima orang orang tersebut berjalan menuju tempat pertemuan Saqifah. Kesimpulan obrolan mereka adalah, bahwa kedua orang tersebu berkata kepada ketiga orang dari kaum Muhajirin, "Kembalilah, dan selesaikanlah persoalan yang ada pada kalian." Artinya, persoalan yang mereka hadapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan kaum Anshar. Ada juga yang meriwayatkan bahwa isi perkataan kedua orang tersebut adalah, "Ditempat itu tak ada sesuatu yang kalian inginkan." Artinya kaum Anshar tidak akan menjadi wali bagi kaum Muhajirin. Nah, riwayat manakah yang dapat dipercaya?
Keadilan Sahabat, sketsa politik Islam awal(Nazhariyyah `Adalah ash-Shahabah)-Ahmad Husain Ya`qub- hal 316-327
Penerbit Al-Huda
P.O.BOX: 7335JKSPM 12073
Email: info@ic-jakarta.com
icj12@alhuda.or.id
website: http//www.ic-jakarta.com

Selasa, 18 Desember 2007

Tamasya Kematian

Masa lahir hingga masa baligh(terkena hukum agama)
Setelah jasad terkubur, maka akan datang malaikat Munkar dan Nakir untuk mempertanyakan dogma agama, serta mencatat amalnya didunia. Suara yang menggelegar dan penampilan yang kurang sedap dipandang mata akan menyertai para malaikat, apalagi bila adanya jawaban yang tidak kunjung datang. Namun bila jawaban sang hamba benar, maka kehalusan dan kelembutan menjadi kekhasan pelayanan malaikat.Kemudian sang hamba ditidurkan sepanjang usia mencapai balighnya. Misal, usia baligh 10 thn, maka ia akan ditidurkan selama 10 tahun dialam kubur.
Masa baligh hingga masa penemuan tauhid
Setelah tertidur selama usia mencapai baligh(10 thn), maka sang hamba akan terbangun dan ditemani sesosok insan yang akan melayani dirinya untuk menjalani kehidupan balasan setiap amalnya. Dan akan menjalani kehidupan balasan selama usia dari baligh hingga dirinya menemukan ketauhidan. Misal dirinya mengenal tauhid pada usia 17 thn(17-10=7 thn). Jadi dalam balasan hidup barzahnya pada tahap ini selama 7 thn.
Masa tauhid hingga masa kematian
Sang hamba meninggal diusia 30 thn, pada tahap ini dirinya akan menerima berbagai balasan amalnya selama masa penemuan tauhid dirinya(30-17=13 thn), jadi sang hamba pada tahap ini akan menerima balasan amalnya selama 13 tahun.
Masa kematian menuju hari akhir
Pada tahap ini merupakan penentuan sang hamba, bila kematiannya merupakan kematian tauhidi(kematian yang mengumandangkan tauhid) maka dirinya pada tahap ini menerima berbagai kenikmatan hingga hari akhir tiba, sehingga tahap ini lebih dikenal sebagai alam penantian. Namun bila sang hamba pada kematiannya tergolong kafirin, maka dirinya pada tahap ini akan menerima berbagai balasan siksa hingga hari akhir datang dan dibangkitkan.
Setiap tahap memiliki masa istirahat, kecuali bagi manusia yang hidupnya berada pada jalur yang tidak berubah ketika beranjak pada masa baligh, maka tidak memiliki masa istirahat. Dirinya akan berada pada balasan nikmat bila ada amal baiknya dan balasan siksa bila ada amal buruknya. Setelah masa kematian itu tiba, maka dirinya menikmati kenikmatan atau siksa yang ditentukan pada saat dirinya menjelang ajal, apakah bertauhid atau kafirin? Bila kafirin, maka hingga penantian hari akhir, dirinya akan menikmati siksaan. Namun bila bertauhid, maka dirinya dalam masa penantian hari akhir, menikmati balasan kenikmatan. Hitungan tahun itu hitungan tahun dunia atau waktu dunia.
"Akhir itu lebih utama daripada awal"

Mandi Berpikir

Mandi tertib;
1 .Niat mandi untuk mendekatkan diri kepada Allah, terhadap hadas besar.
2 .Tubuh dibersihkan dulu dari penyebab hadas, dan kepala dibasahi terlebih dahulu.
3 .Akan lebih mudah bila dengan shower, setelah badan tersiram air, usap kepala dari atas hingga leher. 3X
4 .Usap tangan kanan dengan telapak tangan kiri hingga keujung jemari tangan kanan, setiap jemari harus terusap, bisa dengan menyelipkan jemari tangan kiri ke jemari tangan kanan. 3X
5 .Usap tangan kiri dengan telapak tangan kanan hingga keujung jemari tangan kiri, setiap jemari harus terusap, bisa dengan menyelipkan jemari tangan kiri ke jemari tangan kanan. 3X
6 .Usap badan kanan hingga ke kemaluan. 3X
7 .Usap badan kiri hingga ke kemaluan. 3X
8 .Usap kaki kanan hingga ujung jemari kaki kanan, tidak terangkat atau tidak mengambang. 3X
9 .Usap kaki kiri hingga ujung jemari kaki kiri, tidak terangkat atau tidak mengambang. 3X
Mandi irtimas;
1 .Niat mandi untuk mendekatkan diri kepada Allah, terhadap hadas besar.
2 .Tubuh dibersihkan dulu dari penyebab hadas, dan kepala dibasahi terlebih dahulu.
3 .Siram tubuh dengan air dan usap seluruh tubuh tanpa harus tertib dan terhitung, demikian juga bila mandi dengan didalam bak atau berendam seperti kolam.

Meniti Pengadilan

Aku bernama suharto bin Sukarno, ibuku bernama Mukulsum. Standar otakku dibawah rata-rata alias bodoh. Namun aku kadang bisa berpikir, atau tepatnya ada suatu dorongan untuk aku mengekspresikan sesuatu yang terlintas didalam otakku yang kecil dan bodoh ini. Kadang aku bertanya;
"Apakah aku menginginkan keadilan?" Sebagai manusia yang otakku masih bisa aku pakai untuk mengatakan api itu panas, maka aku dengan pasti akan mengatakan "ya" aku menginginkan keadilan.
"Apakah aku juga ingin berbuat adil?" Inilah pertanyaan yang ingin aku jawab sebagaimana jawabanku terhadap perlakuan keadilan terhadap diriku, namun dengan sedikit marah dan terbahak, maka aku akan berkata;
Kalau aku berbuat adil apa yang aku peroleh? Aneh...!akan aku zalimi setiap keberadaan.
Aku berkata dalam hati, "Aku adalah keadilan, dan keadilan adalah diriku!"
Lihat, bagaimana orang-orang yang mengaku bisa berbuat adil mengukir hidupnya.
Yaa, Ahmad belahan jiwaku, namun demi masa tak kuizinkan keturunanmu mewarisi warisanmu.
Wahai Ahmad junjunganku, kan kutentang semua keputusan dan ketetapan Tuhanmu yang tidak seiring dengan hatiku.
Didepanmu aku tunduk namun dibelakangmu, kan ku rangkai kekuatan dunia untuk menghapus kejayaan agamamu.
Kulantunkan shalawat bagimu, dan kutebarkan ketakpedulian terhadap keturunanmu.
Aku tak peduli, walaupun Tuhanmu pun kan membantumu untuk mencintakan keluargamu.
Aku kan samakan keluargamu dengan orang ajam.
Bahkan aku tinggikan musuhmu terhadap keluargamu.
Kalau perlu akupun akan menjadikan Karbala kedua, ketiga dan seadanya kesempatan sepanjang waktu untuk memusnahkan benih kebanggaanmu.
Lihat kejujuran para jenius, yang mampu membodohi Rasulullah saw!
Seakan mereka telah membodohi Rasulullah dan malaikat serta sang Pencipta. Tanpa sadar mereka membaca kalam Ilahi yang kutukannya ditujukan kepada mereka dan ancaman neraka jahanam pun dicipta untuk mereka, karena mereka telah memberanikan diri dengan kesombongan akal mereka untuk bertipu daya kepada penyeru keselamatan mereka.
Aku yang bernama suharto yang bodoh, tidaklah ingin memberi kerut didahi sang Rasul agung saw.
Aku ingin, biarlah Rasul saw agung ini hanya melirik diriku walau hanya sekilas sepanjang waktu terkembang.
Biarlah terpaan angin belaiannya yang kurasakan.
Akupun puas sudah walau hanya melihat setitik sinar dari pancaran keagungannya.
Aku yang bodoh ini ingin dihatiku ada nama yang terukir, nama orang-orang dari benih sucinya.
Nama yang dalam shalawat diajukan Tuhan supaya Muhammad kekasih-Nya mengumandangkannya dalam shalat dan do`a serta rintihan munajat kepada-Nya.
Nama itu: " Fatimah-Ali-Hasan-Husain-Ali-Muhammad-Ja`far-Musa-Ali-Muhammad-Ali-Hasan-Muhammad..."
Dan bila diijinkan aku tambahkan nama yang lain:
Ruhullah al-Musawi Ali Khameini
Rahbar Ali Khamenei
Bila bekas cinta itu memiliki arti, maka aku kan bersyukur memiliki bekas cinta dihatiku terhadap orang-orang kecintaan Rasulullah saw ini.
Aku, yang bernama suharto yang bodoh ini tidak mengetahui apa itu cinta.
Biarlah kata cinta menjadi kebanggaan para pujangga, karena aku tidak tahu apa itu " c i n t a ".